Anda di halaman 1dari 62

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Gusmita purnama sari (2026010067)
Ervina Dwi Ayu Lestari (2026010070)
Mutiara (2026010071)
Tania (2026010076)
Putri Yunita (2026010077)
Sinta Maisa Putri (2026010078)
Elvina Yohandora (2026010080)
Tri Wanda Oktaria (2026010081)
Lia Nopita Sari (2026010082
Dosen Pengampuh:
Ns. Nilam Purwaningsih,M.Kep
ASKEP SISTEM MUSKULOSKELTAL
TINJAUAN KASUS
I.PENGKAJIAN
Waktu : 20 November 2021
Tempat : Ruang Bedah C RSUD Dr.M. Yunus
Bengkulu
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Suparno
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Bengkulu/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat :Ds.Taba Terunjam Bengkulu Tengah
Tanggal MRS : 16 November 2021April 2002 jam 10.30
WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr.
M.Yunus Bengkulu
Diagnosa Medis : Gangguan Otak Ringan + Clost Fraktur
Collum
Femur Sinistra + Hematome Frontal dan
temporal kanan.
Alasan Dirawat : Untuk observasi dan akan dilakukan
operasi.
Keluhan Utama : Patah tulang pada pangkal paha sebelah kiri
Upaya yang telah dilakukan : Setelah kejadian tanggal 16
November 2021
jam 10.00 WIB. Klien dibawa ke IRD RSUD
.Dr.M.Yunus Bengkulu
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang skin trak

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1).Riwayat Penyakit Sekarang
Kepala klien dipukul dengan benda tumpul. Luka robek pada
pelipis kiri. Nyeri
pada kepala sebelah kiri dan panggul kiri, Pingsan + 10 menit.
2).Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit yang kronis.
3).Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalam
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang
mengalami penderitaan
seperti yang dideritanya sekarang ini.
4).Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal
cukup bersihdan
nyama.
5).Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai → (-).
2).OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1).Keadaan Umum baik
2).Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 120 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah
Tekanan darah : 140/80 mmHg.
Respirasi 20x/menit
3).Body Systems
1).Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan
cuping
hidung, tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada
dahi,
Kesimpulan hasil thorax foto : normal
2).Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 120 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/80
mmHg, Suhu
36,8 0C, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra
sistole/murmur
tidak ada
3).Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
4).Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat,
Genital Hygiene cukup bersih.
5).Perkemihan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi
maupun
diare, klien buang air besar 1 X/hari
6).Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
Kesimpulan hasil foto femur sinistra : tampak clost fraktur
collum femur sinistra
Pola aktivitas sehari-hari
1).Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan,
kecuali bila
sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan
obat-obat
tradisional.
2).Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang
cukup.Klien tidak
alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan
porsi
makanan yang diberikan dan minum air putih sekitar 2 – 3
liter perhari.
3). Pola Eliminasi
Klien buang air kecil sering, Jumlah urine 1200 cc/24 jam,
warna urine
kuning pekat.
4).Pola Aktivitas dan latihan
Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya
beristirahat di Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.
5).Pola tidur.dan Istirahat
Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.
Klien
tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
6).Pola Kognitif dan Perseptual
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak
mengalami disorientasi.
7).Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan
tentang
7).Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan
tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang
diprogramkan.
8).Pola Hubungan dan Peran
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat
di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.
9).Pola Reproduksi Seksual
Selama terpasang skin traksi Klien tidak dapat melakukan
hubungan
seksual seperti biasanya.
10).Pola Penanggulangan Stress
Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi.
operasi. karena
kurangnya pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis
anesthesi.
11).Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Terpasangnya skin traksi memerlukan adaptasi klien dalam
menjalankan
ibadahnya.
12) l.Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari,
dan cuci
rambut 1 X/minggu.
13).Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan
dan sedikit stress
menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat
di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien
terputus dengan
dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya),
biaya mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam,
ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah
sholat 5 waktu
sehari dan aktif mengikuti kegiatan agama yang
diselenggarakan oleh masjid
di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat
setempat
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan
spiritualnya
3.ANALISA DAN SINTESA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri
pada saat digerakkan
O : Bengkak pada lokasi fraktur
Spasme otot
geseran/pergerakan fragmen tulang
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
O : Daerah perifer pucat/sianosis.
Pengisian kapiler daerah yang trauma  5 detik.
Daerah perifer dingin.
berkurangnya aliran darah akibat adanya trauma
jaringan/tulang
Gangguan
perfusi perifer
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan
tindakan operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang
maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi
ruang perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
Kecemasan
S : Klien menyatakan belum memahami tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
O : Klien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
Kurangnya
pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan
yang diprogramkan.
III.DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
geseran/pergerakan fragmen tulang
ditandai dengan :
S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri
pada saat digerakkan
O : Bengkak pada lokasi fraktur
Spasme otot
2.Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan
berkurangnya aliran darah akibat adanya
trauma jaringan/tulang ditandai dengan :
O : Daerah perifer pucat/sianosis.
Pengisian kapiler daerah yang trauma  5 detik.
Daerah perifer dingin.
3.Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
dan kehilangan status kesehatan
ditandai dengan :
S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan
operasi
Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang
maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi
ruang perawatan yang
ramai
O : Tensi 140/80 mmHg
Nadi = 120 X/mt.
4 Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya
informasi yang akurat
pada klien ditandai dengan :
S : Pasien menyatakan belum memahami tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.
O : Pasien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang diprogramkan.
IV.PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN
TGL.
DIAGNOSA KEPERAWATAN/DATA PENUNJANGTUJUAN DAN
HASIL YANG DIHARAPKAN
RENCANA TINDAKAN
NAMA PERAWAT /
MAHASISWA
20 November 2021
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
geseran/pergerakan fragmen tulang
Data Penunjang :
-Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat
digerakkan.
-Bengkak pada lokasi fraktur.
Spasme otot.
Tujuan :
-Gangguan rasa nyaman dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
-Klien tidak mengeluh nyeri.
-Pembengkakan hilang/berkurang.
-Otot rileksasi..
Kaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lama
nyeri dll.
-Batasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed rest.
-Tinggikan dan sokong ekstrimitas yang mengalami fraktur.

-Observasi perubahan tanda vital.


-Berikan alternatif perubahan posisi secara periodik.
-Ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan teknik
distraksi
-Kolaborasi dengan dokter Untuk pemberian obat analgetik.
-Nyeri dapat menyebabkan shock.
-Untuk mengistirahatkan sendi yang sakit pasca trauma
sebelum dioperasi.
-Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema..
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah.
dioperasi.
-Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema..
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah.
-Untuk mengurangi rasa sakit.
-Untuk mengurangi rasa sakit.
-Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi
nyeri/kolik yang berlebihan
20 November 2021
Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan/tulang.
Data Penunjang :
-Daerah perifer pucat/sianosis
-Pengisian kapiler daerah yang trauma  5 detik.
-Daerah perifer dingin. Tujuan :
-Perfusi perifer dapat dipertahankan.
Kriteria :
-HR 60 – 100 X/mt.
-Kulit hangat, sensori normal..
-Diastolik 60 – 90 mmHg.
-RR 16 – 24 X/mt.
-Urine output 30 – 50 cc perjam.
-Pengisian kapiler 3 - 5 detik.
Observasi ada tidaknya kualitas nadi periver dan bandingkan
dengan pulses normal.
-Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan kehangatannya
pada bagian distal daerah yang fraktur.
-Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik anjurkan
klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa
sakit/tidak nyaman.
-Observasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf dan
pembuluh darah.
-Pertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada
kontra indikasi.
-Kaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas yang
fraktur.
-Observasi adanya tanda-tanda ischemik daerah tungkai
seperti : penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa sakit.

-Dorong klien untuk melakukan mobilisasi secepatnya sesuai


indikasi.
-Observasi tanda-tanda vital, catat dan laporkan bila ada
gejala sianosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status
mental.
-Berikan kompres es sekitar fraktur.
-Kolaborasi untuk pemeriksaan Laboratorium, foto rontgen,
pemberian cairan parenteral atau transfusi darah bila perlu
dan persiapan operasi jika perlu.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
-Untuk mengetahui terhadap masalah/ gangguan perubahan
motorik/sensorik.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
-Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema.
-Untuk mengetahui terhadap masalah aliran vena dan
mengurangi edema.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah ischemik daerah
tungkai.
-Untuk meningkatkan sirkulasi, mengurangi terjadinya
trombus terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
-Untuk meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema.
-Untuk mengetahui terhadap masalah aliran vena dan
mengurangi edema.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah ischemik daerah
tungkai.
-Untuk meningkatkan sirkulasi, mengurangi terjadinya trombus
terutama pada ekstrimitas bagian bawah.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalah perfusi perifer.
- Untuk mengurangi edema sesuai indikasi.
-Untuk mendeteksi dini terhadap masalahdan dan pemberian
cairan Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan
cairan bila mual, muntah dan keringat
20 November 2021 Kecemasan berhubungan dengan
rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
Data Penunjang :
- Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan
tindakan operasi. Klien mengatakan kurang tidur baik pada
waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu
tegang
dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
- Tensi 140/80 mmHg.
- Nadi = 120 X/mt.
Tujuan :
- Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Klien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.
Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status
kesehatan yang timbul.
tindakan operasi. Klien mengatakan kurang tidur baik pada
waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu
tegang
dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
- Tensi 140/80 mmHg.
- Nadi = 120 X/mt.
Tujuan :
- Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Klien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.
Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status
kesehatan yang timbul.
-Hargai setiap pendapat dan keputusan klien.
- Untuk mengurangi rasa cemas
- privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa
cemas.
- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.
- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
- Untuk mengurangi rasa cemas.
- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila
lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
- Untuk mengurangi ketegangan klien
- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi
kecemasan/ansietas.
- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan.
subhan
10 November 2021 Kurangnya pengetahuan tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang akurat pada klien.
Data Penunjang :
- Klien menyatakan belum memahami tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
- Klien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
Tujuan :
- Pengetahuan klien tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan meningkat
Untuk menambah pengetahuan klien.
- Meningkatkan kemampuan klien untuk memecahkan
masalah
- Agar sirkulasi darah pada bagian bawah dari daerah yang
fraktur tetap lancar dan otot tidak atrofi.
- Untuk menambah pengetahuan klien bahwa keuntungan
pemakaian traksi yaitu untuk menurunkan nyeri spasme,
mengoreksi dan mencegah deformitas
damengimobilisasi sendi yang sakit.
V.IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL.
JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PERAWAT / MAHASISWA
20 November 2021
10.00 WIB
Mengkaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lama
nyeri dll.
- Membatasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed
rest.
- Meninggikan dan sokong ekstrimitas yang mengalami
fraktur.
- Mengobservasi perubahan tanda vital.
- Memberikan alternatif perubahan posisi secara periodik.
- Mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam dan teknik
distraksi untuk mengurangi rasa sakit.
- Mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik
Subhan
20 November 2021 11.00 WIB Mengobservasi ada tidaknya
kualitas nadi periver dan bandingkan dengan pulses normal.
- Mengobservasi pengisian kapiler, warna kulit dan
- Mengobservasi pengisian kapiler, warna kulit dan
kehangatannya pada bagian distal daerah yang fraktur
- Mengkaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik
anjurkan klien untuk mengatakan lokasi adanya rasa
sakit/tidak nyaman
- Mengobservasi traksi jangan sampai terlalu menekan syaraf
dan pembuluh darah.
-Mempertahankan daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila
ada kontra indikasi untuk meningkatkan aliran vena dan
mengurangi edema.
-Mengkaji bila ada edema dan pembengkakan ekstrimitas
yang fraktur
Subhan
820 November 2021
12.00 WIB
Memberikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan
status kesehatan yang timbul.
- Memberikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
- Membatasi staf perawat/petugas kesehatan yang
menangani klien.
- Mengobservasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari
gejala-gejala kecemasan.
- Menemani klien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
- Memberikan kesempatan bagi klien untuk mengekspresikan
perasaannya .
- Menghindari konfrontasi dengan klien.
- Memberikan informasi tentang program pengobatan dan
hal-hal lain yang mencemaskan klien.
Subhan
20 November 2021 13.00 WIB
Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
- Memberikan penjelasan terhadap klien setiap prosedur yang
akan dilakukan misalnya tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.
- Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan
terhadap hal-hal yang belum dipahami.
- Mendiskusikan pentingnya penarikan tulang yang patah
melaluikulit dengan menggunakan skin traksi dengan beban 5
– 7 Kg.
VI.EVALUASI
TGL.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
NAMA PERAWAT / MAHASISWA
20 November 2021 Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan geseran/pergerakan
fragmen tulang Gangguan rasa nyaman dapat
diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Pembengkakan hilang/berkurang.
- Otot rileksasi.
Subhan
20 November 2021
Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan
berkurangnya aliran darah
akibat adanya trauma jaringan/tulang. Perfusi perifer dapat
dipertahankan.
Kriteria :
- HR 60 – 100 X/mt.
-Kulit hangat, sensori normal..
- Diastolik 60 – 90 mmHg.
- RR 16 – 24 X/mt.
- Urine output 30 – 50 cc perjam
- Pengisian kapiler 3 - 5 detik.
Subhan
20 November 2021 Kecemasan berhubungan dengan rencana
pembedahan dan kehilangan status
kesehatan.
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Klien dapat menyatakan kecemasan yang dirasakan.
- Klien dapat beristirahat dengan tenang.
- Tensi dan Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi wajah ceria/rileks.
Subhan
20 November 2021
Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan
berhubungan dengan kurangnya informasi yang
akurat pada klien.
Pengetahuan klien tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik
dan tujuan tindakan yang diprogramkan.meningkat
Kriteria
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.
- Klien tidak bertanya lagi tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang di
programkan.
penggolongan ,efek
samping dan bahaya
pemberian obat pada
sistem muskuloskeletal
APA ITU SISTEM MUSKULOSKELETAL ?

SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh dan tanggung
jawab terhadap pergerakan.Komponen
utama sistem muskuloskeletal adalah
tulang dan jaringan ikat
MACAM - MACAM PENYAKIT
PADA GANGGUAN SISTEM MUSCULOKELETAL

Contoh :
6.rheumatoid
arthtris
1.Osteo porosis
7.spondilitis
2.osteo malacia
8.Kanker tulang
3.scoliosis
9.Kelai otot
4.Osteo meilitis
10.Amputasi
5.Osteo arthritis
11.Fraktur
OBAT – OBATAN PADA SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Berikut beberapa obat yang sering
digunakan pada gangguan
muskuloskeletal
OBAT ANALGESIK
Merupakan obat yang mempunyai efek
meringankan/ menghilangkan rasa nyeri
Mekanisme kerja obat:
Sentral —> pada hipotalamus
Perifer —> menghambat pembentukan
prostaglandin ditempat terjadinya
radang, mencegah sensitasi reseptor rasa
sakit terhadap rangsang mekanik dan
kimiawi
Analgesik non opioid
Parasetamol
untuk nyeri ringan-sedang
juga mempunyai efek antipiretik/menurunkan demam
efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan aspirin
mempunyai efek anti inflamasi/radang sangat lemah
sehingga tidak digunakan untuk rematik
efek samping : alergi, kurang/tidak mengiritasi lambung
dosis lazim : 500-1000 mg, tiap 4 – 6 jam/hari
pada dosis toksik (> 4000mg/hari ) ( kerusakan
hati/hepatotoksik
Non Steroidal Antiinflamotory Drugs (NSAIDs)
untuk nyeri ringan-berat
mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi/radang
mempunyai efek antipiretik, tetapi karena efek antipiretiknya
baru terlihat pada dosis yang lebih besar dari efek lainya, dan
relative lebih toksik sehingga hanya digunakan untuk terapi
penyakit inflamasi; seperti RA,OA, spondilitis ankilosa, dan
penyakit pirai
dapat mengiritasi lambung
untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna dapat
diberikan pada kondisi lambung terisi/setelah makan
bekerja pada enzim siklooksigenase (COX);
COX1 ( enzim yang penting pada pembentukan
prostaglandin (PG) yang melindungi saluran cerna,
trombosit, dan ginjal
COX2 ( enzim yang bertanggungjawab terhadap produksi
COX2 ( enzim yang bertanggungjawab terhadap produksi
prostaglandin oleh sel yang terlibat dalam peradangan
Contoh obat:
Ibuprofen (peroral)
Dosis : 1200-1800 mg/hari, dalam 3-4 kali/hari
Diklofenak (peroral, topical)
Dosis peroral : 50-150 mg/hari, dalam 2-3 kali/hari
Ketoprofen (peroral, rectal)
Dosis peroral : 100-200 mg/hari, dalam 2-4 kali/hari
Piroxicam (peroral, topical)
Dosis peroral : 100-300 mg/hari, dalam 1-3 kali/hari
Ketorolac (parenteral)
Dosis : 10-30 mg/hari, tiap 4-6 jam/hari
Celecoxib (peroral) ( selektif terhadap COX2
Dosis peroral : 100-400 mg/hari, dalam 1-2 kali/hari
Aspirin/asetosal (peroral)
Aspirin/asetosal (peroral)
dosis lazim : 300-900 mg, tiap 4 – 6 jam/hari
Analgesik Opioid
Adalah golongan obat penghilang nyeri alamiah, semi
sintetis dan sintetis yang sifat-sifatnya sama atau hampir
sama dengan opium atau morfin
Penggunaan utama opioid ini untuk menghilangkan rasa
nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa
Analgesia terjadi tanpa hilangnya kesadaran
Efek samping ; mual dan muntah, depresi pusat pernafasan
dan menimbulkan adiksi (kecanduan) serta ketergantungan
psikis dan fisik ( pengadaan dan distribusi diatur UU dan
diawasi ketat pemerintah
Disebut juga sebagai opiat (obat yg diturunkan dari opium,
seperti morfin, codein) atau narkotik (karena menurunkan
kesadaran)
Penggolongan Analgesik opioid, menurut sumber dan
zat kimianya:
Golongan morfin dan alkaloid alamiah lainnya
Golongan opioid semi sintetis ( diturunkan dari rumus
molekul morfin, contoh; heroin, codein
Golongan opioid sintetis, tidak mempunyai kaitan
dengan rumus molekul opioid tetapi mempunyai efek
hampir sama dengan opioid, contoh; meperidin.
Contoh obat opioid yang sering digunakan dalam
terapi :
Morfin (peroral, parenteral)
Morfin dan alkaloid opium diperoleh dari opium (candu)
yg berasal dari getah kering tanaman Papaver
somniferum
Morfin dosis terapeutik pada pasien yang mengalami
nyeri ( nyeri berkurang/nyeri hilang. Selain mengantuk,
beberapa pasien mengalami euphoria
Morfin dosis terapeutik pada individu normal yang tidak
mengalami nyeri ( timbul akibat yg tidak
menyenangkan, mual dan muntah bisa terjadi, …
Dosis parenteral (i.m, s.c) : 10 mg setiap 4 jam (nyeri
akut)
Dosis peroral : 5-20 mg/hari, dalam 4 kali/hari
Codein (peroral, parenteral) ( dikonversi menjadi morfin
( timbul efek
Dosis oral/perenteral : 15-60 mg/hari, tiap 4-6 jam/hari
Tramadol (peroral, parenteral) ( analog codein sintetik
Untuk nyeri ringan-sedang
Untuk nyeri berat kurang efektif
Dosis peroral/parenteral : 50-100 mg 4 kali/hari
Fentanil (parenteral, topical)
Suatu opiod sintetik
100 kali lebih kuat dibanding morfin sebagai analgesic
OBAT KORTIKOSTEROID
Memberikan efek sebagai anti
inflamasi/radang
menghambat manifestasi awal dan akhir
inflamasi, yakni tidak hanya tanda-tanda
radang (kemerahan, panas, sakit, edema,
gangguan fungsi), tetapi juga stadium lanjut
penyembuhan luka dan perbaikan dan reaksi
proliferasi yang terlihat pada inflamasi kronis
Efek samping penggunaan jangka
panjang/dosis besar
Supresi respon terhadap infeksi
Osteoporosis
Moon face
Hiperglikemi
Euphoria, dll
Contoh obat kortikosteroid:
Dexamethasone (peroral, parenteral)
Dosis peroral/parenteral : 0,75-9 mg/hari, dalam
6-12 jam/hari
Methylprednisolone (peroral, parenteral)
Dosis peroral : 2-60 mg/hari, dalam 1-4 kali/hari
Dosis perenteral : 10-80 mg/hari, dalam 1 kali/hari
Triamcinolone (peroral)
Dosis peroral : 4-48 mg/hari, dalam 2-3 kali/h
OBAT ANTI PIRAI/GOUT
Serangan pirai akut terjadi akibat peradangan terhadap
kristal natrium urat yang terdeposit dalam jaringan sendi
Contoh obat-obatan yang digunakan dalam penanganan
serangan pirai:
1.Kolkisn
Efek anti radang kolkisin hanya efektif terhadap arthritis
pirai akut
Tidak mempunyai efek analgesik
Tidak mempengaruhi ekskresi, sintesis kadar asam urat
dalam darah
-Dosis tunggal i.v 2 mg, diencerkan dalam 10-20 ml
larutan NaCl 0,9%. Dosis max : 4 mg (serangan akut)
-Dosis oral : 0,5 mg dalam 2-4 kali/minggu (profilaksis)
Sebelum dan setelah pembedahan pada pasien pirai,
diberikan selama 3 hari (dosis : 0,5 mg , 3 kali/hari), ini
Sebelum dan setelah pembedahan pada pasien pirai,
diberikan selama 3 hari (dosis : 0,5 mg , 3 kali/hari), ini
sangat menurunkan insiden serangan akut arthritis pirai
yang sangat tinggi yang dipicu oleh tindakan operasi
Efek samping: mual, muntah, diare, depresi sumsum
tulang, alergi, …
2.Allopurinol
-Menghambat tahap akhir biosintesis asam urat
-Menurunkan konsentrasi asam urat hingga < 6 mg/dl
-Dosis lazim 100-300 mg/hari
- Dosiss > 300 mg/hari harus dalam dosis terbagi.
-Dosis max 800 mg/hari
-Efek samping; kulit kemerahan, demam, pruritus,
leucopenia, gangguan saluran cerna,…
3.Probenesid
-Meningkatkan laju ekskresi asam urat
-Dosis 250 mg, diberikan 2 kali/hari
- Efek samping; gangguan saluran cerna, nyeri kepala, alergi
OBAT-OBATAN IMMUNOSUPRESSAN / DMARD
Digunakan hanya untuk rematoid arthritis; pada dosis rendah.
1 Penicillamin
Dosis oral : 125-250 mg/hari, selama 1 bulan
Dosis max : 1500mg/hari
ES : skin rash, nefrotoksik
2.Methotexate
Dosis oral : 7,5-15 mg 1x/minggu
ES : mual, muntah, diare, hepatotoxicity, pulmonary toxicity
Sulfasalazin
3 .Dosis oral : 500 mg/hari, selama 1 minggu
ES : mual, muntah, sakit kepala, hearth burn
BLOKER NEUROMUSKULAR
— Bekerja menghambat transmisi kolinergik antara ujung
saraf motorik dengan reseptor nikotinik pada reseptor
nikotinik
— Reseptor nikotinik terdapat dalam SSP, medula adrenal,
ganglion-ganglion otonom, dan di sambungan saraf otot
(myoneural junction).
Mekanisme kerja :
a.blokade nondepolarisasi ( bekerja dengan penghambatan
kompetitif, berikatan dengan reseptor nikotinik dan
mencegah ACh berkombinasi dengan reseptor. Contoh :
tubokurarin, atrakurium, pankuronium, rokuronium,
vekuronium,
b.blokade depolarisasi ( berikatan dengan reseptor ACh dan
menyebabkan depolarisasi. Contoh : suksinilkolin
Penggolongan bloker neoromoskular
ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT MUSKULOSKELETAL
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang
dapat membunuh atau menghambat perkembangan
bakteri dan organisme lainnya.
Secara umum terapi dengan antibiotika dibagi 2:
1.Terapi secara empiris
Pemilihan antibiotik berdasarkan perkiraan kuman
penyebab. Pertimbangan terapi ini untuk memperkecil
resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari
infeksinya.
2.Terapi definitif
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang
sudah pasti, yaitu jenis kuman dan kepekaan terhadap
antibiotika.
Kuman penyebab infeksi :
1.Kuman gram positif:
a,Aerob : streptokokus, stafilokokus, basilus, treponema,
kosinbakteria, …
b.Anaerob : klostridium (C.tetani, C.ganggren,…)
2.Kuman gram negatif:
a.Aerob: N.gonorhoe, E.coli, klebsiela, salmonella, sigella,
pseudomonas, …
b.Anaerob: bakteriuodes, fusobakterium
Contoh anti biotik yang sering digunakan:
-Sefalosforin generasi III : misal, cefotaxime, ceftriaxon.
Paling sering digunakan pada terapi infeksi yang
berkaitan dengan penyakit musculoskeletal.
-Makrolida : misal, klindamisin. Didistribusikan secara
luas ke tulang, cairan dan jaringan. Tidak efektif untuk
bakteri gram negatif.
-Aminoglikosida : misal, gentamisin, tobramisin,
amikasin, streptomisin, neomisin. Obat utama untuk
pengobatan infeksi gram negatif.
-meropnem : untuk pengobatan infeksi gram negatif.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai