Disusun Oleh:
Kelompok 3
Gusmita purnama sari (2026010067)
Ervina Dwi Ayu Lestari (2026010070)
Mutiara (2026010071)
Tania (2026010076)
Putri Yunita (2026010077)
Sinta Maisa Putri (2026010078)
Elvina Yohandora (2026010080)
Tri Wanda Oktaria (2026010081)
Lia Nopita Sari (2026010082
Dosen Pengampuh:
Ns. Nilam Purwaningsih,M.Kep
ASKEP SISTEM MUSKULOSKELTAL
TINJAUAN KASUS
I.PENGKAJIAN
Waktu : 20 November 2021
Tempat : Ruang Bedah C RSUD Dr.M. Yunus
Bengkulu
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Suparno
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Bengkulu/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SR
Alamat :Ds.Taba Terunjam Bengkulu Tengah
Tanggal MRS : 16 November 2021April 2002 jam 10.30
WIB.
Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr.
M.Yunus Bengkulu
Diagnosa Medis : Gangguan Otak Ringan + Clost Fraktur
Collum
Femur Sinistra + Hematome Frontal dan
temporal kanan.
Alasan Dirawat : Untuk observasi dan akan dilakukan
operasi.
Keluhan Utama : Patah tulang pada pangkal paha sebelah kiri
Upaya yang telah dilakukan : Setelah kejadian tanggal 16
November 2021
jam 10.00 WIB. Klien dibawa ke IRD RSUD
.Dr.M.Yunus Bengkulu
Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang skin trak
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan
penunjang bentuk tubuh dan tanggung
jawab terhadap pergerakan.Komponen
utama sistem muskuloskeletal adalah
tulang dan jaringan ikat
MACAM - MACAM PENYAKIT
PADA GANGGUAN SISTEM MUSCULOKELETAL
Contoh :
6.rheumatoid
arthtris
1.Osteo porosis
7.spondilitis
2.osteo malacia
8.Kanker tulang
3.scoliosis
9.Kelai otot
4.Osteo meilitis
10.Amputasi
5.Osteo arthritis
11.Fraktur
OBAT – OBATAN PADA SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Berikut beberapa obat yang sering
digunakan pada gangguan
muskuloskeletal
OBAT ANALGESIK
Merupakan obat yang mempunyai efek
meringankan/ menghilangkan rasa nyeri
Mekanisme kerja obat:
Sentral —> pada hipotalamus
Perifer —> menghambat pembentukan
prostaglandin ditempat terjadinya
radang, mencegah sensitasi reseptor rasa
sakit terhadap rangsang mekanik dan
kimiawi
Analgesik non opioid
Parasetamol
untuk nyeri ringan-sedang
juga mempunyai efek antipiretik/menurunkan demam
efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan aspirin
mempunyai efek anti inflamasi/radang sangat lemah
sehingga tidak digunakan untuk rematik
efek samping : alergi, kurang/tidak mengiritasi lambung
dosis lazim : 500-1000 mg, tiap 4 – 6 jam/hari
pada dosis toksik (> 4000mg/hari ) ( kerusakan
hati/hepatotoksik
Non Steroidal Antiinflamotory Drugs (NSAIDs)
untuk nyeri ringan-berat
mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi/radang
mempunyai efek antipiretik, tetapi karena efek antipiretiknya
baru terlihat pada dosis yang lebih besar dari efek lainya, dan
relative lebih toksik sehingga hanya digunakan untuk terapi
penyakit inflamasi; seperti RA,OA, spondilitis ankilosa, dan
penyakit pirai
dapat mengiritasi lambung
untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna dapat
diberikan pada kondisi lambung terisi/setelah makan
bekerja pada enzim siklooksigenase (COX);
COX1 ( enzim yang penting pada pembentukan
prostaglandin (PG) yang melindungi saluran cerna,
trombosit, dan ginjal
COX2 ( enzim yang bertanggungjawab terhadap produksi
COX2 ( enzim yang bertanggungjawab terhadap produksi
prostaglandin oleh sel yang terlibat dalam peradangan
Contoh obat:
Ibuprofen (peroral)
Dosis : 1200-1800 mg/hari, dalam 3-4 kali/hari
Diklofenak (peroral, topical)
Dosis peroral : 50-150 mg/hari, dalam 2-3 kali/hari
Ketoprofen (peroral, rectal)
Dosis peroral : 100-200 mg/hari, dalam 2-4 kali/hari
Piroxicam (peroral, topical)
Dosis peroral : 100-300 mg/hari, dalam 1-3 kali/hari
Ketorolac (parenteral)
Dosis : 10-30 mg/hari, tiap 4-6 jam/hari
Celecoxib (peroral) ( selektif terhadap COX2
Dosis peroral : 100-400 mg/hari, dalam 1-2 kali/hari
Aspirin/asetosal (peroral)
Aspirin/asetosal (peroral)
dosis lazim : 300-900 mg, tiap 4 – 6 jam/hari
Analgesik Opioid
Adalah golongan obat penghilang nyeri alamiah, semi
sintetis dan sintetis yang sifat-sifatnya sama atau hampir
sama dengan opium atau morfin
Penggunaan utama opioid ini untuk menghilangkan rasa
nyeri yang tidak hilang dengan analgesik biasa
Analgesia terjadi tanpa hilangnya kesadaran
Efek samping ; mual dan muntah, depresi pusat pernafasan
dan menimbulkan adiksi (kecanduan) serta ketergantungan
psikis dan fisik ( pengadaan dan distribusi diatur UU dan
diawasi ketat pemerintah
Disebut juga sebagai opiat (obat yg diturunkan dari opium,
seperti morfin, codein) atau narkotik (karena menurunkan
kesadaran)
Penggolongan Analgesik opioid, menurut sumber dan
zat kimianya:
Golongan morfin dan alkaloid alamiah lainnya
Golongan opioid semi sintetis ( diturunkan dari rumus
molekul morfin, contoh; heroin, codein
Golongan opioid sintetis, tidak mempunyai kaitan
dengan rumus molekul opioid tetapi mempunyai efek
hampir sama dengan opioid, contoh; meperidin.
Contoh obat opioid yang sering digunakan dalam
terapi :
Morfin (peroral, parenteral)
Morfin dan alkaloid opium diperoleh dari opium (candu)
yg berasal dari getah kering tanaman Papaver
somniferum
Morfin dosis terapeutik pada pasien yang mengalami
nyeri ( nyeri berkurang/nyeri hilang. Selain mengantuk,
beberapa pasien mengalami euphoria
Morfin dosis terapeutik pada individu normal yang tidak
mengalami nyeri ( timbul akibat yg tidak
menyenangkan, mual dan muntah bisa terjadi, …
Dosis parenteral (i.m, s.c) : 10 mg setiap 4 jam (nyeri
akut)
Dosis peroral : 5-20 mg/hari, dalam 4 kali/hari
Codein (peroral, parenteral) ( dikonversi menjadi morfin
( timbul efek
Dosis oral/perenteral : 15-60 mg/hari, tiap 4-6 jam/hari
Tramadol (peroral, parenteral) ( analog codein sintetik
Untuk nyeri ringan-sedang
Untuk nyeri berat kurang efektif
Dosis peroral/parenteral : 50-100 mg 4 kali/hari
Fentanil (parenteral, topical)
Suatu opiod sintetik
100 kali lebih kuat dibanding morfin sebagai analgesic
OBAT KORTIKOSTEROID
Memberikan efek sebagai anti
inflamasi/radang
menghambat manifestasi awal dan akhir
inflamasi, yakni tidak hanya tanda-tanda
radang (kemerahan, panas, sakit, edema,
gangguan fungsi), tetapi juga stadium lanjut
penyembuhan luka dan perbaikan dan reaksi
proliferasi yang terlihat pada inflamasi kronis
Efek samping penggunaan jangka
panjang/dosis besar
Supresi respon terhadap infeksi
Osteoporosis
Moon face
Hiperglikemi
Euphoria, dll
Contoh obat kortikosteroid:
Dexamethasone (peroral, parenteral)
Dosis peroral/parenteral : 0,75-9 mg/hari, dalam
6-12 jam/hari
Methylprednisolone (peroral, parenteral)
Dosis peroral : 2-60 mg/hari, dalam 1-4 kali/hari
Dosis perenteral : 10-80 mg/hari, dalam 1 kali/hari
Triamcinolone (peroral)
Dosis peroral : 4-48 mg/hari, dalam 2-3 kali/h
OBAT ANTI PIRAI/GOUT
Serangan pirai akut terjadi akibat peradangan terhadap
kristal natrium urat yang terdeposit dalam jaringan sendi
Contoh obat-obatan yang digunakan dalam penanganan
serangan pirai:
1.Kolkisn
Efek anti radang kolkisin hanya efektif terhadap arthritis
pirai akut
Tidak mempunyai efek analgesik
Tidak mempengaruhi ekskresi, sintesis kadar asam urat
dalam darah
-Dosis tunggal i.v 2 mg, diencerkan dalam 10-20 ml
larutan NaCl 0,9%. Dosis max : 4 mg (serangan akut)
-Dosis oral : 0,5 mg dalam 2-4 kali/minggu (profilaksis)
Sebelum dan setelah pembedahan pada pasien pirai,
diberikan selama 3 hari (dosis : 0,5 mg , 3 kali/hari), ini
Sebelum dan setelah pembedahan pada pasien pirai,
diberikan selama 3 hari (dosis : 0,5 mg , 3 kali/hari), ini
sangat menurunkan insiden serangan akut arthritis pirai
yang sangat tinggi yang dipicu oleh tindakan operasi
Efek samping: mual, muntah, diare, depresi sumsum
tulang, alergi, …
2.Allopurinol
-Menghambat tahap akhir biosintesis asam urat
-Menurunkan konsentrasi asam urat hingga < 6 mg/dl
-Dosis lazim 100-300 mg/hari
- Dosiss > 300 mg/hari harus dalam dosis terbagi.
-Dosis max 800 mg/hari
-Efek samping; kulit kemerahan, demam, pruritus,
leucopenia, gangguan saluran cerna,…
3.Probenesid
-Meningkatkan laju ekskresi asam urat
-Dosis 250 mg, diberikan 2 kali/hari
- Efek samping; gangguan saluran cerna, nyeri kepala, alergi
OBAT-OBATAN IMMUNOSUPRESSAN / DMARD
Digunakan hanya untuk rematoid arthritis; pada dosis rendah.
1 Penicillamin
Dosis oral : 125-250 mg/hari, selama 1 bulan
Dosis max : 1500mg/hari
ES : skin rash, nefrotoksik
2.Methotexate
Dosis oral : 7,5-15 mg 1x/minggu
ES : mual, muntah, diare, hepatotoxicity, pulmonary toxicity
Sulfasalazin
3 .Dosis oral : 500 mg/hari, selama 1 minggu
ES : mual, muntah, sakit kepala, hearth burn
BLOKER NEUROMUSKULAR
— Bekerja menghambat transmisi kolinergik antara ujung
saraf motorik dengan reseptor nikotinik pada reseptor
nikotinik
— Reseptor nikotinik terdapat dalam SSP, medula adrenal,
ganglion-ganglion otonom, dan di sambungan saraf otot
(myoneural junction).
Mekanisme kerja :
a.blokade nondepolarisasi ( bekerja dengan penghambatan
kompetitif, berikatan dengan reseptor nikotinik dan
mencegah ACh berkombinasi dengan reseptor. Contoh :
tubokurarin, atrakurium, pankuronium, rokuronium,
vekuronium,
b.blokade depolarisasi ( berikatan dengan reseptor ACh dan
menyebabkan depolarisasi. Contoh : suksinilkolin
Penggolongan bloker neoromoskular
ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT MUSKULOSKELETAL
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang
dapat membunuh atau menghambat perkembangan
bakteri dan organisme lainnya.
Secara umum terapi dengan antibiotika dibagi 2:
1.Terapi secara empiris
Pemilihan antibiotik berdasarkan perkiraan kuman
penyebab. Pertimbangan terapi ini untuk memperkecil
resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari
infeksinya.
2.Terapi definitif
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang
sudah pasti, yaitu jenis kuman dan kepekaan terhadap
antibiotika.
Kuman penyebab infeksi :
1.Kuman gram positif:
a,Aerob : streptokokus, stafilokokus, basilus, treponema,
kosinbakteria, …
b.Anaerob : klostridium (C.tetani, C.ganggren,…)
2.Kuman gram negatif:
a.Aerob: N.gonorhoe, E.coli, klebsiela, salmonella, sigella,
pseudomonas, …
b.Anaerob: bakteriuodes, fusobakterium
Contoh anti biotik yang sering digunakan:
-Sefalosforin generasi III : misal, cefotaxime, ceftriaxon.
Paling sering digunakan pada terapi infeksi yang
berkaitan dengan penyakit musculoskeletal.
-Makrolida : misal, klindamisin. Didistribusikan secara
luas ke tulang, cairan dan jaringan. Tidak efektif untuk
bakteri gram negatif.
-Aminoglikosida : misal, gentamisin, tobramisin,
amikasin, streptomisin, neomisin. Obat utama untuk
pengobatan infeksi gram negatif.
-meropnem : untuk pengobatan infeksi gram negatif.
Terima Kasih