Anda di halaman 1dari 24

METODE SIX SIGMA

Dri Mukti Wirawati, ST.,MT


Metode Six Sigma

• Menurut Gaspersz (2007), terdapat dua metodologi six sigma yang dapat
digunakan, yaitu: DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dan
DMADV (Define, Measure, Analyze, Design, Verify).
• DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada,
• DMADV digunakan untuk menciptakan desain proses baru dan/atau desain
produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas
kesalahan (zero defects/errors).
• DMAIC digunakan pada saat sebuah perusahaan sudah memiliki sebuah
produk jadi atau produk yang masih dalam tahap proses, namun belum
mencapai spesifikasi yang dibutuhkan oleh pelanggan.
DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang
terdiri dari lima tahap, yaitu:
• Define. Mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses yang
konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi
perusahaan.
• Measure. Mengukur kinerja proses pada saat sekarang (baseline
measurements) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
Lakukan pemetaan proses dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan
indikator kinerja kunci (key performance indicator = KPI).
• Analyze. Menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang
dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.
• Improve. Mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis seperti
Design of Experiments (DOE), dan lain-lain, untuk mengetahui dan
mengendalikan kondisi optimum proses.
• Control. Melakukan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus
untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju Six Sigma.
• DMADV adalah strategi perancangan proses baru dengan memanfaatkan
perangkat-perangkat kerja dan metode-metode terbaik di dalam
perencanaan produk maupun proses, baik itu proses pengembangan
produk, desain atau redesain proses pelayanan, atau proses bisnis internal.
Tahap-tahap dalam proses DMADV adalah sebagai berikut:

• Define. Mendefinisikan secara formal sasaran dari aktivitas desain proses baru
dan / atau desain produk baru yang secara konsisten berkaitan langsung
dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan.
• Measure. Mengindentifikasi critical-to-qualities (CTQs), kapabilitas produk
(product capabilities), kapabilitas proses (process capabilities), evaluasi resiko,
dll.
• Analyze. Mengembangkan dan mendesain alternatif-alternatif, menciptakan
high-level design, dan mengevaluasi kapabilitas desain agar mampu memilih
desain terbaik.
• Design. Mengembangkan desain secara terperinci (develop detail design),
optimisasi desain (optimize design), dan rencana untuk verifikasi desain.
Pada tahap ini mungkin membutuhkan simulasi.
• Verify. Memverifikasi desain, setup pilot runs, implementasi proses baru
(untuk desain proses baru) atau produk baru (untuk desain produk baru),
kemudian menyerahkan kepada pemilik proses.
a. Define

• Pada Fase ini, tim akan mendefinisikan keinginan dan kebutuhan konsumen,
serta membuat perencanaan penyelesaian proyek.
• Pada fase ini tim harus selalu berhubungan dengan sponsor atau Champion
untuk memastikan proyek ini tetap sejalan dengan tujuan bisnis,
prioritasnya serta ekspektasinya.
Pada tahap define terdapat dua hal yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Mendefinisikan proses inti perusahaan.
Proses inti adalah suatu rantai tugas, biasanya mencakup berbagai
departemen atau fungsi yang mengirimkan nilai (produk, jasa, dukungan,
informasi) kepada para pelanggan eksternal. Dalam hal pemilihan tema Six
Sigma pertama-tama yang dilakukan adalah mempertimbangkan dan
menjelaskan tujuan dari suatu proses inti akan dievaluasi.
2. Mendefinisikan kebutuhan spesifik kebutuhan pelanggan.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pemain paling penting didalam
semua proses, yakni pelanggan, pelanggan bisa internal maupun eksternal
adalah tugas Black Belt dan tim untuk menentukan dengan baik apa yang
diinginkan pelanggan eksternal. Pekerjaan ini membuat suara pelanggan
(voice to customer – VOC) menjadi hal yang menantang. Dalam hal
mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan adalah memahami dan
membedakan diantara dua kategori persayaratan kritis, yaitu persyaratan
output dan persyaratan pelayanan.
b. Measure

• Dalam langkah ini tim akan memformulasikan ulang permasalahan serta


memulai pencarian akar masalah.
• tujuan dari langkah measure adalah mencari peluang untuk
perbaikan/peningkatan kinerja dan menetapkan ukuran yang akan dijadikan
basis pengukuran peningkatan kinerja setelah project Six Sigma
diimplementasikan.
• Saat memulai tahap measure, yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi
proses-proses internal yang krusial yang mempengaruhi CTQ.
• Adapun tools yang dapat digunakan pada fase ini adalah diagram pareto,
Gage R & R, dan Measurement System Analysis. Pada tahap ini juga
menghitung nilai dari DPO (Defect Per Opportunity) dan juga DPMO (Defect
Per Million Opportunity), serta tingkat sigma pada perusahaan.
Menurut Gaspersz (2002), hal pokok yang dilakukan dalam
tahap measure atau pengukuran, yaitu:

1. Menentukan karakteristik kualitas kunci


CTQ ditetapkan berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan
yang diturunkan secara langsung dari persyaratan-persyaratan output dan
pelayanan. Dalam buku lain menyebutkan bahwa karakteristik kualitas sama
dengan jumlah kesempatan penyebab cacat (opportunities to failure).
• 2. Mengembangkan rencana pengumpulan data
Rencana pengukuran tingkat proses, adalah mengukur setiap langkah atau
aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh
pemasok yang mengendalikan dan mempengaruhi karakterstik kualitas
output yang diinginkan.
Pengukuran tingkat output, mengukur karakteristik kualitas output yang
dihasilkan suatu proses dibandingkan dengan karakteristik kualitas yang
diinginkan pelanggan.
Rencana pengukuran tingkat outcome, mengukur bagaimana baiknya
suatu produk atau jasa itu memenuhi kebutuhan spesifik dari pelanggan.
Pengukuran baseline kinerja, tingkat kinerja sekarang atau dalam
terminologi Six Sigma disebut sebagai baseline kinerja.
c. Analyze

• analyze bertujuan untuk pencarian dan analisis terhadap hal-hal mendasar


(root cause) yang menyebabkan terjadinya variasi pada sistem atau proses
yang berpotensi menimbulkan defect. Dari hasil analisis tersebut,
selanjutnya dilakukan penyusunan prioritas penyelesaian masalah sesuai
dengan kontribusi permasalahan terhadap kepuasan pelanggan dan
profitabilitas organisasi.
• Adapun tools yang dapat digunakan adalah fishbone diagram, pareto
diagram dan FMEA.
• 1. Eksplorasi
• Pada tahap eksplorasi terdapat beberapa prinsip yang dapat digunakan,
yaitu:
• Mengetahui apa yang anda perlu tahu. Mengaculah pada project charter
dan problem statement untuk memutuskan apa saja data-data yang
diperlukan saat analisis.
• Mempunyai hipotesis. Hipotesis atas penyebab masalah membantu kita
memfokuskan jenis data yang akan dianalisis.
• Banyak bertanya mengenai frekuensi, akibat dan tipe gejala yang berkaitan
dengan masalah.
2. Membuat hipotesis
• Pada tahap ini, tim proyek mendiskusikan (brainstorming) mengenai
kemungkinan-kemungkinan penyebab masalah berdasarkan eksplorasi
yang telah dilakukan. Hasil Brainstorming ini yang nantinya dijadikan
hipotesis sementara atas penyebab mana yang akan dituntaskan.

3. Verifikasi penyebab
• Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memverifikasi penyebab, yaitu
analisa logika, statistik dan eksperimental. Teknik dasar statistik untuk
menentukan hubungan sebab akibat ada dua, yaitu: mengetahui korelasi
antara potensi penyebab (X’s) dan output (Y) dan stratifikasi data untuk
melihat pola di dalamnya
d. Improve

• ujuan fase improve adalah untuk mencari dan mengimplementasikan solusi


yang akan mengeliminasi penyebab masalah, menurunkan variasi proses dan
mencegah terulang lagi terjadinya kejadian yang sama.
• Pada tahap ini dilakukan pemberian usulan perbaikan atau rencana tindakan
yang akan dilakukan setelah mengetahui sumber dan akar penyebab masalah-
masalah yang ada, setiap rencana tindakan harus memberikan alasan
kegunaan mengapa rencana tindakan tersebut penting untuk dilakukan,
bagaimana mengimplemetasikan rencana tindakan tersebut, dimana rencana
tindakan tersebut akan diimplementasikan, siapa yang akan menjadi
penanggung jawab dari rencana tindakan tersebut apabila diterapkan, dan
berapa besar biaya yang akan dibutuhkan untuk melaksanakan rencana
tindakan tersebut, serta manfaat positif apakah yang dapat diterima oleh
perusahaan dengan mengimplementasikan rencana tindakan tersebut.
e. Control
• Tujuan fase control adalah memastikan bahwa pelaksanaan implementasi,
pengukuran performa proses dan dokumentasi hasil dapat berjalan secara
lancar dan efektif, juga untuk mengantisipasi perlunya penyesuaian operasi
terhadap perubahan customer requirements.

• Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan


disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan
proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur
didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan
atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik atau
penanggung jawab proses.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam tahap control adalah:
• Dokumentasi terhadap improvement. Dokumentasi terhadap Improvement
diperlukan sebagai guidelines pelaksanaan. Pembuatan dokumentasi
sebaiknya melibatkan pihak operasional yang menjalankan solusi yang telah
di tetapkan. Selain dokumentasi sebaiknya ringkas, mudah dimengerti,
mudah diakses di perbaharui sesuai kebutuhan.
• Membuat pengukuran/indikator jalannya proses. Indikator diperlukan
sebagai pedoman dalam mempertahankan dan mengatur performa proses
dari waktu ke waktu. Selain indikator pengaturan ditetapkan kemudian
proses dimonitor dengan cara membuat grafik data (run chart) untuk
melihat kestabilan dan performa proses.
• Membangun sebuah perencanaan manajemen proses yang
mengakomodasi hal-hal berikut: peta proses saat ini, action alarms,
penanggulangan darurat dan perencanaan untuk Continuous Improvement.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai