Anda di halaman 1dari 39

PERENCANAAN

PERENCANAAN BANGUNAN
BANGUNAN TAHAN
TAHAN GEMPA
GEMPA
BERDASARKAN
BERDASARKAN
SNI
SNI 03-1726-2002
03-1726-2002
“TATA
“TATA CARA
CARA PERENCANAAN
PERENCANAAN KETAHANAN
KETAHANAN GEMPA
GEMPA
UNTUK
UNTUK BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG”
GEDUNG”

Oleh
Oleh ::
Prof.DR.Ir. Wiratman Wangsadinata

Kursus Singkat Perencanaan Struktur Tahan Gempa,


Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia,
Jakarta, 24 Agustus 2006
UMUM
UMUM

Kegempaan
Magnitudo Gempa (M) dalam Skala Richter (SR) adalah ukuran energi regangan
(E) yang dilepaskan gempa di Sumber Gempa (Fokus, Hiposenter). Titik pada muka
tanah tepat di atas Sumber Gempa disebut Pusat Gempa (Episenter).

Definisi Magnitudo (M) adalah panjang dan rumit; cukup diketahui, bahwa itu berkaitan
dengan logaritma simpangan puncak muka tanah dalam mikron yang tercatat oleh alat
pencatat standar pada jarak 100 km dari Pusat Gempa.

Hubungan antara energi regangan E (erg, dyne.cm) dan Magnitudo M :

log E = 11,4 + 1,5 M

Dari rumus terlihat, peningkatan satu satuan M berarti peningkatan 10 1,5 satuan E yang
dilepaskan.

Berarti dibandingkan dengan M = 5 SR :

M = 6 SR melepaskan 101,5 = 31,6 kali energi E


M = 7 SR melepaskan 103 = 1.000,0 kali energi E
M = 8 SR melepaskan 104,5 = 31.622,8 kali energi E
M = 9 SR melepaskan 106 = 1.000.000,0 kali energi E
UMUM
UMUM

Energi regangan terbesar yang mungkin dapat dilepaskan oleh suatu sumber
gempa di bumi ini, diperkirakan tidak lebih dari M = 10 SR (batas ultimit
energi regangan kulit bumi).

Sebagai gambaran, suatu gempa dengan M = 6,3 SR melepaskan energi


yang setara dengan energi yang dilepaskan bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima tgl. 6 Agustus 1945 (di situ Episenter = Hiposenter).

Gempa “dangkal” : bila kedalaman Sumber Gempa < 50 km


Gempa “sedang” : bila kedalaman Sumber Gempa 50 – 100 km
Gempa “dalam” : bila kedalaman Sumber Gempa > 100 km

Untuk Jawa Barat (DKI Jakarta), sumber-sumber gempa terdapat pada zona
subduksi pada pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di
Samudera Hindia dan ujung selatan Selat Sunda, serta di semua sesar
(patahan) aktif di daratan.

Sampai saat ini belum ada cara perhitungan dan belum ada alat yang dapat
memprediksi kapan suatu gempa akan terjadi.
UMUM
UMUM

Indian-Australian Active Subduction Eurasian


N
Plate Zone Plate

Christmas Island Java


Java Ridge

Lit
ho
sp
he
re
Magma
Benioff Zone
Asthenosphere

Pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di Samudera Hindia


UMUM
UMUM

Intensitas Gempa adalah gerakan tanah setempat yang kita rasakan dan
yang mengguncangkan bangunan-bangunan kita; dinyatakan menurut 2
cara:
• Secara kuantitatif, dinyatakan sebagai
percepatan puncak muka tanah (peak
ground acceleration atau PGA). Dalam
rekaman oleh akselerograf selama
gempa berlangsung (20 – 30 detik)
terlihat sebagai simpangan terbesar.
• Arah gempa selalu harus dianggap
sembarang; Intensitas gempa yang
terekam selalu terdiri dari 3 komponen :
• komponen U-S
• komponen B-T
• komponen Vertikal

Akselerogram Gempa El centro, Imperial


Valley, California, 15 Mei 1940
UMUM

• Secara kualitatif, dinyatakan menurut persepsi, perasaan dan


penglihatan manusia, terbagi dalam berbagai skala (Rossi-Forel, Cancani,
Mercalli, Medvedev, dll.). Yang saat ini diakui secara internasional adalah
skala Modified Mercalli Intensity (MMI), yang terbagi dalam 12
tingkatan.
Antara PGA dan MMI ada hubungan empirik :

MMI VII Every body runs outdoors. Damage negligible in 0,10 g – 0,15 g
buildings of good design and construction; slight to
moderate in well built ordinary structures;
considerable in poorly built or badly designed
structures; some chimneys broken. Noticed by
persons driving cars.

MMI VIII Damage slight in specially designed structures; 0,25 g – 0,30 g


considerable in ordinary substantial buildings with
partial collapse; great in poorly built structures. Panel
walls thrown out of frame structures. Fall of
chimneys, factory stacks, columns, monuments,
walls. Heavy furnitre overturned. Sand and mud
ejected in small amounts. Changes in well water.
Persons driving cars disturbed.
UMUM
UMUM
Gempa Rencana
Terhadap intensitas gempa berapa bangunan-bangunan kita harus kita
rencanakan, mengingat besaran gempa bukan merupakan besaran
deterministic, melainkan probabilistic ?

Secara internasional telah disepakati, bahwa probabilitas (risiko, peluang)


yang layak diambil untuk terjadinya Intensitas Gempa Rencana yang
mengguncang bangunan kita di dalam desain, adalah 10% dalam jangka
waktu umur bangunan.
Dengan umur bangunan biasa (normal) dianggap 50 tahun, intensitas Gempa
Rencana berarti mempunyai periode ulang 500 tahunan.

Jadi, untuk perencanaan bangunan tahan gempa, kita harus meninjau


intensitas gempa berupa PGA yang mengguncang bangunan kita dengan
perioda ulang 500 tahunan.

Perhitungannya dilakukan berdasarkan teori probabilitas yang dikenal dengan


Seismic Hazard Analysis.

Untuk DKI Jakarta, data inputnya adalah a.l. semua kemungkinan Magnitudo
Gempa dari M = 5,0 SR s/d M = 8,5 SR yang dapat terjadi di semua Sumber
Gempa dalam radius 500 km dari Jakarta.
UMUM
UMUM

Sumber-sumber Gempa dalam Radius 500 Km dari Jakarta

Semangko Fault
Mmax = 7.6 Lasem
Mmax = 6.8
Sukabumi
Mmax = 7.6

Baribis
Semarang
Mmax = 7.0
Mmax = 6.1
Bumiayu
Mmax = 6.1
Jakarta

Sumatera
Subduction
Mmax = 8.5
Java Subduction
Mmax = 8.2
UMUM
UMUM

Dari hasil Seismic Hazard Analysis, didapatlah intensitas gempa berupa PGA
dengan perioda ulang 500 tahunan di DKI Jakarta, yang nilainya berkisar
antara 0,18 g (untuk tanah keras) dan 0,30 g (untuk tanah lunak), yang
setara dengan intensitas gempa yang berkisar antara MMI VII dan MMI VIII.

Jadi, kalau ada yang bertanya berapa Skala Richter gempa yang dapat
ditahan oleh gedung-gedung tinggi di DKI Jakarta, jawabnya adalah sebagai
berikut :

“Gedung-gedung tinggi di DKI Jakarta yang direncanakan berdasarkan


standar yang berlaku (SNI 03-1726-2002), akan tahan terhadap semua
kemungkinan Magnitudo Gempa dari M = 5,0 SR s/d M = 8,5 SR yang dapat
terjadi di semua Sumber Gempa dalam radius 500 km dari Jakarta, yang
menyebabkan intensitas gempa 500 tahunan di Jakarta , berupa percepatan
puncak muka tanah antara 0,18 g dan 0,30 g, atau setara dengan intensitas
gempa antara MMI VII dan MMI VIII”.
UMUM
UMUM

SNI 03-1726-2002 secara resmi menggantikan standar yang lama “Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah Dan Gedung”, SNI-03-1726-
1989.

Acuan utama dalam penyusunan standar ini:

“Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan


Gedung”, SNI-03-1726-1989, Meneg PU, 3 Nop. 97.
National Earthquake Hazards Reduction Program (NEHRP) : “NEHRP
Recommended Provisions for Seismic Regulations for New Buildings
and Other Structures”, Part 1 & 2, Federal Emergency Management
Agency (FEMA), 1997 Edition.
Uniform Building Code (UBC) Volume 2 : “Structural Engineering Design
Provisions”, International Conference of Building Officials, 1997 Edition.
KEGEMPAAN
KEGEMPAAN INDONESIA
INDONESIA

Peta Wilayah Gempa Indonesia


Dengan metoda Seismic Hazard Analysis telah dihitung percepatan
puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun di sejumlah
besar titik lokasi di Indonesia.
Di atas peta Indonesia dapat ditarik garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik lokasi dengan percepatan puncak batuan
dasar yang sama, yang menjadi dasar bagi pembuatan Peta Wilayah
Gempa Indonesia.

Indonesia dibagi dalam 6 Wilayah Gempa berikut :

Percepatan puncak batuan dasar (‘g’)


Wilayah
dengan periode ulang 500 tahun
1 0,03
2 0,10
3 0,15
4 0,20
5 0,25
6 0,30
KEGEMPAAN
KEGEMPAAN INDONESIA
INDONESIA

PETA WILAYAH GEMPA INDONESIA


JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH
Gelombang gempa merambat dari batuan dasar ke muka tanah sambil
mengalami pembesaran gerak, bergantung pada jenis tanah yang ada di atas
batuan dasar.

Dibedakan 3 jenis tanah: Tanah Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak,
bergantung pada nilai rata-rata berbobot 3 parameter tanah, yaitu kecepatan
rambat gelombang geser vs , nilai test penetrasi standar N dan kuat geser
niralir Su .

Dengan tebal lapisan tanah t sebagai faktor pembobot, nilai rata-rata


berbobot parameter tanah menjadi sebagai berikut :

dengan syarat :

karena menurut penelitian hanya lapisan-lapisan tanah sampai kedalaman


30 m saja yang menentukan pembesaran.
JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH

  Kecepatan rambat Nilai test Kuat geser niralir


Jenis tanah gelombang geser penetrasi standar rata-rata
rata-rata rata-rata (kPa)
(m/det)

Tanah Keras > 350 > 50 > 100

Tanah Sedang 175 < < 350 15 < < 50 50 < < 100

Tanah Lunak < 175 < 15 < 50

atau, semua jenis tanah lempung lunak dengan tebal total


lebih dari 3 m dengan PI > 20, wn > 40% dan Su < 25 kPa.

Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi.

Tabel parameter jenis-jenis tanah


JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH

Percepatan Percepatan puncak muka tanah A o (‘g’)


Wilayah puncak
Gempa batuan
dasar (‘g)
Tanah Tanah Tanah Tanah
Keras Sedang Lunak Khusus

1 0,03 0,04 0,05 0,08 Diperlukan


2 0,10 0,12 0,15 0,20 evaluasi
khusus di
3 0,15 0,18 0,23 0,30 setiap
4 0,20 0,24 0,28 0,34 lokasi
5 0,25 0,28 0,32 0,36
6 0,30 0,33 0,36 0,38

Tabel percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah A o
JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH

Faktor Keutamaan
Faktor Keutamaan I adalah suatu faktor yang dikalikan pada pengaruh Gempa Rencana
untuk menyesuaikan perioda ulangnya dengan kategori bangunan yang ditinjau.

Risiko Perioda
Umur Faktor
terjadinya ulang
Kategori Bangunan Bangunan Keutamaan
Gempa gempa
(tahun) Rencana (%) (I)
(tahun)
Bangunan biasa:
50 10 500 1,0
Penghunian, perniagaan, perkantoran
Bangunan penting pasca gempa:
Rumah sakit, pusat penyelamatan, fasilitas 50 < 10 750 1,4
radio/TV
Bangunan berbahaya pasca gempa:
50 < 10 1000 1,6
Gudang bahan berbahaya (gas, asam,racun)
Bangunan bersejarah:
Bangunan monumental, monumen, tugu > 200 < 10 2000 1,8 *)
peringatan
Bangunan sederhana:
Rumah susun PERUMNAS, bangunan lama 20 10 200 0,8 *)
(renovasi, perkuatan)

*) dirundingkan dengan Pemberi Tugas.


JENIS
JENIS TANAH
TANAH &
& PERCEPATAN
PERCEPATAN PUNCAK MUKA TANAH
Pengaruh Gempa Vertikal
Pengaruh gempa vertikal khususnya harus ditinjau pada balkon, kanopi, kantilever
panjang, balok transfer, balok beton pratekan berbentang panjang, bersamaan
dengan pengaruh beban gempa horisontal.
Dalam arah vertikal bangunan dapat dianggap sepenuhnya mengikuti
pergerakan vertikal muka tanah, sehingga faktor respons gempa vertikal :

Cv =  Ao I

dengan  bergantung pada Wilayah Gempa sbb:

Wilayah 
Gempa
1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 0,6
5 0,7
6 0,8
SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM

Spektrum respons Gempa Rencana C-T adalah suatu diagram yang


memberi hubungan antara percepatan respons dinamik C (dalam ‘g’)
dan waktu getar alami T (dalam detik) sistem satu derajat kebebasan
dengan fraksi redaman kritis 5%.

Menurut metoda analisis ragam spektrum respons, respons dinamik


total struktur elastik merupakan superposisi dari respons dinamik
ragam-ragamnya, masing-masing ditentukan dari spektrum respons
gempa rencana C-T, dikalikan dengan faktor partisipasinya.

Dalam hal ini, respons ragam fundamental adalah yang paling


dominan partisipasinya

Cara superposisi respons masing-masing ragam yang paling tepat


adalah dengan metoda Complete Quadratic Combination (CQC)
SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM

C
C = Am

Am = 2.5 Ao

Ao

0 0.2 Tc
T (det)

Spektrum respons Gempa Rencana

Spektrum respons gempa C-T dipakai sebagai masukan bagi analisis respons
dinamik struktur elastik dengan metoda analisis ragam spektrum respons
SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM

 
Wilayah Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak
gempa Tc = 0,5 detik Tc = 0,6 detik Tc = 1,0 detik

Ao Am Ar Ao Am Ar Ao Am Ar

1 0,04 0,10 0,05 0,05 0,13 0,08 0,08 0,20 0,20


2 0,12 0,30 0,15 0,15 0,38 0,23 0,20 0,50 0,50
3 0,18 0,45 0,23 0,23 0,55 0,33 0,30 0,75 0,75
4 0,24 0,60 0,30 0,28 0,70 0,42 0,34 0,85 0,85
5 0,28 0,70 0,35 0,32 0,83 0,50 0,36 0,90 0,90
6 0,33 0,83 0,42 0,36 0,90 0,54 0,38 0,95 0,95

Tabel besaran spektrum respons Gempa Rencana


SPEKTRUM
SPEKTRUM RESPONS
RESPONS GEMPA
GEMPA RENCANA
RENCANA &
& ANALISIS
ANALISIS RAGAM

Spektrum respons Gempa Rencana


untuk ke enam wilayah gempa
Indonesia

Spektrum respons Gempa Rencana C-T


dipakai sebagai masukan bagi analisis
respons dinamik struktur gedung elastik
dengan metoda analisis ragam spektrum
respons.
DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG

V
R Vn
Ve

elastik
 R 
daktail f Vn
Vm
f2
f
Vy f1
Vn Fi

zi

0 n y m 
V

Diagram beban-simpangan (diagram V-) struktur gedung.


DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG

Diagram V- didasarkan atas konsep kesamaan simpangan maksimum m pada saat di
ambang keruntuhan; titik pelelehan pertama bergantung pada faktor daktilitas :

y : adalah simpangan akibat beban Vy pada saat pelelehan pertama;


 = 1 : struktur dalam keadaan elastik penuh (y = m)
 = m : struktur pada batas daktilitas maksimumnya
m = 5,2 untuk portal terbuka daktail penuh
m = 3,3 untuk dinding geser daktail parsial
 dapat dipilih sendiri oleh perencana atau pemilik gedung, asal tidak melebihi m

Faktor kuat lebih yang berhubungan dengan faktor keamanan terhadap beban lebih dan
kuat kurang :
f1 = 1,60

Faktor kuat lebih yang berhubungan dengan kehiperstatikan struktur daktail sebelum
runtuh :

f2 = 0,83 + 0,17 
DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG
• Faktor reduksi gempa untuk mendapatkan beban gempa nominal pada struktur daktail :
R =  f1 = 1,6 
• Faktor kuat lebih total untuk mendapatkan beban gempa maksimum struktur daktail
sebelum runtuh :
f = f1 f2 = 1,6 f2
 
• Beban gempa nominal untuk mendisain struktur daktail : 

• Beban gempa maksimum yang dapat dipikul struktur daktail sebelum runtuh :
Vm = f Vn = f1 f2 Vn
• Beban gempa maksimum nominal untuk mendesain bagian struktur daktail yang
harus tetap berprilaku elastik, sekaligus beban gempa nominal terbesar yang
dapat bekerja pada struktur daktail :

• Bila simpangan akibat beban gempa nominal V n adalah n, maka :


 
simpangan pada saat pelelehan pertama : y = f1 n
 
simpangan pada saat di ambang keruntuhan : m = R n
DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG

 
Taraf kinerja  R f2 f
struktur

Elastik penuh 1,0 1,6 1,00 1,6


         
   1,5 2,4 1,09 1,7
2,0 3,2 1,17 1,9
2,5 4,0 1,26 2,0
Daktail 3,0 4,8 1,35 2,2
parsial
3,5 5,6 1,44 2,3
  
4,0 6,4 1,51 2,4
 
4,5 7,2 1,61 2,6
   5,0 8,0 1,70 2,7
       
Daktail penuh 5,2 8,5 1,75 2,8

Tabel parameter-parameter daktilitas struktur gedung


DAKTILITAS,
DAKTILITAS, KUAT
KUAT LEBIH
LEBIH & PENGARUH GEMPA PADA STRUKTUR
GEDUNG
GEDUNG

Beban gempa nominal terbesar f2 Vn yang dapat bekerja pada struktur daktail,
dipakai antara lain untuk 3 kasus berikut :
• Perencanaan Struktur Bawah, yaitu struktur besmen dan fondasi, sehingga
dengan meninjau pembebanan gempa nominal f2 Vn , Strutkur Bawah
senantiasa akan berprilaku elastik, termasuk ketika Struktur Atas berada di
ambang keruntuhan.

• Perencanaan Kapasitas, kalau pada pertemuan balok-kolom jumlah kapasitas


kolom tidak mencapai (6/5) jumlah kapasitas balok, sehingga tulangan
kolom harus ditambah, tetapi tidak perlu lebih dari pada untuk memikul
gaya dalam f2 Vn, dimana Vn adalah gaya dalam nominal sebelumnya.

• Perencanaan sistem strutkur yang berupa kombinasi portal terbuka dan


dinding geser (sistem ganda), kalau beban geser yang diterima oleh
komponen portal terbuka tidak mencapai 25% beban geser total, sehingga
beban geser yang dikerjakan pada komponen portal terbuka harus
ditambah, tetapi tidak perlu lebih dari pada f2 Vn, dimana Vn adalah gaya
geser nominal sebelumnya.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D

KETENTUAN UMUM
Jika tidak ditinjau interaksi tanah-struktur, struktur atas dapat dianggap terjepit pada taraf
lantai dasar (kalau ada besmen) dan pada taraf bidang atas pur atau pada taraf bidang
telapak (kalau tidak ada besmen).
Arah gempa yang menentukan : searah dengan bidang kerja subsistem struktur penahan
beban gempa yang dominan
Karena arah gempa pada kenyataannya sembarang, hal ini disimulasikan dengan
meninjau beban gempa 100% dalam suatu arah, bersamaan dengan beban gempa 30%
dalam arah tegak lurusnya
Faktor reduksi gempa dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot dari R semua unsur vertikal
dengan gaya geser dasar V sebagai faktor pembobotnya :
- arah sumbu-x:

- arah sumbu-y:

- representatif secara keseluruhan:

Nilai R masing-masing unsur vertikal bergantung pada nilai  yang dipilih, tetapi tidak
boleh diambil lebih dari nilai maksimum Rm
Rm = 8.5 untuk portal terbuka daktail penuh
Rm = 5.5 untuk dinding geser daktail parsial
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
KETENTUAN UMUM
Untuk struktur gedung dengan tinggi > 10 tingkat atau 40 m, Pengaruh P-Delta
harus diperhitungkan

Eksentrisitas rencana antara Pusat Massa dan Pusat Rotasi di setiap lantai
tingkat harus diperhitungkan untuk mensimulasikan :
- pengaruh komponen rotasi horisontal gerakan tanah
- kemungkinan perpindahan letak Pusat Massa karena perubahan dalam beban
gravitasi/beban hidup
- kemungkinan perpindahan letak Pusat Rotasi karena pengaruh plastifikasi
pasca elastik

Waktu getar alami fundamental : T1 <  n

n adalah jumlah tingkat dan  koefisien menurut tabel berikut :

Wilayah 
gempa
1 0,20
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
6 0,15
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN
Harus dilakukan analisis dinamik untuk menentukan :

– waktu-waktu getar alami dan bentuk ragam-ragamnya


– respons dinamik terhadap Gempa Rencana sebagai dasar untuk mendesain struktur

Untuk mencegah struktur yang terlalu fleksibel waktu getar fundamental dibatasi, jangan
melampaui  n.

Agar struktur berkinerja baik terhadap gempa, gerak ragam alami fundamental (kalau bisa
juga gerak ragam alami ke dua) harus dominan dalam translasi, mengingat respons
dinamik total struktur terhadap gempa akan dominan ditentukan oleh respons ragam
fundamentalnya.

Bila gerak ragam alami fundamental dominan dalam rotasi (puntir, torsi), gerak respons
dinamik total struktur terhadap gempa juga akan dominan dalam rotasi. Hal ini harus
dicegah mengingat respons struktur yang berotasi akan menyebabkan :

Tuntutan terhadap struktur untuk mengerahkan kekuatan yang berlebihan.


Ganggunan terhadap kenyamanan penghuni, karena akan merasa pusing, mual dan
mengalami disorientasi.
Kerusakan non-struktural yang lebih banyak.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN

Ragam 1 Ragam 2 Ragam 3


T1 = 7.13 detik T2 = 3.57 detik T3 = 2.55 detik

Menara Bakrie 50 Tingkat


ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN

Gaya geser dasar nominal sebagai respons dari ragam fundamental (dengan T 1) :

C1 : nilai faktor respons gempa dari Spektrum Respons Gempa Rencana


untuk T = T1
I : faktor keutamaan gedung
R : faktor reduksi gempa representatif untuk  yang dipilih
Wt : berat total gedung (+ beban hidup yang sesuai).

Gaya geser dasar nominal total Vt dari hasil analisis ragam spektrum respons (CQC)
untuk mendesain struktur harus memenuhi :

Vt > 0,8 V1

Bila syarat ini tidak dipenuhi, gaya geser tingkat nominal sepanjang tinggi struktur
gedung untuk desain harus dikalikan dengan Faktor Skala :
Faktor Skala =

Diagram gaya geser nominal sepanjang tinggi struktur gedung untuk desain dapat
dimodifikasi bila dianggap perlu.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D TIDAK BERATURAN

CQC (respons total)


0.8V
1
CQC (desain)
Vt

Tingkat

dimodifikasi

0 Vt 0.8V 1 V 1
Gaya geser tingkat

Diagram gaya geser tingkat nominal sepanjang tinggi struktur gedung

Dari diagram gaya geser tingkat nominal sepanjang tinggi struktur gedung didapat beban
gempa nominal statik ekuivalen pada taraf masing-masing lantai tingkat, sebagai selisih
gaya geser tingkat di bawahnya dan di atasnya.
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D

STRUKTUR GEDUNG 3D BERATURAN


Tidak perlu dilakukan analisis dinamik
Kriterianya :
 Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat
atau 40 m.

 Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun
mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut tidak lebih dari 25% dari ukuran
terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut

 Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut dan kalaupun mempunyai
coakan sudut, panjang sisi coakan tersebut tidak lebih dari 15% dari ukuran terbesar
denah struktur gedung dalam arah sisi coakan tersebut

 Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem penahan beban lateral


yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal
denah struktur gedung secara keseluruhan.

 Sistem struktur gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka dan kalaupun
mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur bagian gedung yang
menjulang dalam masing-masing arah, tidak kurang dari 75% dari ukuran terbesar
denah struktur bagian gedung sebelah bawahnya. Dalam hal ini, struktur rumah atap
yang tingginya tidak lebih dari 2 tingkat tidak perlu dianggap menyebabkan adanya
loncatan bidang muka
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D

STRUKTUR GEDUNG 3D BERATURAN


Kriterianya (lanjutan):
 Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat
lunak. Yang dimaksud dengan tingkat lunak adalah suatu tingkat, di mana kekakuan
lateral struktur tingkatnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral struktur tingkat di
atasnya atau kurang dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 struktur tingkat di atasnya.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu struktur tingkat, adalah
gaya geser yang bila bekerja pada struktur tingkat itu menyebabkan satu satuan
simpangan antar-tingkat

 Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap
lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di
atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi
ketentuan ini

 Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem penahan beban lateral
yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut
tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut

 Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
STRUKTUR GEDUNG 3D BERATURAN
Karakteristik dinamik struktur 3D beraturan: gerak ragam alami pertama dominan dalam
translasi searah dengan arah salah satu sumbu utamanya; gerak ragam alami kedua
dominan dalam translasi searah dengan arah sumbu utama lainnya (ortogonal). Dengan
lain perkataan, struktur 3D beraturan berperilaku seperti struktur 2D dalam arah masing-
masing sumbu utamanya.

Karena itu, respons total struktur sangat dominan ditentukan oleh respons dari ragam
fundamentalnya.

Dengan hanya meninjau respons dari ragam fundamentalnya saja dan bentuk ragamnya
didekati sebagai garis lurus, maka analisis ragam spektrum respons (CQC) menghasilkan
2 rumus sederhana untuk beban gempa nominal statik ekuivalen :

V : gaya geser dasar nominal;


Fi : beban gempa pada taraf lantai i;
C1 : nilai faktor respons gempa dari Spektrum Respons Gempa Rencana untuk T=T 1;
I : faktor keutamaan gedung;
R : faktor reduksi gempa representatif untuk  yang dipilih;
Wt : berat total gedung (+ beban hidup yang sesuai);
Wi : berat lantai ke-i (+ beban hidup yang sesuai);
zi : ketinggian lantai ke-i dari taraf penjepitan lateral
ANALISIS
ANALISIS STRUKTUR
STRUKTUR GEDUNG
GEDUNG 3D
3D

STRUKTUR GEDUNG 3D BERATURAN

Karena dalam arah masing-masing sumbu utama, struktur berperilaku seperti


struktur 2D, maka untuk arah-arah tersebut waktu getar fundamental dapat
dihitung dari rumus Rayleigh :

Fi : beban gempa statik ekuivalen yang bekerja pada struktur pada


taraf masing-masing lantai i
di : simpangan struktur pada taraf masing-masing lantai i
Wi : berat masing-masing lantai i ( + beban hidup yang sesuai)
STRUKTUR
STRUKTUR BAWAH
BAWAH

Struktur bawah : Besmen dan Fondasi


Struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur 3D tersendiri di dalam tanah
yang mengalami pembebanan gempa yang berasal dari: struktur atas, gaya
inersia sendiri dan tanah sekelilingnya

Struktur bawah tidak boleh gagal lebih dulu dari struktur atas, karena itu harus
selalu berperilaku elastik penuh, sehingga beban gempa maksimum nominal
dari struktur atas pada struktur bawah adalah :

di mana f2 dan Vn berkaitan dengan struktur atas


Beban gempa statik ekuivalen nominal yang bekerja horisontal pada taraf lantai
besmen akibat gaya inersia (empirik):

Fbn = 0,10 Ao I Wb

Ao : percepatan puncak muka tanah


I : faktor keutamaan gedung
Wb : berat lantai besmen (+ beban hidup yang sesuai)
STRUKTUR
STRUKTUR BAWAH
BAWAH

Beban gempa horisontal dari tekanan tanah, dapat dianggap mencapai nilai
maksimum senilai tekanan leleh tanah (senilai tekanan pasif tanah) sepanjang
kedalaman struktur bawah; beban tanah nominal yang bersangkutan didapat
dengan membaginya dengan R = 1,6

Beban gempa horisontal dari tekanan air tanah, dapat dihitung dari massa air
yang dibatasi oleh parabola Westergaard, dikalikan dengan percepatan
puncak muka tanah Ao ; beban hidrodinamik nominal yang bersangkutan
didapat dengan membaginya dengan R = 1,6.
Engineered Non-engineered

Gempa Yogja - Bantul, 27 Mei 2006, M=5.9 SR

Anda mungkin juga menyukai