Dosen Pengajar :
Dr. Tri Ratnaningsih.,S.Kep.Ns.,M.Kes
Definisi
TBC merupakan penyakit anak yang masih menjadi persoalan utama yang belum
teratasi sepenuhnya. Sebagai penyakit yang memiliki tingkat bahaya yang cukup
tinggi, TBC masih menjadi perhatian serius badan kesehatan dunia (WHO). Hal
ini disebabkan oleh tingkat penularan yang tinggi karena kurangnya kesadaran
masyarakat yang ditambah dengan iklim yang sangat menunjang perkembangan
penyakit ini. (Puspitasari, 2019)
Dapat disimpulkan bahwa TB Paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang beberapa
organ, terutama paru-paru dan bersifat menahun.
2
ETIOLOGI
01
Mycobacterium Tuberculosis merupakan
jenis kuman berbentuk batang
02
berukuran panjang 1-4 mm dengan
ketebalan 0,3-0,6 mm. Bakteri ini M. Tuberculosis bisa mati pada
bersifat aerob, sehingga sangat pemanasan 100° c selama 5-10 menit,
menyukai daerah yang banyak oksigen pada pemanasan 60° c selama 30 menit,
dan lembab. dan dengan alkohol 70-95 % selama 15-30
M. tuberculosis sangat senang tinggal di detik. Bakteri ini juga tahan selama 1-2
bagian apeks paru-paru yang terdapat jam di udara terutama di tempat yang
banyak oksigen. lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan),
tetapi tidak tahan terhadap sinar atau
aliran udara.
3
Klasifikasi :
1. Tuberculosis
1. Tuberculosis Primer
Primer merupakan
merupakan
infeksiyang
infeksi yangbersifat
bersifat sistemik
sistemik. 2. Tuberculosis Sekunder :
sebagian kecil dari bakteri TB
masih hidup dalam keadaan
dorman dalam jaringan parut.
4
Manifestasi klinis
a. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam I bulan setelah diberikan upaya
perbaikan gizi yang baik.
b. Demam lama (≥ 2 minggu ) dan / berulang tanpa sebab yang jelas. Batuk lama ≥ 3 minggu
c. Nafsu makan tidak ada, atau berkurang, disertai dengan gagal tumbuh
d. Malaise, anak kurang aktif bermain
e. Diare persisten/ menetap yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
5
Gejala TB yang sering dijumpai pada anak
adalah batuk persisten, berat badan turun
atau gagal tumbuh, demam lama, lesu dan
anak menjadi tidak aktif. Gejala TB
bersifat khas yaitu menetap lebih dari 2
minggu walaupun sudah diberikan terapi
dan nutrisi yang adekuat. (Aziz, 2018)
6
Patofisiologi
Individu yang rentan dan menghirup basil tuberculosis akan mudah terinfeksi.
Bakteri dapat berpindah melalui jalan nafas ke alveoli, tempat berkumpulnya bakteri
tersebut dan berkembang biak. Basil tersebut juga dapat berpindah melalui system
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya seperti ginjal, tulang, korteks serebi
dan lobus atas paru – paru. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah
pemajanan. Proses sarang paru ini memakan waktu 3 – 8 minggu.
7
Microbacterium Masuk lewat jalan nafas
Pathway
Droplet infection
Tuberkulosa
Tumbuh dan
Pengeluaran zat
berkembang di
pirogen
sitoplasma
makrofag
Mempengaruhi
hipotalamus
Sarang primer
atau afek primer
(focus ghon)
Lanjutan…
Hipertermi
Berkembang Kerusakan
Pembentukan
menghancurkan jaringan membrane
tuberkel alveolar
ikat sekitar
Lanjutan….
Membentuk jaringan Ketidakefektifan Alveolus
keju bersihan jalan mengalami
nafas konsodilatasi dan
eksudasi
Secret keluar saat batuk
Gangguan
Batuk produktif Pertukaran Gas
Mual muntah
Risiko Infeksi
11
Pemeriksaan diagnostik :
a. Pemeriksaan radiologi
Tuberculosis dapat memberikan
gambaran bermacam-macam pada foto
rotgen toraks, akan tetapi terdapat
beberapa karakteristik gambaran untuk
tuberculosis paru.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
2) Sputum BTA
3) Tes Tuberculin (Mantoux Test)
12
komplikasi
1) Malnutrisi.
2) Empisema.
3) Efusi pleura.
4) Gangguan gastrointestinas
sebagai akibat dari penggunaan
obat- obatan.
13
penatalaksanaan
a. Diagnosis TB
Dalam menegakkan diagnosis TB anak, semua prosedur diagnostik dapat dilaksanakan, namun apabila
dijumpai keterbatasan sarana diagnostik, dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai
sistem skoring.
b. Pengobatan
Pengobatan TB pada anak diberikan dalam bentuk kombinasi minimal tiga macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Lamanya pengobatan
TB pada anak 6-12 bulan, pemberian obat jangka panjang ini bertujuan untuk membunuh kuman serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
c. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang diberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi ; Penyuluhan,
Pencegahan, Pemberian obat-obatan, Fisioterapi dan rehabilitasi, dan Konsultasi secara teratur.
14
askep
Teoritis
15
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Kebanyakan pada kasus Tuberkulosis Paru dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
e. Riwayat lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi kesehatan anak dengan Tubeculosis paru yaitu lingkungan yang sebagian
besar orang sekitarnya banyak yang menderita Tuberculosis paru, dan kondisi rumah yang tidak sehat,
16 misalnya kondisi rumah yang lembab, kurangnya ventilasi didalam rumah, dan pencahayaan yang kurang.
2. Pemeriksaan fisik
*B1 (Breathing) *B2 (Blood)
-Inspeksi: bentuk dada dan gerakan pernapasan -Inspeksi: inspeksi tentang adanya jaringan parut dan
biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya keluhan kelemahan fisik, ditemukan adanya sianosis
penurunan proporsi lateral. perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
-Palpasi: palpasi trachea menandakan adanya
gangguan penyakit pada lobus atas paru. -Palpasi: denyut nadi perifer melemah.
17
Lanjutan…
B6 (Bone)
B4 (Bladder)
B7 (Pengindraan)
Pengukuran volume akut urine berhubungan
dengan intake cairan. Oleh karena itu perawat
perlu memonitor adanya oliguria karena hal Mata biasanya tidak mengalami gangguan, hidung
tersebut merupakan tanda awal dari syok.
terdapat sekret, mukosa hidung lembab.
B5 ( Bowel)
Anak biasanya mengalami mual, muntah B8 (Endokrin)
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
18
parotis.
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih,
spasme jalan nafas, benda asing dalam jalan nafas, sekresi yang tertahan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan konsolidasi dan eksudasi.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat, kurangnya asupan
makanan, anoreksia, ketidakampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan
metabolisme.
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, proses infeksi.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
19
Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Luaran / Outcome Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi *Label Intervensi (Utama) : Manajemen Jalan Napas
napas tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam,
Tindakan :
berhubungan maka Bersihan Jalan Napas
dengan spasme Meningkat dengan kriteria hasil : 1) Observasi
jalan nafas a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
a. Batuk efektif meningkat (5)
napas)
b. Produksi sputum menurun
b. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya, ronkhi)
(5)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
c. Dispnea menurun (5)
2) Terapeutik
d. Gelisah menurun (5)
d. Posisikan semi-fowler atau fowler
e. Frekuensi napas membaik
e. Berikan minum hangat
(5)
20
3). Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
*Label Intervensi (Pendukung) : Pemberian Obat Inhalasi
Tindakan :
1). Observasi
Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan
kontraindikasi obat
Periksa tanggal kadaluarsa obat
Monitor efek terapeutik obat
Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
2). Terapeutik
Lakukan prinsip 6B (pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumentasi)
Kocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
Posisikan inhaler di dalam mulut engarah ke tenggorokan
dengan bibir ditutup rapat
3) Edukasi
Anjurkan menahan napas selama 10 detik
Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat
Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat
21
2. *Label Intervensi (Utama) : Pemantauan Respirasi
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan
Tindakan :
gas berhubungan intervensi keperawatan selama Observasi
Monitor adanya produksi sputum
dengan konsolidasi dan 1x24 jam, maka Pertukaran Gas
Meningkat dengan kriteria hasil : Monitor adanya sumbatan jalan napas
eksudasi Bunyi napas tambahan menurun Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
(5) Auskultasi bunyi napas
Gelisah menurun (5) Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
22
Setelah dilakukan intervensi keperawatan *Label Intervensi (Utama) : Manajemen Hipertermia
4. Hipertermi berhubungan
selama 1x24 jam, maka Termoregulasi Tindakan :
dengan reaksi inflamasi, membaik dengan kriteria hasil : 1). Observasi
a. Suhu tubuh membaik (5) a. Identifikasi penyebab hipertermia
proses infeksi
b. Suhu kulit membaik (5) b. Monitor suhu tubuh
2). Terapeutik
a. Longgarkan atau lepaskan pakaian
b. Berikan cairan oral
c. Lakukan pendinginan eksternal (misal kompres pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
3). Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Risiko infeksi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
berhubungan dengan selama 1x24 jam, maka Tingkat Infeksi *Label Intervensi (Utama) : Pencegahan Infeksi
5. Tindakan :
daya tahan tubuh menurun dengan kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat (5) 1). Observasi
menurun a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2). Terapeutik
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3). Edukasi
a. Jelaskan tanda da gejala infeksi
b. Ajarkan etika batuk
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
23
Implementasi
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
Intervensi Utama : Manajemen Jalan Napas
1) Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2) Memonitor bunyi napas tambahan (misalnya, ronkhi)
3) Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4) Memposisikan semi-fowler atau fowler
5) Memberikan minum hangat
6) Mengajarkan teknik batuk efektif
24
Intervensi Pendukung : Pemberian Obat Inhalasi
1) Mengidentifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
2) Memeriksa tanggal kadaluarsa obat
3) Memonitor efek terapeutik obat
4) Memonitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
5) Melakukan prinsip 6B (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)
6) Mengocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
7) Melepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
8) Memposisikan inhaler di dalam mulut engarah ke tenggorokan dengan bibir ditutup rapat
9) Menganjurkan menahan napas selama 10 detik
10) Mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat
11) Menjelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat
25
Implementasi
26
Implementasi
Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, intake nutrisi tidak adekuat.
Label Intervensi (Utama) : Manajemen Nutrisi
1) Mengidentifikasi status nutrisi
2) Mengidentifikasi makanan yang disukai
3) Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
4) Memonitor asupan makanan
5) Memonitor berat badan
6) Menyajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
27
Implementasi
28
Implementasi
29
Evaluasi
30
THANKS!
Any questions?
31