0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan7 halaman
Ahlussunnah Wal Jamaah adalah kelompok yang mengikuti sunah Nabi dan para sahabat. Istilah ini mulai dipakai pada abad ke-8 Masehi. Ahlussunnah memiliki keyakinan yang menekankan tauhid, iman, dan takdir serta menolak ajaran sesat. Mereka mengikuti salah satu mazhab fikih dan menganut paham Asy'ari atau Maturidi dalam akidah serta tasawuf Imam Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.
Ahlussunnah Wal Jamaah adalah kelompok yang mengikuti sunah Nabi dan para sahabat. Istilah ini mulai dipakai pada abad ke-8 Masehi. Ahlussunnah memiliki keyakinan yang menekankan tauhid, iman, dan takdir serta menolak ajaran sesat. Mereka mengikuti salah satu mazhab fikih dan menganut paham Asy'ari atau Maturidi dalam akidah serta tasawuf Imam Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.
Ahlussunnah Wal Jamaah adalah kelompok yang mengikuti sunah Nabi dan para sahabat. Istilah ini mulai dipakai pada abad ke-8 Masehi. Ahlussunnah memiliki keyakinan yang menekankan tauhid, iman, dan takdir serta menolak ajaran sesat. Mereka mengikuti salah satu mazhab fikih dan menganut paham Asy'ari atau Maturidi dalam akidah serta tasawuf Imam Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.
Nama Kelompok : 1. Eka Rizky Romadloni (041810412) 2. Erna Widya Minawarti (041810413) 3. Fika Nur Aisyah (041810414) 4. Fiqih Daffa Yogiswara (041810415) Sejarah dan Pengertian Alhussunnah Wal Jama’ah
Ahlussunnah Wal Jama’ah dapat diartikan dengan
orang – orang yang mengikuti sunah dan berpegang teguh padanya dalam segala perkara yang Rasulullah SAW dan para sahabatnya berada di atasnya (Ma ana ‘alaihi wa ashabi), dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. istilah “Ahlussunnah wal Jama’ah” tidak dikenal pada zaman Nabi SAW, pemerintahan al- Khulafa’ar-Rasyidin, dan pada zaman pemerintahan Bani Ummayah (41-133 H/ 611-750 M). Istilah ini pertama kali dipakai pada masa Khalifah Abu Ja‟far al-Mansur (137-159 H/ 754-775 M) dan Khalifah Harun ar-Rasyid (170-194 H/ 785-809 M), keduanya berasal dari Dinasti Abbasiyah (750 M- 1258 M). Istilah Ahlussunnah wal Jama’ah semakin tampak pada zaman pemerintahan Khalifah al- Makmun (198-218 H/ 813-833 M). Aqidah Aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu (sesuai konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah) meliputi topik – topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah ghaibiyyaat (hal – hal ghaib), kenabian, takdir, berita – berita (tentang hal – hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar – dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar – dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka. Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama – nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah – firqah (golongan – golongan) lainnya. Penamaan ‘Aqidah Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. 1. Al – Iman 2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id) 3. Tauhid 4. As-Sunnah 5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah 6. Al-Fiqhul Akbar 7. Asy-Syari’ah Kesahihan Akidah Ahlussunah Wal Jamaah Ahlussunnah Wal Al-jama’ah adalah ajaran yang diajarkan oleh nabi Muhammad kepada para sahabatnya. Pada saat nabi Muhammad saw masih hidup umat islam belum terpecah karena masih ada Nabi, jadi segala persoalan yang muncul selalu ditanyakan langsung kepada Nabi. Setelah Nabi wafat, mulailah islam terbagi – bagi dalam kelompok – kelompok. Seperti, khawarij, syiah, dan mu’tazilah. Yang termasuk aliran ahlussunnah wal al-jamaah Nahdlatul Ulama adalah aliran yang dalam bidang Aqidah menganut Asy’ariyah dan Maturidiyah, dalam bidang Syariah mengikuti salah satu empat madzhab, dalam bidang tasawuf mengikuti Imam Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Ahlussunah wal jamaah ialah orang – orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar – dasar moderasi, menjaga keseimbngan, dan toleran. Ahlussunah wal jamaah menggunakan dasar – dasar maka dalam setiap melakukan kegiatan atau pemcahan masalahnya tidak dengan kekerasan melainkan dengan menggunakan pendekatan – pendekatan tradisi dan budaya, sehingga akan tercipta keseimbangan dan rasa toleran antar kelompok.