PERENCANAAN BANGUNAN
BANGUNAN TAHAN
TAHAN GEMPA
GEMPA
BERDASARKAN
BERDASARKAN
SNI
SNI 03-1726-2002
03-1726-2002
“TATA
“TATA CARA
CARA PERENCANAAN
PERENCANAAN KETAHANAN
KETAHANAN GEMPA
GEMPA
UNTUK
UNTUK BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG”
GEDUNG”
Oleh
Oleh ::
Prof.DR.Ir. Wiratman Wangsadinata
Kegempaan
Magnitudo Gempa (M) dalam Skala Richter (SR) adalah ukuran energi regangan
(E) yang dilepaskan gempa di Sumber Gempa (Fokus, Hiposenter). Titik pada muka
tanah tepat di atas Sumber Gempa disebut Pusat Gempa (Episenter).
Definisi Magnitudo (M) adalah panjang dan rumit; cukup diketahui, bahwa itu berkaitan
dengan logaritma simpangan puncak muka tanah dalam mikron yang tercatat oleh alat
pencatat standar pada jarak 100 km dari Pusat Gempa.
Dari rumus terlihat, peningkatan satu satuan M berarti peningkatan 10 1,5 satuan E yang
dilepaskan.
Energi regangan terbesar yang mungkin dapat dilepaskan oleh suatu sumber
gempa di bumi ini, diperkirakan tidak lebih dari M = 10 SR (batas ultimit
energi regangan kulit bumi).
Untuk Jawa Barat (DKI Jakarta), sumber-sumber gempa terdapat pada zona
subduksi pada pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di
Samudera Hindia dan ujung selatan Selat Sunda, serta di semua sesar
(patahan) aktif di daratan.
Sampai saat ini belum ada cara perhitungan dan belum ada alat yang dapat
memprediksi kapan suatu gempa akan terjadi.
UMUM
UMUM
Lit
ho
sp
he
re
Magma
Benioff Zone
Asthenosphere
Intensitas Gempa adalah gerakan tanah setempat yang kita rasakan dan
yang mengguncangkan bangunan-bangunan kita; dinyatakan menurut 2
cara:
• Secara kuantitatif, dinyatakan sebagai
percepatan puncak muka tanah (peak
ground acceleration atau PGA). Dalam
rekaman oleh akselerograf selama
gempa berlangsung (20 – 30 detik)
terlihat sebagai simpangan terbesar.
• Arah gempa selalu harus dianggap
sembarang; Intensitas gempa yang
terekam selalu terdiri dari 3 komponen :
• komponen U-S
• komponen B-T
• komponen Vertikal
MMI VII Every body runs outdoors. Damage negligible in 0,10 g – 0,15 g
buildings of good design and construction; slight to
moderate in well built ordinary structures;
considerable in poorly built or badly designed
structures; some chimneys broken. Noticed by
persons driving cars.
Untuk DKI Jakarta, data inputnya adalah a.l. semua kemungkinan Magnitudo
Gempa dari M = 5,0 SR s/d M = 8,5 SR yang dapat terjadi di semua Sumber
Gempa dalam radius 500 km dari Jakarta.
UMUM
UMUM
Semangko Fault
Mmax = 7.6 Lasem
Mmax = 6.8
Sukabumi
Mmax = 7.6
Baribis
Semarang
Mmax = 7.0
Mmax = 6.1
Bumiayu
Mmax = 6.1
Jakarta
Sumatera
Subduction
Mmax = 8.5
Java Subduction
Mmax = 8.2
UMUM
UMUM
Dari hasil Seismic Hazard Analysis, didapatlah intensitas gempa berupa PGA
dengan perioda ulang 500 tahunan di DKI Jakarta, yang nilainya berkisar
antara 0,18 g (untuk tanah keras) dan 0,30 g (untuk tanah lunak), yang
setara dengan intensitas gempa yang berkisar antara MMI VII dan MMI VIII.
Jadi, kalau ada yang bertanya berapa Skala Richter gempa yang dapat
ditahan oleh gedung-gedung tinggi di DKI Jakarta, jawabnya adalah sebagai
berikut :
SNI 03-1726-2002 secara resmi menggantikan standar yang lama “Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah Dan Gedung”, SNI-03-1726-
1989.
Dibedakan 3 jenis tanah: Tanah Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak,
bergantung pada nilai rata-rata berbobot 3 parameter tanah, yaitu kecepatan
rambat gelombang geser vs , nilai test penetrasi standar N dan kuat geser
niralir Su .
dengan syarat :
Tanah Sedang 175 < < 350 15 < < 50 50 < < 100
Tabel percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah A o
JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH
Faktor Keutamaan
Faktor Keutamaan I adalah suatu faktor yang dikalikan pada pengaruh Gempa Rencana
untuk menyesuaikan perioda ulangnya dengan kategori bangunan yang ditinjau.
Risiko Perioda
Umur Faktor
terjadinya ulang
Kategori Bangunan Bangunan Keutamaan
Gempa gempa
(tahun) Rencana (%) (I)
(tahun)
Bangunan biasa:
50 10 500 1,0
Penghunian, perniagaan, perkantoran
Bangunan penting pasca gempa:
Rumah sakit, pusat penyelamatan, fasilitas 50 < 10 750 1,4
radio/TV
Bangunan berbahaya pasca gempa:
50 < 10 1000 1,6
Gudang bahan berbahaya (gas, asam,racun)
Bangunan bersejarah:
Bangunan monumental, monumen, tugu > 200 < 10 2000 1,8 *)
peringatan
Bangunan sederhana:
Rumah susun PERUMNAS, bangunan lama 20 10 200 0,8 *)
(renovasi, perkuatan)
Cv = Ao I
Wilayah
Gempa
1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 0,6
5 0,7
6 0,8
SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM
C
C = Am
Am = 2.5 Ao
Ao
0 0.2 Tc
T (det)
Spektrum respons gempa C-T dipakai sebagai masukan bagi analisis respons
dinamik struktur elastik dengan metoda analisis ragam spektrum respons
SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM
Wilayah Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak
gempa Tc = 0,5 detik Tc = 0,6 detik Tc = 1,0 detik
Ao Am Ar Ao Am Ar Ao Am Ar
V
R Vn
Ve
elastik
R
daktail f Vn
Vm
f2
f
Vy f1
Vn Fi
zi
0 n y m
V
Diagram V- didasarkan atas konsep kesamaan simpangan maksimum m pada saat di
ambang keruntuhan; titik pelelehan pertama bergantung pada faktor daktilitas :
Faktor kuat lebih yang berhubungan dengan faktor keamanan terhadap beban lebih dan
kuat kurang :
f1 = 1,60
Faktor kuat lebih yang berhubungan dengan kehiperstatikan struktur daktail sebelum
runtuh :
f2 = 0,83 + 0,17
DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG
• Faktor reduksi gempa untuk mendapatkan beban gempa nominal pada struktur daktail :
R = f1 = 1,6
• Faktor kuat lebih total untuk mendapatkan beban gempa maksimum struktur daktail
sebelum runtuh :
f = f1 f2 = 1,6 f2
• Beban gempa nominal untuk mendisain struktur daktail :
• Beban gempa maksimum yang dapat dipikul struktur daktail sebelum runtuh :
Vm = f Vn = f1 f2 Vn
• Beban gempa maksimum nominal untuk mendesain bagian struktur daktail yang
harus tetap berprilaku elastik, sekaligus beban gempa nominal terbesar yang
dapat bekerja pada struktur daktail :
Taraf kinerja R f2 f
struktur
Beban gempa nominal terbesar f2 Vn yang dapat bekerja pada struktur daktail,
dipakai antara lain untuk 3 kasus berikut :
• Perencanaan Struktur Bawah, yaitu struktur besmen dan fondasi, sehingga
dengan meninjau pembebanan gempa nominal f2 Vn , Strutkur Bawah
senantiasa akan berprilaku elastik, termasuk ketika Struktur Atas berada di
ambang keruntuhan.
KETENTUAN UMUM
Jika tidak ditinjau interaksi tanah-struktur, struktur atas dapat dianggap terjepit pada taraf
lantai dasar (kalau ada besmen) dan pada taraf bidang atas pur atau pada taraf bidang
telapak (kalau tidak ada besmen).
Arah gempa yang menentukan : searah dengan bidang kerja subsistem struktur penahan
beban gempa yang dominan
Karena arah gempa pada kenyataannya sembarang, hal ini disimulasikan dengan
meninjau beban gempa 100% dalam suatu arah, bersamaan dengan beban gempa 30%
dalam arah tegak lurusnya
Faktor reduksi gempa dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot dari R semua unsur vertikal
dengan gaya geser dasar V sebagai faktor pembobotnya :
- arah sumbu-x:
- arah sumbu-y:
Nilai R masing-masing unsur vertikal bergantung pada nilai yang dipilih, tetapi tidak
boleh diambil lebih dari nilai maksimum Rm
Rm = 8.5 untuk portal terbuka daktail penuh
Rm = 5.5 untuk dinding geser daktail parsial
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
KETENTUAN UMUM
Untuk struktur gedung dengan tinggi > 10 tingkat atau 40 m, Pengaruh P-Delta
harus diperhitungkan
Eksentrisitas rencana antara Pusat Massa dan Pusat Rotasi di setiap lantai
tingkat harus diperhitungkan untuk mensimulasikan :
- pengaruh komponen rotasi horisontal gerakan tanah
- kemungkinan perpindahan letak Pusat Massa karena perubahan dalam beban
gravitasi/beban hidup
- kemungkinan perpindahan letak Pusat Rotasi karena pengaruh plastifikasi
pasca elastik
Wilayah
gempa
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN
Harus dilakukan analisis dinamik untuk menentukan :
Untuk mencegah struktur yang terlalu fleksibel waktu getar fundamental dibatasi, jangan
melampaui n.
Agar struktur berkinerja baik terhadap gempa, gerak ragam alami fundamental (kalau bisa
juga gerak ragam alami ke dua) harus dominan dalam translasi, mengingat respons
dinamik total struktur terhadap gempa akan dominan ditentukan oleh respons ragam
fundamentalnya.
Bila gerak ragam alami fundamental dominan dalam rotasi (puntir, torsi), gerak respons
dinamik total struktur terhadap gempa juga akan dominan dalam rotasi. Hal ini harus
dicegah mengingat respons struktur yang berotasi akan menyebabkan :
Gaya geser dasar nominal sebagai respons dari ragam fundamental (dengan T 1) :
Gaya geser dasar nominal total Vt dari hasil analisis ragam spektrum respons (CQC)
untuk mendesain struktur harus memenuhi :
Vt > 0,8 V1
Bila syarat ini tidak dipenuhi, gaya geser tingkat nominal sepanjang tinggi struktur
gedung untuk desain harus dikalikan dengan Faktor Skala :
Faktor Skala =
Diagram gaya geser nominal sepanjang tinggi struktur gedung untuk desain dapat
dimodifikasi bila dianggap perlu.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN
Tingkat
dimodifikasi
0 Vt 0.8V 1 V 1
Gaya geser tingkat
Dari diagram gaya geser tingkat nominal sepanjang tinggi struktur gedung didapat beban
gempa nominal statik ekuivalen pada taraf masing-masing lantai tingkat, sebagai selisih
gaya geser tingkat di bawahnya dan di atasnya.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut
Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai
coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar
denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut
Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang
menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran terbesar
denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap
yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya
loncatan bidang muka
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap
lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di
atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi
ketentuan ini
Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral
yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut
tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut
Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D BERATURAN
Karakteristik dinamik struktur 3D beraturan: gerak ragam alami pertama dominan dalam
translasi searah dengan arah salah satu sumbu utamanya; gerak ragam alami kedua
dominan dalam translasi searah dengan arah sumbu utama lainnya (ortogonal). Dengan
lain perkataan, struktur 3D beraturan berperilaku seperti struktur 2D dalam arah masing-
masing sumbu utamanya.
Karena itu, respons total struktur sangat dominan ditentukan oleh respons dari ragam
fundamentalnya.
Dengan hanya meninjau respons dari ragam fundamentalnya saja dan bentuk ragamnya
didekati sebagai garis lurus, maka analisis ragam spektrum respons (CQC) menghasilkan
2 rumus sederhana untuk beban gempa nominal statik ekuivalen :
Struktur bawah tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, karena itu harus
selalu berperilaku elastik penuh, sehingga beban gempa maksimum nominal
dari struktur atas pada struktur bawah adalah :
Fbn = 0,10 Ao I Wb
Beban gempa horisontal dari tekanan tanah, dapat dianggap mencapai nilai
maksimum senilai tekanan leleh tanah (senilai tekanan pasif tanah) sepanjang
kedalaman struktur bawah; beban tanah nominal yang bersangkutan didapat
dengan membaginya dengan R = 1,6
Beban gempa horisontal dari tekanan air tanah, dapat dihitung dari massa air
yang dibatasi oleh parabola Westergaard, dikalikan dengan percepatan
puncak muka tanah Ao ; beban hidrodinamik nominal yang bersangkutan
didapat dengan membaginya dengan R = 1,6.
Engineered Non-engineered