VSD
Jamil Sidik S
Pengertian
VSD terjadi pada 1,5 – 3,5 dari 1000 kelahiran hidup dan sekitar 20-25% dari
seluruh angka kejadian kelainan jantung kongenital. Umumnya lubang terjadi
pada daerah membranosa (70%) dan muscular (20%) dari septum
Jadi VSD merupakan kelainan jantung bawaan (kongenital)
berupa terdapatnya lubang pada septum interventrikuler
yang menyebabkan adanya hubungan aliran darah antara
ventrikel kanan dan kiri
• Pada penderita VSD terjadi tekanan di ventrikel kiri jantung lebih tinggi
dibanding ventrikel kanan kanan, maka darah bersih di ventrikel kiri yang
semestinya beredar ke pembuluh utama aorta untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh, sebagian akan mengalir ke bilik kanan melewati VSD.
Pasien tidak terlihat biru, karena memang tak ada darah kotor yang
mengalir ke sirkulasi darah bersih.
• Apabila aliran darah ke ventrikel kanan dan pembuluh darah paru
melebihi jantung normal. Akibatnya, paru-paru seolah-olah kebanjiran
dan pasien merasa sesak nafas, sulit minum, sering infeksi saluran
nafas/paru (BP = bronkopnemonia), berat badannya pun sulit naik.
Kondisi ini terjadi bila lubang VSD besar, dan umumnya harus dilakukan
operasi. Kalau lubang VSD kecil/sedang dan letaknya di area ventricular
septum tertentu, memang bisa menutup atau mengecil sendiri.
• 4 tipe VSD :
• VSD kecil : Biasanya tak ada gejala. Bising
biasanya bukan pansistolik, tetapi bising akhir
sistolik tepat sebelum S2.
VSD kecil
- Palpasi:
• Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba getaran bising
pada SIC III dan IV kiri.
- Auskultasi:
• Bunyi jantung biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi jantung II agak
keras. Intensitas bising derajat III s/d VI.
VSD besar
- Inspeksi:
• Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat bercucuran.
Ujung-ujung jari hiperemik. Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium.
- Palpasi:
• Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada dinding dada.
Lanjutan.....
- Auskultasi:
• Bunyi jantung pertama mengeras terutama
pada apeks dan sering diikuti ‘click’ sebagai
akibat terbukanya katup pulmonal dengan
kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis
yangmelebar.
• Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada
sela iga II kiri.
Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
• Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai
umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal
jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan
pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
• Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen: biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobatannya menggunakan
digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan
terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila
ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
> Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau operasi
koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami
arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat
sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup,
kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui
defek.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktifitas terbatas)
b. Kaji adanya komplikasi
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat perkawinan
e. Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda – tanda
vital, jantung dan paru
f. Kaji aktivitas anak
g. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai,
hepatomegali.
h. Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
i. Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
• Diagnosa Keperawatan
• Pre op
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan terhadap penyakitnya
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi.
Post op
• 1. Gangguan rasa nyamam nyeri berhubungan dengan luka post op
• 2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
Terima kasih