Anda di halaman 1dari 21

Hukum Zhihar

Al-Mujadilah: 1 – 6
Zhihar pada Zaman Jahiliyah
• Pada zaman jahiliah jika seseorang marah kepada
istrinya karena suatu hal, lalu dia berkata, “Bagiku,
kamu seperti punggung ibuku”, maka istrinya
menjadi haram baginya, tetapi tidak jatuh talak.
• Hubungan sebagai suami dan istri terus berlanjut,
tetapi tidak boleh menggauli istrinya.
• Dan, istri pun tidak tercerai dari suaminya sehingga
dia memiliki jalan lain.
• Hal ini merupakan salah satu bentuk pelecehan yang
diderita wanita pada zaman jahiliah
Khaulah (Khuwailih) binti
Tsa’labah
• Wanita yang protesnya dijawab oleh
Allah SWT adalah Khaulah atau dalam
riwayat lain Khuwailah binti Tsa’labah
• Suaminya adalah Aus bin Shamith
– Sudah usia lanjut
– Temperamental
– Suka memaksa
– Miskin
Peristiwanya
• Suatu hari dia masuk ke kamarku, tetapi aku menolaknya
karena suatu hal.
• Maka, dia pun marah dan berkata, ‘Bagiku kamu seperti
punggung ibuku.’
• Aus pun pergi lalu bergabung bersama kaumnya di tempat
pertemuan mereka.
• Kemudian dia menjumpaiku lagi dan menginginkan diriku.
• Aku berkata, ‘Tidak boleh, demi Zat Yang menguasai diri
Khuwailah, janganlah kamu menginginkanku padahal kamu
telah mengatakan anu dan anu sebelum Allah dan Rasul-
Nya menetapkan keputusan tentang masalah kita.’
• Dia memaksaku, tetapi aku menolaknya dan aku berhasil
mengalahkannya.
Peristiwanya (2)
• Selanjutnya aku pergi ke rumah tetangga untuk
meminjam baju.
• Akhirnya, aku pergi untuk menemui Rasulullah. Setelah
duduk di hadapannya aku menceritakan apa yang aku
alami kepadanya.
• Aku juga mengadukan perangainya yang buruk yang aku
derita kepada beliau.
• Maka, Rasulullah bersabda, ‘Hai Khuwailah, anak
pamanmu itu seorang laki-laki renta. Bertakwalah kamu
kepada Allah dalam menghadapinya.’ Aku menanggapi,
”Demi Allah, aku tidak akan beranjak hingga Al-Qur’an
diturunkan berkenaan dengan masalahku.’
Turunnya Wahyu
• Tiba-tiba Rasulullah pingsan
sebagaimana biasanya jika beliau
menerima wahyu.
• Setelah siuman beliau bersabda, ‘Hal
Khuwailah, sesungguhnya Allah telah
menurunkan Al-Qur’an berkenaan
dengan dirimu dan suamimu.’
Jalan Keluar bagi Zhihar
• Islam membuat aturan baru tentang
zhihar
• Jika seseorang yang telah menzhihar
istrinya mau kembali, maka harus
membayar kifarat (58:1-4)
• Ini adalah jalan keluar yang sangat baik
bagi kedua pihak (suami dan istri)
– Istri tidak digantung (depending)
– Suami juga bisa kembali ke istrinya seperti
semula
Kafarat Zhihar
• Ada tiga alternatif yang bisa dipilih
• Ini menunjukkan kemurahan Islam
terhadap umat manusia
• Tiga alternatif itu adalah:
– Memerdekakan budak
– Jika tidak menemukannya, maka shaum dua
bulan berturut-turut
– Jika tidak mampu, maka memberi makan 60
orang miskin
Memerdekakan Budak
• Ini jadi prioritas pertama
• Prioritas pertama kafarat pembunuhan tidak
sengaja juga dengan memerdekakan budak (4:92)
• Ini menunjukkan bahwa Islam sangat perhatian
terhadap penghapusan perbudakan
• Budak yang harus dimerdekakan harus budak
mu’min (4:92)
• Memerdekakan budak juga jadi kafarat sumpah
(5:89)
• Memerdekakan budak termasuk jalan mendaki
yang harus kita tempuh (90:11-13)
Shaum Dua Bulan Berturut-turut
• Ini juga menjadi kafarat bagi
pembunuhan tidak sengaja bila tidak bisa
memerdekakan budak
• Shaum juga menjadi kafarat bagi sumpah
(3 hari) dan bagi yang mendahulukan
umrah dari pada haji dan tidak
menemukan atau tidak mampu
menyembelih kurban (shaum 3 hari di
Mekkah dan 7 hari di negerinya)
Memberi Makan Orang Miskin
• Dalam zhihar memberikan makan 60
orang miskin
• Dalam sumpah memberikan makan 10
orang miskin
• Dalam hukum puasa Ramadhan, bagi
yang lanjut usia maka bisa dengan
memberi fidyah (makanan untuk orang
miskin)
Alternatif Ketiga
• Jalan keluar zhihar ini ternyata bukan
pelakunya yang memecahkannya, tapi
Rasul SAW bersama “korban” (Khaulah)
• Ini merupakan potret ukhuwwah
Islamiyah yang sejati, termasuk antara
suami-istri
• Simaklah dialog memecahkan masalah
ini
Dialog Rasul SAW dan Khaulah
• Rasulullah: ‘Suruhlah suamimu memerdekakan
hamba sahaya.’
• Khaulah: ‘Hai Rasulullah, dia tidak memiliki harta
untuk dapat memerdekakan budak.’
• Rasulullah: ‘Kalau begitu, shaumlah dua bulan
berturut-turut.’
• Khaulah: ‘Demi Allah, dia seorang tua renta yang
tidak sanggup shaum.’
• Rasulullah: ‘Kalau begitu, berikanlah satu wusuq
kurma kepada 60 orang miskin.’
• Khaulah: ‘Demi Allah, wahai Rasulullah, dia tidak
memiliki makanan seperti itu.’
Saling Berinfaq
• Akhirnya Rasulullah berinfaq untuk Aus
sekeranjang kurma (sekitar 60 sha’),
begitu pula Khaulah
• Rasulullah menilai Khaulah adalah
perempuan yang baik: ‘Kamu benar dan
kamu telah melakukan kebaikan.
Bawalah kurma ini dan sedekahkanlah
untuknya. Kemudian berilah suamimu
nasihat yang baik.’ Aku berkata, ‘Aku
akan melakukannya.”
Sikap Khaulah
• Menolak dengan tegas karena mengetahui
ada pelanggaran syari’at
• Segera kembali ke syari’at (menemui
Rasulullah SAW)
• Meminta jalan keluar yang terbaik
• Menerima jalan keluar yang sudah
diputuskan
• Membantu suaminya dalam menyelesaikan
urusan keluarga
Allah Selalu Hadir
• Allah hadir dalam setiap persoalan baik yang besar
maupun kecil, memperhatikan aneka problem sehari-
hari, dan merespons berbagai masalah kritis
• Aisyah r.a. berkata, “Segala puji bagi Allah Yang
Maha Mendengar segala suara. Seorang wanita,
Khaulah, datang mengadu kepada Rasulullah di
pinggir rumah. Aku tidak tahu apa yang dikatakannya,
tetapi tiba-tiba Allah ‘azza wa jalla menurunkan ayat,
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
yang memajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah
Gambaran Masyarakat Madani
• Kisah Khaulah ini menunjukkan
gambaran masyarakat madani di bawah
naungan Allah SWT
• Gambaran itu menjadikan seluruh
masyarakat sebagai keluarga Allah.
– Dialah yang mengayominya.
– Khaulah memandangNya bagai anak kecil
memandang ayah dan pengasuhnya.
Unsur Pengaruh dan Pendidikan
• Bagaimana Allah menyatakan bahwa Dia
mengetahui dialog berdua itu (ayat 1)
• Baru kemudian Allah menegaskan
prinsip hukum dan hakikat persoalannya
(ayat 2)
• Setelah menegaskan prinsip hukum
secara terfokus dan jelas, ditampilkanlah
keputusan penyelesaian masalah zhihar
(ayat 3-4)
Mengatasi Masalah Secara Mendasar
• Ayat in mengatasi masalah secara mendasar.
– Zhihar ini bertumpu tanpa landasan.
– Istri bukanlah ibu sehingga mesti diharamkan
seperti ibu.
Ibu ialah orang yang telah melahirkan.
– Tidak mungkin seorang wanita menempati
kedudukan ibu hanya dengan sebuah ungkapan.
– Itu adalah ungkapan-ungkapan yang dibenci oleh
realitas; ungkapan dusta yang dibenci oleh
kebenaran.
– Segala persoalan dalam kehidupan mesti bertumpu
pada kebenaran dan kenyataan secara jelas dan
tertentu
Kelompok Kedua: Penentang
• Orang-orang kafir disebut sebagai
penentang Allah dan RasulNya
• Inilah kelompok kedua
• Alangkah buruk sikap makhluk yang
menentang PenciptaNya dan yang
memberinya rezeki.
• Yakni, makhluk yang berdiri di atas had
yang berseberangan dengan had-Nya.
Balasan Bagi Penentang
• Mereka mendapat siksaan pedih karena
perbuatan melampaui batas, menentang, tidak
beriman, dan tidak berdiri di atas had-had
Allah sebagai seorang mukmin (ayat 4)
• Juga kehinaan (ayat 5):
– kehinaan tatkala Allah membangkitkan mereka
semua;
– kehinaan di depan para pemimpin umat.
Itulah azab yang bertumpu pada
kebenaran dan penjelasan atas apa yang
telah mereka ketahui

Anda mungkin juga menyukai