Anda di halaman 1dari 12

ASKEP

PADA PASIEN
DENGAN TERAPI ECT
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9

AY U W U L A N D A R I
DESMALINDA RAMADHANI
SRI KARINA
 

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Mohd.Syukri,M.Kep,Sp.Kep J
PENGERTIAN
Terapi ECT (Electroconvulsive) adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk
terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis
klien untuk membangkitkan kejang grandmall.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik
digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup
menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai.
Tujuan terapi ECT
• Mengembalikan fungsi mental klien
• Meningkatkan ADLs klien secara pribadi
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
• Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi, klien schizofrenia stupor
katatonik dan gaduh gelisah katatonik. ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien depresi dengan
gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin 200-300
mg/hari selama 4 minggu) namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat tidak berhasil. Pada
klien depresi memerlukan waktu 6-12x terapi untuk mencapai perbaikan, sedangkan pada mania dan
katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu 10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan
frekuensi 2-3 hari sekali. Jika efektif, perubahan perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.
• Kontra Indikasi
 Tumor intra kranial, karena dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
 Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran
 Osteoporosis, karena dapat berakibat terjadinya fraktur tulang.
 Infark Miokardium, karena dapat terjadi henti jantung.
 Asthma bronchiale, dapat memperberat keadaan penyakit yang diderita
PELAKSANAAN
• Peran Perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan mengantisipasi kecemasan klien dengan
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
• Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai berikut:
1) Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
2) Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
3) Kain kasa
4) Cairan Nacl secukupnya
5) Spuit disposibel
6) Obat SA injeksi 1 ampul
7) Tensimeter
8) Stetoskop
9) Slim suiger
10) Set konvulsator
LANJUTAN.........
• Persiapan Klien
1. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang akan dilakukan.
2. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT
3. Siapkan surat persetujuan
4. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
5. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin dipakai klien
6. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
7. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
8. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan antikonvulsan harus
dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena berisiko
organik.
9. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum ECT. Pemberian
antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal.
LANJUTAN......
• Pelaksanaan
1. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata dan cukup keras. Posisikan
hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali
bagian kepala.
2. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma
ringan.
3. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk menghindari kemungkinan kejang
umum.
4. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat elektrode menempel.
5. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi caira Nacl.
6. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan klien
diminta menggigit
7. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan dilapisi kain
8. Persendian (bahu,siku,pinggang,lutut) ditahan selama kejang dengan mengikuti gerakan kejang
9. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer berhenti dan dilepas
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh
LANJUTAN .........
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan diafragma
12. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
13. Kepala dimiringkan
14. Observasi sampai klien sadar
15. Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan

• Setelah ECT
1. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil
2. Jaga keamanan
3. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan, biasanya timbul
kebingungan pasca kejang 15-30 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN
A . P ENGK A JIA N
Nama : Ny. Rahma
Usia : 39 Tahun
No . RM :-
Diagnosa Medis :Skizofrenia

B. A NA L I SA D A TA

Waktu Fase Data Etiologi Problem


Rabu , 03 Pre ECT DS : Tindakan medis Ansietas
Oktober 2020 Klien mengatakan takut di ECT, sudah pernah ECT 1 kali (ECT)
09.15 wib sebelumnya
Klien mengatakan cemas saat akan di terapi
DO :
Klien tampak cemas, bingung, gelisah, menggerakkan tangannya
ke kursi secara berulang, tatapan klien kosong, menoleh
kesekelilingnya
TD : 120/70 mmHg, N : 90x/menit, S : 36,70c, RR : 25x/menit
B . A NA LI SA DA T A
Waktu Fase Data Etiologi Problem

  Intra ECT DS : - Akumulasi secret Bersihan jalan


  DO : nafas tidak efektif
  Klien menggunakan otot bantu pernafasan
Klien tegang saat ECT selama 1 menit
Terpasang spatel/kain pada mulut
RR 29x/menit
Pasien tak sadarkan diri
Pasien kejang

  Post ECT DS : Agen cedera fisik Nyeri akut


Klien mengatakan nyeri kepala setelah ECT, bertambah saat mebilisasi, nyeri (ECT)
dirasakan seperti ditusuk, tidak menjalar, hanya dirasakannya dikepala, skala
nyeri 6(0-10) kategori sedang, nyeri dirasakan hilang timbul
Klien mengatakan badannya lemas
DO:
Klien tampak pusing memegangi kepalanya menahan nyeri
Menyandarkan dirinya ke kursi dan bahu perawat
Klien sering memejamkan matanya dan berdesis
C . D IA GNO SA K EP ER A W A TA N

Pre ECT : Ansietas b.d tindakan medis ECT


Intra ECT : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi mucus
Post ECT : Nyeri akut b.d agen cedera fisik ECT

D. I NT ER VENS I K EP ER A W A TA N

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Pre ECT : Ansietas b.d tindakan medis ECT Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang
  keperawatan 1x30 menit menenangkan
diharapkan kecemasan klien 2. Jelaskan prosedur ECT
dapat berkurang, dengan kriteria 3. Berikan motivasi
hasil : 4. Dorong klien untuk
1. Klien dapat mengontrol mengungkapkan perasaannya
cemas 5. Ajarkan tekhnik relaksasi
2. Ttv dalam rentang normal
D. I NT ER VENS I K EP ER A W A TA N
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

2. Intra ECT : Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan posisi nyaman
efektif b.d akumulasi mucus keperawatan 1x30 menit 2. Longgarkan baju
  diharapkan bersihan jalan napas 3. Suction jika diperlukan
pasien menjadi efektif, dengan 4. Pantau respirasi
kriteria hasil : 5. Pantau kedalaman nafas
1. Tidakada sumbatan jalan
napas
2. RR dalam batas normal

3. Post ECT : Nyeri akut b.d agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
ECT keperawatan 1x30 menit 2. Jaga kemanan klien
  diharapkan nyeri dapat teratasi, 3. Berikan posisi nyaman
dengan kriteria hasil : 4. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas
1. Nyeri berkurang dalam
2. TTV dalam batas normal
KESIMPULAN :
Terapi ECT (Electroconvulsive) adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada
klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.

Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT menghasilkan
perubahan-perubahan biokimia didalam otak (Peningkatan kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan
obat anti depresan. Jadi bukan kejang yang ditampilkan secara motorik melainkan respon bangkitan
listrik di otak. Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga
penderita menerima aliran yang terputus – putus. Alatnya dinamakan konvulsator, di dalamnya ada
pengatur voltase (tekanan listrik) dan pengatur waktu yang secara otomatis memutuskan aliran listrik yag
keluar sesudah waktu yang ditetapkan. Setelah aliran listrik yang masuk dikepalanya, pasien menjadi
tidak sadar seketika. Konvulsi terjadi mirip epilepsy, diikuti fase kloni, kemudian relaksasi otot dengan
pernapasan dalam dan keras. Kemudian tidak sadar (kurang lebih 5 menit) dan setelah bangun kemudian
timbul rasa kantuk, kemudian pasien tertidur.

Anda mungkin juga menyukai