Anda di halaman 1dari 39

PENGANTAR JARINGAN IRIGASI

IR.FERDINAND PAKPAHAN,ME
A. PENGERTIAN
Irigasi adalah :
• Suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan
cara membendung sumber air.
• Usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan
air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Jaringan irigasi adalah :
Saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi.
• Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan
irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran
induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan
bangunan pelengkapnya.
• Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan
irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran
pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap,
bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
• Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang
berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam
petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks
kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
Maksud dan Tujuan Irigasi antara lain :
1. Memberantas hama, Gangguan hama pada tanaman seperti
tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara
menggenangi permukaan tanah tersebut dengan air sampai
batas tertentu.
2. Mengatur suhu tanah, Mengatur suhu tanah, misalnya pada
suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan
dengan cara mengalirkan air.
3. Membersihkan tanah, Membersihkan tanah, dilakukan pada
tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun
dalam tanah.
4. Mempertinggi permukaan air tanah. Mempertinggi
permukaan air tanah dan memungkinkan tanaman untuk
mengambil air melalui akar-akar meskipun permukaan tanah
tidak dibasahi.
Fungsi Irigasi :
1. Memasok kebutuhan air tanaman
2. Menjamin ketersediaan air.
3. Menurunkan suhu tanah.
4. Mengurangi kerusakan akibat frost.
5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah.
Fungsi Saluran Irigasi secara spesifik antaralain untuk:
6. Mengambil air dari sumber (divering)
7. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan
pertanian (conveying).
8. Mendistribusikan air kepada tanaman (distributing).
9. Mengukur dan mengatur aliran air  (regulating and
measuring)
B. LEGAL ASPEK IRIGASI
1. UU 11 TAHUN 1974 TENTANG PENGAIRAN
2. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14
/PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS
DAERAH IRIGASI.
3. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015
TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM
IRIGASI.
4. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PRT/M/2015
TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI.
5. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/PRT/M/2015
TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI.
Lanjutan….
5. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23/PRT/M/2015
Tanggal : 4 MEI 2015 TENTANG PENGELOLAAN ASET IRIGASI.
6. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN JARINGAN IRIGASI TAHUN
2010.
– KriteriaPerencanaan terdiri dari bagian-bagian berikut :
– KP - 01Perencanaan Jaringan Irigasi
– KP - 02 Bangunan Utama.
– KP - 03 Saluran
– KP - 04 Bangunan
– KP - 05 Parameter Bangunan
– KP - 06 Petak Tersier
– KP - 07 Standar Penggambaran.
C. KEWENANGAN IRIGASI
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia No. 14 Tahun 2015 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi :

Kriteria pembagian tanggungjawab pengembangan dan pengelolaan sistem


irigasi yang didasarkan pada keberadaan jaringan irigasi terhadap strata
luasan jaringan irigasi meliputi

• Daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3.000 ha dan lintas propinsi
kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah pusat
• Daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha s/d 3.000 ha dan lintas kabupaten
kewenangan dan tanggungjawab pemerintah propinsi
• Daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 ha kewenangan dan
tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota
D. JENIS-JENIS IRIGASI
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan
pengaturan air

1. Irigasi Permukaan (surface irrigation)


Tekniknya adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya
sungai, menggunakan bangunan berupa bendung atau
pengambilan bebas. Air kemudian disalurkan ke lahan pertanian
memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih tinggi
akan terlebih dahulu mendapat asupan air.
 2. Irigasi Bawah Permukaan (Underground Irrigation)
Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan
bawah pada lapisan tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di
bawah daerah akar menggunakan pipa bawah tanah atau saluran
terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah berpindah
menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman
3. Irigasi dengan Pancaran (Sprinkler Irrigation)
Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih
modern karena memang baru dikembangkan belakangan.
Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya ke
daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi
sasaran, ujung pipa disumbat menggunakan tekanan
khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran air.
4. Irigasi Pompa Air (Pumping Irrigation)
Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan
berbagai jenis jenis air dari sumber air, biasanya sumur, ke
lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran.Sumber
air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, jika
tidak air sumur tidak surut pada musim kemarau.
SPRINKLER IRRIGATION
5. Irigasi Mikro atau Irigasi Tetes
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada
tanaman secara langsung, baik pada permukaan
tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan
secara sinambung dan perlahan pada tanah di
dekat tumbuhan. Alat pengeluaran air pada
sistem irigasi tetes disebut emiter atau penetes.
IRIGASI TETES
E. JENIS-JENIS IRIGASI
Ditinjau dari area yang diairi.

1. Irigasi Permukaan
2. Irigasi Rawa
3. Irigasi Tambak
4. Irigasi air bawah tanah.
IRIGASI PERMUKAAN
IRIGASI RAWA
F. Klasifikasi jaringan irigasi dari cara pengaturan,
cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya
a. Jaringan Irigasi Sederhana
• Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau
diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.
Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang dan curam.
memiliki kelemahan kelemahan serius yakni :
• 1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini
terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur.
• 2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak
biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan
pengambilan sendiri-sendiri.
• 3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen,
maka umurnya pendek.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
• Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan
bendungnya terletak di sungai lengkap dengan
pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur
di bagian hilirnya.
• Beberapa bangunan permanen biasanya juga
sudah dibangun di jaringan saluran.
• Sistim pembagian air biasanya serupa dengan
jaringan sederhana.
• Bangunan pengambilan dipakai untuk
melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari
pada daerah layanan jaringan sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis
• Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah
pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran
pembuang.
• Saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
• Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-
sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air
dari sawahsawah ke saluran pembuang.
• Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan
irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah
sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar
antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
G. Peta Jaringan Irigasi
• Peta Petak :Jaringan irigasi biasanya dibuat
berdasarkan peta topografi yang dituangkan ke
peta ikhtisar berskala 1:25000.
• Selanjutnya dari peta ikhtisar tersebut desain
dilanjutkan dalam peta ikhtisar detail berskala
1:5000 atau 1:2000.
• Peta ikhtisar detail tersebut dikenal sebagai peta
petak.
• Pada peta petak tergambar petak tersier,
sekunder dan primer
H. SISTEM IRIGASI
Sistem irigasi meliputi :
• Prasarana irigasi,
• Air irigasi,
• Manajemen irigasi,
• Kelembagaan pengelolaan irigasi,
• Sumber daya manusia.
I. JENIS-JENIS SALURAN IRIGASI
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran tersier
4. Saluran kuarter
Saluran primer :
• yaitu saluran yang membawa air dari jaringan
utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi.
• Saluran primer bisa juga disebut salura induk.
Saluran ini berakhir pada bangunan bagi yang
terakhir.
Saluran sekunder
• yaitu saluran yang membawa air dari saluran primer
ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini yaitu
bangunan sadap terakhir.
Saluran tersier
• yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap
tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke
saluran kuarter. Saluran ini berakhir pada boks kuarter
yang terakhir.
Saluran kuarter
• yaitu saluran yang membawa air dari boks bagi kuarter
melalui bangunan sadap tersier ke sawah-sawah
J. JENIS-JENIS BANGUNAN IRIGASI
1. Bendung (weir)
2. Intake
3. Sand trap
4. Bangunan ukur
5. Bangunan bagi / sadap/bagi-sadap
6. Bangunan talang
7. Bangunan Siphon
8. Bangunan culvert
9. Bangunan terjun
10.Washing step
11.Washing basin
12.Boks tersier
13.Jembatan
BANGUNAN TALANG IRIGASI
K. KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI
1. Konstruksi tanah
2. Konstruksi pasangan batu
3. Konstruksi insitu
4. Konstruksi precast
5. Konstruksi ferosemen
SALURAN TANAH

SALURAN
PASANGAN
BATU
PRECAST

FEROSEMEN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai