Imroatul Hudati
PENGUAT TRANSISTOR
Transistor
• Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai
penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan,
modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus
inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.
Transistor sebagai penguat
• Prinsip yang di pakai didalam transistor sebagai penguat
yaitu arus kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus
yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui
transistor tersebut.
• Fungsi dari transistor adalah hanya sebagai penguat ketika
arus basis akan berubah. Perubahan arus kecil pada basis
inilah yang dinamakan dengan perubahan besar pada arus
yang mengalir dari kolektor ke emitter.
Penguat Kelas A
Penguat Kelas B
Penguat Kelas AB
Penguat Kelas C
Transistor sebagai penguat
• Penguat kelas A
Merupakan Penguat Common Emitor
Memiliki efisiensi maksimum sebesar 25% - 50%.
• Penguat kelas B
Dibutuhkan 2 buah transistor tersebut haruslah mempunyai karakteristik yang
sama tetapi berlawanan (push-pull)
Efisiensi maksimum secara teoritis mencapai 78,5%
• Penguat kelas AB
Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi tinggi.
Untuk membantu kerja biasanya sering ditambahkan sebuah rangkaian
resonator LC yang terdiri dari induktor dan condensator.
Efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.
PENGUAT OP-AMP
Layout
• Konsep dasar
• Parameter dan mode input
• Pembalik negative
• Tegangan offset dan arus bias
• Respon frekuensi rangkaian terbuka dan terrtutup
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Penguatan tegangan open loop (AOL) = ∞
• Impedansi input (ZIN) = ∞
• Impedansi output (ZOUT) = 0
• Tegangan offset (VIO) = 0
• Bandwidth (BW) = ∞
• Common Mode Rejection Ratio (CMMR) = ∞
• Slew Rate (SR) = ∞
• Tidak terpengaruh oleh perubahan suhu
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Penguatan tegangan open loop (AOL) = ∞
Penguat tegangan open loop merupakan perbandingan antara tegangan keluaran (Vout)
terhadap tegangan masukan (Vin) dari komponen Op-Amp tanpa menggunakan rangkaian
umpan balik (feedback). Dalam kondisi ideal penguatan tegangan open loop pada Op-Amp
sangat besar (tak terhingga), sehingga dengan adanya selisih tegangan dari kedua masukannya
maka tegangan keluaran yang dihasilkan sangat besar juga.
Keterangan:
AOL = Tenguatan tegangan open loop
Vout = Tegangan keluaran
Vd = Tegangan differensial (selisih) antara V+ dan V-
V+ = Tegangan pada kaki non-inverting
V- = Tegangan pada kaki inverting
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Impedansi input (ZIN) = ∞
Impedansi input yang besar dapat dianalogikan sebagai rangkaian
terbuka, sehingga tidak akan ada arus yang masuk ke dalam
komponen Op-Amp
• Impedansi output (ZOUT) = 0
Dalam kondisi ideal, impedansi output yang dimiliki oleh Op-Amp
sangat kecil (nol). Impedansi output yang kecil dapat dianalogikan
sebagai kabel penghantar tanpa hambatan
• Tegangan offset (VIO) = 0
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Bandwidth (BW) = ∞
Bandwidth (atau lebar pita)
merupakan rentang frekuensi yang
dimiliki oleh Op-Amp dimana sinyal
input masih dapat dilewatkan atau
dikuatkan. Dalam kondisi ideal,
bandwidth yang dimiliki oleh Op-
Amp sangat besar (tak terhingga).
Bandwidth yang besar menandakan
bahwa komponen Op-Amp dapat
melewatkan atau menguatkan
sebuah sinyal dalam rentang
frekuensi berapapun.
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Common Mode Rejection Ratio (CMMR) = ∞
Common mode merupakan penguatan yang terjadi ketika kedua masukan Op-
Amp diberi sinyal yang nilainya sama, sehingga keluaran yang dihasilkan
harusnya bernilai nol. Namun karena ketidakseimbangan rangkaian internal
dari komponen Op-Amp maka nilai keluaran yang dihasilkan tidak sama
dengan nol.
Common mode rejection ratio atau CMRR merupakan rasio antara penguatan
differensial dan penguatan common mode. CMRR menyatakan seberapa besar
kemampuan Op-Amp untuk menekan penguatan common mode.
Karakteristik ideal dari Op-Amp
• Slew Rate (SR) = ∞
Rangkaian internal Op-Amp
terkadang diberi tambahan
komponen kapasitor yang
berfungsi untuk mereduksi noise,
tetapi penambahan kapasitor ini
menimbulkan kerugian berupa
lambatnya respon sinyal output
terhadap sinyal input. Slew rate
menyatakan seberapa cepat sinyal
output dapat merespon
perubahan sinyal input. Slew rate
dinyatakan dalam V/s
Konsep Dasar
• Op-Amp (Operational Amplifier) adalah salah satu bentuk IC Linear yang
berfungsi sebagai Penguat Sinyal Listrik.
• Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat
terdiri dari hanya 1 rangkaian Op-Amp. Atau bisa juga terdiri dari beberapa
rangkaian Op-Amp.
• Operasional amplifier bekerja dengan menggunakan dua buah tegangan catu
yang simetris yaitu tegangan catu positif (+V) dan tegangan catu negatif (-V)
• Op-Amp banyak dimanfaatkan dalam peralatan-peralatan ekeltronik sebagai
penguat, sensor, mengeraskan suara, buffer sinyal, menguatkan sinyal,
mengitegrasikan sinyal.
• Selain itu, digunakan pula dalam peraturan tegangan, filter aktif,
intrumentasi, pengubah analog ke digital dan sebaliknya.
Konsep Dasar
•𝐶𝑀𝑅𝑅
𝐴 𝑜𝑙
=
𝐴 𝑐𝑚
•
Expressed in decibels,
Op-Amp Input Modes and Parameters
• There are other input parameters to be considered for op-amp
operation. The input bias current is the dc current required to
properly operate the first stage within the op-amp. The input
impedance is another. Also, the input offset current which can
become a problem if both dc input currents are not the same.
• Output impedance and slew rate, which is the response time of the
output with a given pulse input are two other parameters.
• Op-amp low frequency response is all the way down to dc. The high
frequency response is limited by the internal capacitances within the
op-amp stages.
Δ 𝑉 𝑜𝑢𝑡 +9 𝑉 −(− 9𝑉 )
𝑆𝑙𝑒𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒= = =18 𝑉 /𝜇 𝑠
Δ𝑡 1 𝜇𝑠
Negative Feedback
• Negative feedback is feeding part of the output back to the input to
limit the overall gain. This is used to make the gain more realistic so
that the op-amp is not driven into saturation. Remember regardless of
gain there are limitations of the amount of voltage that an amplifier
can produce.
(a) Voltage-follower (b) Non-inverting (c) Inverting
Op-Amps With Negative Feedback
Noninverting Amplifier
The closed-loop voltage gain (Acl) is the voltage gain of an op-amp with
external feedback. The gain can be controlled by external component
values. Closed loop gain for a non-inverting amplifier can be determined
by the formula below.
Ideal Op-Amp
V1 = V2 = Vin
𝑅𝑓 100 𝑘 Ω
𝐴𝑐𝑙 ( 𝑁𝐼 ) =1+ =1+ =22.3
𝑅𝑖 4.7 𝑘 Ω
Voltage-follower
• The voltage-follower amplifier configuration has all of the output
signal fed back to the inverting input. The voltage gain is 1. This makes
it useful as a buffer amp since it has a high input impedance and low
output impedance.
Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)
𝑉 𝐼 𝑉2 − 𝑅2 𝑉 𝑜
+ =0 ⇒ =
𝑅1 𝑅2 𝑅1 𝑉𝑖
•
𝑅𝑓
| 𝐴 𝑐𝑙 ( 𝐼 )|= 𝑅
𝑖
21
Ex. 12-8 Determine the closed-loop gain of each amplifier in Figure.
(a) Vout ≅ Vin = 10 mV, in phase (b) Vout = AclVin = – 10 mV, 180º out of
phase (c) Vout = 233 mV, in phase (d) Vout = – 100 mV, 180º out of phase
Tegangan Offset
Op-Amp Input Modes and Parameters
• Op-amps tend to produce a small dc voltage called output error
voltage (VOUT(error)).
• The data sheet provides the value of dc differential voltage needed to
force the output to exactly zero volts.
• This is called the input offset voltage (VOS). This can change with
temperature and the input offset drift is a parameter given on the
data sheet.
• Sebuah Op-Amp ideal akan menghasilkan tegangan keluaran 0 V
ketika selisih tegangan masukan bernilai 0 V, hal ini dikarenakan Op-
Amp merupakan penguat differensial yang menguatkan selisih
tegangan masukannya.
• Tetapi dalam praktiknya, terdapat ketidakseimbangan pada rangkaian
internal Op-Amp yang menyebabkan timbulnya sejumlah kecil
tegangan pada keluarannya.
• Tegangan yang timbul pada keluaran Op-Amp disebut dengan
tegangan offset.
• Misalnya pada Op-Amp tipe LM741 memiliki tegangan offset sebesar
1 mV. Efek dari tegangan offset seharusnya tidak menjadi masalah
serius jika Op-Amp diatur dengan penguatan yang rendah. Namun
apabila Op-Amp diatur dengan penguatan yang tinggi maka tegangan
offset perlu diperhitungkan, karena dengan penguatan 10 kali akan
didapatkan pula 10 kali nilai tegangan offset yang timbul pada
keluaran. Untuk mengatasi permasalahan tegangan offset, beberapa
tipe Op-Amp seperti LM741 telah dilengkapi dua kaki tambahan yang
disebut dengan offset null.
To make the voltages exactly equal, you apply the same voltage to both pins and place a potentiometer
to one of the pins and change the resistance until the output is 0V.
Offset null adjustment requires a potentiometer with its wiper connected to the negative supply (with
some op amps) or to 0V (with others). Some op amps require a 100KΩ potentiometer.
Respon Frekuensi Rangkaian Terbuka dan Tertutup
3 dB Open-Loop Response
• The open-loop gain of an op-amp is determined by the internal design
and it very high. The high frequency cutoff frequency of an open-loop
op-amp is about 10 Hz.
Ideal plot of open-loop voltage gain versus
frequency for a typical op-amp. The frequency
scale is logarithmic.
𝐴 𝑜𝑙 ( 𝑚𝑖𝑑 )
𝐴 𝑜𝑙 = 2 2
√1 + 𝑓 /𝑓 𝑐
𝑓 1 𝐻𝑧
(𝑎)𝜃=− tan −1
( )
𝑓𝑐
=− tan −1 (
100 𝐻𝑧 )
=− 0.57 3𝑜
Closed-Loop Response
• Op-amps are normally used in
a closed loop configuration
with negative feedback. While
the gain reduced the bandwidth
is increased. The bandwidth
(BW) of a closed-loop op-amp
can be determined by the
formula below. Remember B is
the feedback attenuation.
• BWcl = BWol(1 + BAol(mid))
𝑓
𝜃𝑡𝑜𝑡 =−tan
−1
(𝑓 )
𝑐1
•