Anda di halaman 1dari 7

Hukum Wadh’i

Hukum yang menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat,


mani’, azimah, rukhsah, sah dan batal bagi sesuatu.
Sebab
• Sebab adalah sifat zahir, tetap dan menetapkan suatu
hukum karena syari’at mengaitkan sebab dengan
sifat.
• Ketika seseorang melakukan sebab, maka akibatnya
akan timbul, baik ia berniat untuk menimbulkan
akibat ataupun tidak, karena sebab dan akibat
berkaitan dengan hukum syar’i.
• Tanda-tanda sebab adalah adanya sebab
mengharuskan keberadaan hukum, dan tidak adanya
sebab mengharuskan ketiadaan hukum.
Syarat
• Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi dulu
sebelum suatu perbuatan dilakukan.
• Contoh = Bersuci dari hadats besar dan kecil
(thaharah) merupakan syarat sah shalat, maka
keadaan tidak suci dari hadats besar dan kecil
(thaharah) menjadikan tidak sahnya shalat.
Mani’
Mani’ (penghalang) adalah sifat zahir yang pasti, yang
menghalangi tetapnya hukum, atau dengan istilah lain sesuatu
yang mengharuskan tidak adanya hukum atau batalnya sebab
Mani’ terbagi menjadi dua macam :
 Mani’ terhadap hukum, yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh
syari’at yang menjadi penghalang bagi hukum. Contohnya
haid bagi wanita yang menjadi mani’ (penghalang) untuk
melaksanakan shalat.
 Mani’ terhadap sebab, yaitu suatu penghalang yang
ditetapkan oleh syari’at yang menjadi penghalang
berfungsinya sebab. Contohnya berhutang menjadi mani’
(penghalang) wajibnya zakat pada harta yang dimiliki.
Azimah dan rukhshah
• Azimah adalah hukum yang berkaitan dengan
perbuatan mukallaf tanpa adanya uzur. Contohnya
kewajiban sholat lima waktu.
• Rukhshah adalah hukum yang berkaitan dengan
suatu perbuatan karena adanya uzur sebagai
pengecualian dari azimah, contoh shalat bagi seorang
musafir
Sah & Batal
• Sah dan batal adalah sesuatu yang dituntut oleh
Allah dari para mukallaf berupa perbuatan dan apa
yang ditetapkan-Nya untuk mereka berupa syarat
dan sebab, apabila mukallaf melaksanakannya
terkadang menghukuminya sah dan terkadang
menghukuminya tidak sah, sebab dan syarat
tersebut.
Sah & Batal
• Jika yang dilakukan itu perbuatan wajib; contohnya sholat
serta disempurnakan syarat dan rukunnya, maka efek yang
diperoleh adalah terbebas kewajibannya, tidak mendapat
hukuman di dunia dan berhak mendapat pahala akhirat.
• Jika yang dilakukan itu sebab syar’i contohnya perkawinan
dan memenuhi syarat dan rukunnya, maka efek yang
diperoleh adalah halal bergaul suami istri.
• Jika yang dilakukan itu adalah syarat wudhu bagi orang yang
sholat serta disempurnakan syarat dan rukunnya wudhu,
maka efek yang diperoleh adalah terwujudnya sholat yang sah

Anda mungkin juga menyukai