RISIKO
TUJUAN UMUM
Kreteria risiko mengandung potensi kegagalan dán potensi keberhasilan yang dapat dikelompokah dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Kelompok Risiko Tinggi, Keberhasilan yang diperoleh sangat kecil dibandingkan kegagalan atau usaha yang
digeluti lebih sering gagal dibandingkan denganı hasil.
Contoh: usaha disektor pesawat terbang, dimana wirausaha tidak memiliki latar belakang pendidikan atau
disiplin ilmu kedirgantaraan, maupun tidak mempunyai pengalamnan dan lain-lain.
2. Kelompok Risiko Rendah, Keberhasilan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan kegagalan, namun
usaha yang dikelola tidak ada tantangan dan wirausaha tidak mengoptimalkan kemampuan yang dimilik.
Contoh: Usaha warung kelontong yang tidak berkembang dan pemiliknya lulusan S1 dan pengalaman yang luas.
3. kelompok risiko sedang, kebethasilan yang dicapai lebih besar dibandingkan dengan kegagalan, unsur-unsur
tantangan dengan tingkat risiko selalu diperhitungkant, kemampuan, pengalaman dan lain-lain dioptimalkan.
contoh : wirausaha yang sukses dengan usaha yang berkembang dan memikirkan usahanya dalam jangka
panjang.kembang
Sebagai wirausaha yang sukses dalam situasi penuh ketidak pastian dengan
mempertimbangian keberhasilan dan kegagalan perhu diperhatikan:
a. daya tarik setiap alternatif
b. Seberapa besarnya kerugian yang mampu diemban.
c. Seberapa jauh untuk dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan
dapat mengurangi kegagalan.
Namun orang menyatakan bahwa dia bersedia menjual lotere tersebut dengan harga Rp. 300.000,. Ini
berarti bahwa meskipun dia tahu bahwa nilai ekspektasi lotere tersebut Rp. 500.000,- tetapi bagi dia
nampaknya adalah lebih baik untuk menerima Rp. 300.000,-dengan pasti, dasipada bermain risiko
dengan lotere, meskipun nilai ekspektasi lotere tersebut lebih tinggi. Nampak bahwa orang ini memiliki
sifat sebagai penghindar risiko.penghindar.
Beda nilai antara nilai ekspektasi lotere dengan ekivalen tetap tersebut sebagai risk premitm atau premi
risiko. Jadi:
Premi Risiko Nilai= Ekspektasi-ekivalen tetap
Premi risiko dapat diartikan sebagai sejumlah uang (atau besaran lain) yang rela dilepaskan seseorang
untuk dapat menghindarkannya dari risiko yang terlihat pada kcjadian tak pasti tersebut.
Bila seseorang bersifat sebagai penghindar risiko maka premi risikonya akan
selalu positip. Dan makin besar premi risiko tersebut, maka sifat penghindar
risiko orang tersebut akan makin besar pula.
Karena sifat penghindar risiko dinyatakan dengan premi risiko yang
positip, maka kurva utility-nya akan selalu terletak di sebelah kiri atas dari
garis netral. Dengan kata lain kurva utility-nya berbentuk concave.
2. Sikap Netral
Di lain pihak bila seseorang menyatakan bahwa ekivalen tetap sebuah lotere sama
dengan nilai ekspektasinya, maka dia mempunyai sikap yang netral dalam menghadapi
risiko.
Dalam hal ini maka premi risikonya adalah nol. Dan Kurva utilitynya digambarkan
sebagai garis lurus.
3. Sikap Penggemar Risiko
Seseorang yang memiliki sikap ini, maka ekivalen tetap atas suatu kejadian tak pasti
baginya akan lebi besar dari pada nilai ekspetasi dari kejadian tersebut.
Untuk orang dengan sikap ini maka premi risikonya adalah negatig; artinya, dia
mengharapkan suatu tambahan dari nilai ekspetasi, agar bersedia melepaskan lotere
tersebut.
Bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi risiko adalah tergantung pada
beberap hal antara lain; sifat dasar orang tersebut, persoalan yang dihadapi, situasinya
saat ini dan sebagainya.
Sikap penggemar risiko dapat ditemui dalam kejadian dimana terdapat suatu
tingkat aspirasi yang sangat penting. Dalam hal ini bila tingkat aspirasi tersebut daapat
dicapai, maka akan dapat diperoleh suatu perubahan yang amat berarti, seperti
kenaikan pangkat dan sebagainya.
Gambar tersebut adalah situasi bahwa konsekuensi kehilangan uang Rp. 10.000,-
mungkin tidak terlalu berbeda dengan kehilangan Rp. 5.000,-.
Dibandingkan dengan sikap lain, maka sikap penghindar risiko adalah sikap yang
palig sering ditemui dalam menghadapi kejadian tak pasti, yang melibatkan
konsekuensi-konsekuensi penting.
Bab 6
KOMUNIKASI BISNIS DAN NEGOSIASI
Komunikasi bisnis adalah pertukaran informasi atau pengetahuan
bisnis diantara dua orang atau lebih.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki usaha ;
1. Merintis usaha baru (starting) adalah membentuk usaha baru dengan menggunakan
modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada 3 bentuk usaha baru
yang dapat dirintis :
• Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), merupakan bentuk usaha yang dikelola
sendiri oleh seorang.
• Persekutuan (partnership), merupakan suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
• Perusahaan berbadan hokum (corporation), merupakan perusahaan yang didirikan atas
dasar badan hukum dengan model saham-saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yag telah
dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dari organisasi usaha
yang sudah ada.
3. Kerjasama manajemen (franchisor/parent company) dalam mengadahkan persetujuan
jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Kerjasama ini biasanya dengan
dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola
arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi, pembukuan.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan wirausaha untuk mencari
peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu: Pertama, pendekatan “idea generation”, yaitu
pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Kedua,
pendekatan “the out-side in” yang disebut juga “opportunity recognition”, yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila merespons atau
menciptakan suatu kebutuhan pasar. “Opportunity recognition” tidak lain adalah pengamatan
lingkungan (environment scanning) yaitu alat untuk pengembangannya yang akan ditransfer
menjadi peluang-peluang ekonomi.
Menurut Lambing, keunggulan dari perusahaan baru datang ke pasar adalah mengidentifikasi
“kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing”. Berdasarkan pendekatan “inside-out”.
Seorang kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
1. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta
cara menyajikannya.
2. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan
pelanggan serta harga yang tepat.
3. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber
dana dan cara menggunakannya.
4. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan
mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta negoisasi.
Dalam memasuki arena bisnis dan memulai usaha baru, seorang dituntut tidak hanya
memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan tersebut harus
diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku dipasar. Gambar VII.1
merupakan bagian proses bisnis yang diawali dengan kepribadian dan ide.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
• Bidang dan jenis usaha yang dimasuki
• Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih
• Tempat usaha yang akan dipilih
• Organisasi usaha yang akan dilakukan
• Jaminan usaha yang mungkin diperoleh
• Lingkungan usaha yang akan berpengaruh
.
1. Bidang dan Jenis Usaha yang Dimiliki
• Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya. Jika skala dan
lingkup usaha semakin besar, maka pengelolaannya harus melibatkan orang lain.
Dalam perusahaan lebih besar seperti Perseroan Terbatas (PT) dan CV, maka
organisasi kompleks lebih kompleks lagi. Secara hierarkis orgabisasi perusahaan
terdiri dari beberapa tingkatan yaitu rapat umum pemegang saham, dewan
komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat pemegang saham adalah
pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris.
Komisaris adalah mengawasi tindak-tanduk direksi dalam menjalankan
perusahaannya, dan manajer untuk menjamin kelancaran perusahaan tersebut.
5. Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat
jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya
usaha/ perusahaan adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro
1) Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti pemasok,
karyawan, pemegang saham, majikan, menejer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
2) Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan
secara keseluruhan,yang meliputi:
a) Lingkungan Ekonomi (Economic Environment)
Kekuatan ekonomi lokal, regional, rasional, dan global akan berpengaruh terhadap peluang
usaha.
d) Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup (Demografi and Life Style Environment)
Produk dan barang jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh perubahan demografi oleh perubahan
demografi dan gaya hidup.
6. Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri
Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu :
1. Sikap dan kebiasaan Pelanggaran, Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih kurang.
Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan
kebiasaan pelanggannya.
2. Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para
karyawan, dan penggantian alat serta system yang lama
3. Respons dari pesaing yang ada secara agresif akan mempertahankan pangsa pasar yang ada.
2) Merek Dagang
Merek dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada
umumnya berbentuk symbol atau nama atau logo atau slogan atau tempal dagang yang oleh perusahaan digunakan
untuk menunjukan keorisinilan produk.
3) Hak Cipta
Hak cipta (copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindung pencipta dari keorisinilan ciptaanya, misalnya
karangan, musik pencipta lagu, hak untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjual.
B. MEMBELI PERUSAHAAN ORANG LAIN
Banyak alasan orang memilih membeli perusahaan yang sudah ada ketimbang mendirikan atau merintis usaha
baru diantaranya karena memiliki beberapa keuntungan seperti kurang berisko, lebih mudah, dan memiliki peluang
untuk membeli denga harga yang bisa ditawar. Disamping itu, membeli perusahaan yang sudah adapun memiliki
peluang harga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan merintis usaha baru, Namun demikian bahwa
membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian dan permasalahan eksternal dan internal:
a. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyak pesaing dan ukuran peluang pasar
b. Masalah internal, yaitu masalah yang ada dalam perusahaan misalnya masalah image atau reputasi
perusahaan.
1. yakinlah bahwa anda tidak akan merintis perusahaan yang baru. Pertimbangkan, alasan membeli
perusahaan ketimbang merintis usaha-usaha baru atau franchising
2. tentukan jenis perusahaan yang diiinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya ? Teguhkan
kekuatan, kelemahan, tujuan, dan kepribadian anda.
3. pertimbangkan gaya hidup anda ingikan. Apa yang diharapkan dari perushaan tersebut apakah
uang, kebebasan atau fleksibilitas ?
4. pertimbangkan lokasi yang anda inginkan
5. pertimbangkan kembali gaya hidup. Mungkin anda memiliki perusahaan ini selama-lamanya dan
untuk kesenangan
Dalam kerja sama franchising, perusahaan induk memberikan bantuan manajemen secara berkesinambungan.
Keseluruhan citra (goodwill), pembuatan, dan teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan franchisee. Dasar
hukum dari penyelanggaraan franchising adalah kontak kerja sama antara franchisor (perusahaan induk) dan
franchisee (perusahaan penyalur)
Kelebihan dan kekurangan dari merintis usaha baru, membeli perusaha
an dan kerja sama manajemen (Franchising)
Bab 8
A. Pemahaman Organisasi dan Manajemen