Anda di halaman 1dari 57

PAJAK DAN RETRIBUSI

DAERAH
KELOMPOK 4
Muhammad Rayhan Aliffa’i 190221100193
Ibnu Aqil 190221100199
Diana Adinda Putri 190221100206
Irnawiyah 190221100212
Arief Rachman Prabaswara 190221100218
Nur Karomatus Sufiati 190221100224
Muhammad Arif Andhika 190221100230
Bahaudin 190221100237

November
2021
PAJAK MINERAL BUKAN
LOGAM DAN BATUAN

November
2021
PENGERTIAN
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1
angka 29 dan 30.
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan
logam dan bantuan, baik dari sumber alam di
dalam dan atau permukaan bumi untuk
dimanfaatkan.
 Sedangkan yang dimaksud dengan mineral bukan
logam dan batuan adalah ,mineral bukan logam
dan batuan sebagaimana dimaksud didalam
peraturan perundang-undangan dibidang mineral
batu bara.

3
LANJUTAN

 Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28  Bahan-bahan galian dibagi atas tiga golongan,
Tahun 2009, khusus tentang pajak mineral bukan yaitu :
logam dan batuan, pemerintah kabupaten/kota a. Golongan bahan galian strategis
masih dimungkinkan untuk memungut pajak
bahan galian golongan C. b. Golongan bahan galian vital, dan
 Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk
adalah pajak atas kegitan pengambilan barang dalam golongan atau b.
galian Golongan C sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku.

4
LANJUTAN
3. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia atau b (disebut pula sebagai bagan galian golongan C),
Nomor 27 Tahun 1980 bahan gilian terbagi atas tiga terdiri dari :
golongan, sebagaimana dibawah ini : a. nitra-nitra, fosfat, garam batu (halite)
b. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit,
1. Golongan bahan galian yang strategis (disebut pula c. Yarosit, leusit, tawas(alum), ooker
sebagai bahan galian golongan A) terdiri dari :
d. Batu permata, batu setengah permata
a) Minyak bumi, birtumen cair, lilin bumi, gas alam.
e. Pasir kwanza, kaolin, feldspar, gips, bentoit
b) Bitumen padat, aspal
f. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah
c) Antrasit, batu bara, batu bara muda. serap (fullers earth)
d) Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan g. Marmer, batu tulis
galian radio aktif lainnya.
h. Batu kapur, dolomit, kalsit.
e) Nikel, kobalt, dan
i. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir
f) Timah 2. Golongan Bahan galian yang vital (disebut pula sepanjang tidak mengandung unsur-unsu mineral
sebagai bahan galian golongan B), terdiri dari :
golongn a maupun golongan b dalam jumlah yang
a. besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan
vanadium, titan
b. Bauksit, tembaga, timbal, seng
c. Emas, platina, perak, air raksa, intan
d. Arsin, antrimon, bismuth.
e. Yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam
langka lainnya
f. Berillium, korundum, zirkom, Kristal kwarsa 5
g. Kriolit, fluopar, barit dan
h. Yodium, brom, khlor, belerang.
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan mutlak diberlakukan pada suatu
kabupaten/kota. Sesuai dengan ketenteuan dalam Undang-undang Nomor
28 Tahun 2009 yang menentukan bahwa suatu jenis pajak daerah dapat
tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan atau disesuaikan
dengan kebijakan daerh yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
 Pajak Bahan Galian Golongan C yang tidak mutlak ada pada seluruh daerah
atau kota seluruh indonesia , serta adanya kewenangan yang diberikan oleh
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 kepada pemerintah kabupaten atau
kota untuk mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
 Untuk dapat dipungut pada suatu saerah kabupaten atau kota maka
pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan Daerah
tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang akan menjadi
Landasan hukum opersional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan
pemungutan pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di daerah kabupaten
atau kota yang bersangkutan

6
Click icon to add picture

Dasar Hukum Pemungutan Pajak


Mineral Logam dan Batuan
 Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak
daerah dan Retribusi daerah
 Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 yang merupakan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997
tentang pajak Daerah dan Retribusi daerah
 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang
pajak Daerah
 Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang
pajak pengambilang keputusan Bahan Galian Golongan C
 Keputusan Bupati/walikota yang mengatur tentang pajak
pengambilan bahan baku galian golongan C sebagai
aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak
Pengambilan bahan galian Golongan C. pada
kabupaten/kota dimaksud.
7
Click icon to add picture

Objek Pajak Mineral Bukan Logam


Dan Batuan
 Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan
batuan. Mineral bukan logam dan batuan yang menjadi objek pajak tersebut pada dasarnya sama saja
dengan bahan galian Golongan C,
 Kegiatan pengambilan keputusan mineral bukan logam dan batuan meliputi :
1. Asber
2. Batu Tulis
3. Batu setengah permata
4. Batu kapur dan batu gamping
5. Batu apung
6. Batu Permata
7. Bentomit
8. Dolomit
9. Feldspar
10. Garam batu 8
11. Grafit
Click icon to add picture

12. granit/andesit
13. Gips/sipdum
14. Mika
15. Marmer
16. Nitrat
17. Obsidian
18. Oker
19. Pasir dan krikil
20. Pasir kuarsa
21. Perlit
22. Fozfat
23. Talk
24. Tanah serap.
25. Tanah diatome
26. Tanah liat atau lempung
27. Tawas
28. Tras 9
29. zeolit
Bukan Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

 Pada pajak mineral bukan logam dan batuan tidak semua pengambilan
mineral bukan logam dan batuan dikenakan pajak. Kegiatan yang
dikecualikan dari objek pajak mineral bukan logam dan batuan, yaitu:
a. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-
nyata tidak dimanfaatkan secara komersial
b. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang
merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya
c. Pengambilan mineral bukan logam dan batuan lainnya yang ditetapkan
dengan peraturan daerah

10
D. Subjek dan Wajib Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
 Pada pajak mineral bukan logam dan batuan subjek pajak sama dengan wajib pajak, yaitu
orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
 Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak
tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang pajak
mineral bukan logam dan batuan.

E. Izin Pengambilan Bahan Galian


Golongan C
 Setiap usaha pertambangan bahan galian golongan C dapat dilaksanakan setelah
mendapat Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) dari bupati/walikota atau pejabat yang
ditunjuk.
 Usaha pertambangan bahan galian golongan C adalah segala kegiatan usaha
pertambangan yang meliputi eksplorasi, ekploitasi, pengolahan/pemurnian, 11
pengangkutan, dan penjualan bahan galian C.
SIPD dinyatakan tidak berlaku apabila
memenuhi keadaan dibawah ini

a. Masa berlakunya SIPD telah berakhir dan tidak diperpanjang lagi


b. Pemegang SIPD mengembalikan kepada bupati/walikotavsebelu
berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan alam SIPD yang
bersangkutan
c. Melanggar ketentuan yang berlaku serta tidak memnuhi kewajian yang
tercantum dalam SIPD
d. Pemegang SIPD tidak melaksanakan usaha penambangan bahan galian
golongan C dalam jangka tertentu sesuai dengan ketetapan
bupati/walikota
e. Dibatalkan dengan surat keputusan bupati/walikota untuk kepentingan
daerah atau negara

12
F. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara
Perhitungan Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan
 Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan adalah Nilai Jual Hasil
Pengembalian Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 60 besaran tarif pajak mineral
bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi 25% dan ditetapkan dengan peraturan
daerah
 Perhitungan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Nilai Jual Hasil Pengambilan
Mineral Bukan Logam dan Batuan

13
G. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang
Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang
ditetapkan dengan keputusan gubernur.
 Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu takwim kecuali apabila wajib pajak menggunakan tahun
buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
 Pajak yang terutang merupakan pajak mineral bukan logam dan batuan yang harus dibayar oleh wajib pajak pada
suatu saat, dalam maa pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah yang ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten/kota setempat.
 Pajak pengambilan mineral bukan logam dan batuanyang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat
pengambilan berada.

H. Pelaporan Pajak dan Surat


Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)
 Wajib pajak wajib melaporkan kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk tentang
kegiatan pengambilan/eksploitasi mineral bukan logam dan batuan yang dilakukannya. Untuk 14
itu wajib pajak diwajibkan mengisi SPTD.
I. Cara Pemungutan, Penetapan, dan
Ketetapan Pajak

 Cara Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Pemungutan pajak tidaj dapat diborongkan, yaitu bahwa seluruh proses kegiatan tidak dapat diserahkan kepada
pihak ketiga
 Penetapan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Berdasarkan SPTD yang disampaikan oleh wajib pajak, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh
bupati/walikota menetapkan pajak mineral bukan logam dan batuan yang terutang dengan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
 Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, bupati/walikota dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).
 Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Bupati/walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) jika pajak dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar; hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan
atau salah hitung; dan wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

15
J. Pembayaran dan Penagihan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan

1. Pembayaran dan Penagihan pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Pajak terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah. Pembayaran pajak
yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh bupati/walikota sesuai waktu
yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak Derah (SSPD). Pembayaran harus dialukan sekaligus atau lunas. Dalam keadaan tertentu
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur pembayaran.
2. Penagihan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Apabila pajak mineral bukan logam dan batuan yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran maka bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak.
Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau
surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat
yang ditunjuk oleh bupati atau walikota
16
K. Pembetulan Pembatalan, Pengurangan,
Ketetapan dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administrasi
1. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang
terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal ini sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya
2. Mengurangkan atau membatalkan SKPD, SKPDKB SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang
tidak benar
3. Mengurangkan atau membatalkan STPD
4. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai
dengan tata cara yang ditentukan
5. Mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar wajib pajak
atau kondisi tertentu oleh objek pajak

17
L. Keberatan dan Banding

1. Keberatan
Wajib pajak mineral bukan logam dan batuan yang tidak puas atau penetapan pajak yang dilakukan oleh
bupati atau walikota dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam dalam surat ketetapan pajak ( SKPDKB,
SKPDKBT, SKPDLB, atau SKBDN) tidak sebagaimana semestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan
hanya kepada bupati atau walikota yang menerbitkan Surat ketetapan Pajak tersebut. Keberatan dapat diajukan
apabila wajib pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui oleh wajib pajak.
2. Banding
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada pengadilan pajak terhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan banding
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak
keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut. Pengajuan permohonan banding
menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding.

18
M. Pembukuan dan Pemeriksaan
Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
1. Pembukuan
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dengan peredaran usaha tertentu umumnya
Rp.300.000.000 tahun ke atas, wajib menyelenggarakan pembukuan, yang menyajikan keterangan yang cukup
untuk menghitung nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Pembukuan adalah suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa.
2. Pemeriksaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah tentang
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

19
N. Keringanan dan Pembebasan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan

Bupati atau walikota berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan


pengurangan, keringanan, dan pembebasan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Tata cara pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak ditetapkan
dengan keputusan Bupati/ Walikota

O. Pengembalian Kelebihan Pembayaran


Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah memungkinkan terjadi kelebihan
pembayaran Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, apabila ternyata wajib pajak
membayar pajak, tetapi sebenarnya tidak ada pajak yang terutang, dikabulkannya
permohonan keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib pajak telah melunasi
utang pajak tersebut ataupun sebab lainnya. Atas kelebihan pembayaran Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian
kepada gubernur atau pejabat yang ditunjuk oleh gubernur. 20
P. Biaya Pemungutan dan Insentif
Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam

1. Biaya Pemungutan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemungutan dan pengelolaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, dapat diberikan biaya
pemungutan, misalnya 5% dari hasil penerimaan pajak yang telah disetorkan ke kas daerah
kabupaten atau kota.
2.Insentif Pemungutan
Dalam pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan kepada satuan kerja
perangkat daerah kabupaten atau kota yang melaksanakan pemungutan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu. Pemberian
insentif tersebut ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

21
Q. Kadaluwarsa Penagihan Pajak dan
Penghapusan Piutang Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
1. Kadaluarsa Penagihan
Hak bupati atau walikota untuk melakukan penagihan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya
pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
Kadaluwarsa penagihan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dapat ditangguhkan yaitu
apabila kepada wajib pajak diterbitkan surat teguran dan surat paksa atau ada pengakuan utang
pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.
2. Penghapusan Piutang
Piutang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang penagihannya sudah kadaluwarsa
dapat dihapuskan. Penghapusan piutang pajak dilakukan oleh bupati atau walikota berdasarkan
permohonan penghapusan piutang pajak dari kepala Dinas Pendapatan Daerah atau Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya yang ditetapkan oleh gubernur untuk menangani
pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

22
R. Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana,
dan Penyidikan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
1. Kewajiban Pejabat
Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengelola Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dilarang
memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukannya kepada oleh wajib pajak dalam rangka jabatan
atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kepastian akan hak wajib pajak bahwa setiap keterangan dan dokumen yang disampaikan kepada kepala Daerah atau
pejabat pajak (petugas) yang ditunjuk hanya untuk kepentingan pengenaan dan pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
2. Ketentuan Pidana
Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang karena sengaja atau kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana dengan pidana penjara atau kurungan dan atau denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sanksi Pidana kurungan atau
penjara dan atau denda juga dikenakan terhadap pejabat yang karena kealpaannya ataupun dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan keterangan tentang wajib pajak yang disampaikan kepadanya.
3. Penyidikan Pajak
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintah kabupaten /kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
Hukum Acara Pidana yang berlaku. Penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dilaksanakan menurut
ketentuan yang diatur dalam undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

23
PAJAK AIR TANAH

November
2021
A. PENGERTIAN

Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah yang
dimaksud dengan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah pada air tanah semula bernama pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah
dan air permukaan (PPPABTAP) berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
merupakan jenis pajak provinsi. Hanya saja berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun
2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak yaitu pajak air permukaan dan pajak air
tanah dimana pajak air permukaan dimaksud sebagai pajak provinsi sedangkan pajak air tanah
ditetapkan menjadi pajak kabupaten/kota.

25
B. DASAR HUKUM PEMUNGUTAN
PAJAK AIR TANAH

Pemungutan pajak air tanah di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat
sehingga Harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait dasar hukum pemungutan pajak air tanah
pada suatu kabupaten atau kota adalah sebagaimana di bawah ini
1. UU No 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah dan Restribusi Daerah.
2. Peraturan daerah kabupaten atau kota yang mengatur tentang PPPABTAP, yang dinyatakan berlaku
paling lambat 1 tahun setelah berlakunya undang-undang nomor 28 tahun 2009 sepanjang peraturan
daerah kabupaten atau kota tentang pajak air tanah sebelum diberlakukan berdasarkan undang-undang
nomor 28 tahun 2009.
3. Keputusan Gubernur yang mengatur tentang PPPABTAP sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah
tentang PPPABTAP dengan memperhatikan ketentuan pada nomor 2 diatas
4. Peraturan daerah kabupaten atau kota yang mengatur tentang pajak air tanah
5. Keputusan Bupati atau Walikota yang mengatur tentang pajak air tanah sebagai aturan pelaksanaan
peraturan daerah tentang pajak air tanah pada kabupaten atau kota dimaksud

26
C. OBJEK DAN BUKAN OBJEK PAJAK
AIR TANAH

1. Objek pajak
Objek pajak air tanah adalah pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah air tanah adalah air yang
terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Pengambilan dan atau pemanfaatan
air tanah dalam pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah yang digunakan oleh orang pribadi atau
badan untuk berbagai macam keperluan antara lain perusahaan, perkantoran dan rumah tangga.
2. Bukan objek
Pada pajak air tanah tidak semua pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah dikenakan pajak
dikecualikan dari objek pajak air tanah adalah kegiatan sebagai berikut :
a. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan
Perikanan rakyat
b. Pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah lainnya yang diatur dengan peraturan daerah asalnya
pengambilan air tanah dan air permukaan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta untuk
keperluan pemadam kebakaran

27
D. SUBJEK DAN WAJIB PAJAK AIR
TANAH

Subjek pajak pada pengenaan pajak air tanah adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pengambilan atau pemanfaatan air tanah sedangkan yang menjadi
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan atau
pemanfaatan air tanah Dengan demikian pada pengenaan pajak air tanah subjek pajak
dan wajib pajak berada pada diri orang yang sama

E. IZIN PENGAMBILAN AIR TANAH


Pemerintah daerah dapat Menetapkan peraturan yang menentukan bahwa setiap
pengambilan air tanah untuk keperluan air minum rumah tangga industri peternakan
pertanian dan lain-lain hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari
Bupati dan walikota. Izin tersebut terdiri dari izin pengeboran air tanah dan izin
pemanfaatan air tanah izin pemanfaatan air tanah terbagi menjadi 2 yaitu isi
pemanfaatan air tanah untuk sumur bor dan izin pemanfaatan air tanah untuk sumur
gali.
28
F. DASAR PENGENAAN, TARIF, DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK AIR TANAH

1. Dasar pengenaan pajak air tanah 2. Tarif pajak air tanah


Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% dan
perolehan air tanah dinyatakan dalam rupiah yang dihitung ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten atau kota yang
dengan mempertimbangkan sebagai atau seluruh faktor- bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan
faktor berikut : kepada pemerintah Kabupaten atau kota untuk menetapkan tarif pajak
yang pandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten
a) Jenis sumber air atau kota.
b) Lokasi sumber air 3. Perhitungan pajak air tanah
c) Tujuan pengambilan dan pemanfaatan air Berdasarkan pokok pajak air tanah yang terutang dihitung
d) Volume air yang diambil dan atau dimanfaatkan dengan cara mengalihkan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak
secara umum perhitungan pajak air tanah adalah sesuai dengan rumus
e) Kualitas air berikut :

f) Tingkat kerusakan lingkunan yang diakibatkan oleh Pajak terutang = tarif pajak x dasar pengenaan pajak
pengambilan dan pemanfaatan  = tarif pajak x nilai perolehan air tanah

29
G. MASA PAJAK, TAHUN PAJAK, SAAT TERUTANG
PAJAK DAN WILAYAH PEMUNGUTAN PAJAK AIR
TANAH

Pajak pengenaan pajak air tanah Masa pajak merupakan jangka waktu yang namanya 1 bulan Takwin atau
jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan Bupati atau Walikota dalam pengertian masa pajak bagian
dari bulan dihitung satu bulan penuh tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 tahun takwim kecuali
Apabila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. Saat terutang pajak air
tanah adalah pada saat pengambilan air tanah atau diterbitkan SKPD bagi wajib pajak yang pemungutan pajak
nya menggunakan sistem self assessment saat terutang pajak terhitung Pada saat pengambilan air tanah bagi
wajib pajak yang pemungutan pajak menggunakan sistem ketetapan saat terutang pajak terhitung pada saat
SKPD diterbitkan.

30
H. PENGUKURAN, PENDAFTARAN DAN
PENDATAAN

1. Pengukuran

Wajib pajak air tanah yang mengambil air tanah di wilayah kabupaten atau kota yang bersangkutan
wajib mendaftarkan usaha kepada dinas pendapatan daerah kabupaten atau kota atau satuan kerja
Perangkat daerah lain yang ditunjuk untuk mengelola pajak kabupaten atau kota untuk dikukuhkan dan
diberikan NPWPD. Yang dimaksud dengan mendaftarkan adalah kewajiban untuk mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak dan melaporkan kegiatannya, pendaftaran dilakukan pada waktu yang ditentukan.

2. Pendaftaran dan pendapatan

Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak
kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan berupa
formulir pendaftaran dan pendataan kemudian diberikan kepada wajib pajak terhadap hukum yang
disampaikan kepada wajib pajak maka wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas lengkap
serta mengembalikan kepada petugas pajak.

31
I. PELAPORAN PAJAK DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH (SPTPD)

Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD Setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD.
SPTPD diisi dengan jelas lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya
yang disampaikan kepada bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka
waktu ditentukan. SPTPD dilengkapi dengan keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan
atau dilampirkan pada SPTPD yang ditetapkan oleh bupati atau walikota.

32
J. CARA PEMUNGUTAN, PENETAPAN, DAN
KETETAPAN PAJAK

1. Cara pemungutan pajak 3. Surat Ketetapan Pajak


Berdasarkan SPTPD dan pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk,
Pemungutan pajak air tanah tidak dapat digolongkan yang bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota menetapkan
dimaksud dengan tidak dapat digolongkan adalah bahwa pajak yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat Hal ini dilakukan terhadap wajib pajak yang pajaknya ditetapkan oleh
diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dimungkinkan adanya bupati/walikota. SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh
kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang
antara lain pencetakan formulir pajak Oma pengiriman surat- ditetapkan oleh bupati/walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan
surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data objek dan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD maka
terhadap wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar dua
subjek pajak. persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.

2. Penetapan pajak 4. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)


Bupati/walikota dapat menerbitkan STPD apabila Pajak air Tanah dalam tahun
Setiap wajib pajak yang membayar sendiri pajaknya wajib berjalan tidak atau kurang dibayar; hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan
menghitung memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung; dan wajib
pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan atau denda. STPD
sendiri pajak air tanah yang terutang dengan menggunakan diterbitkan baik terhadap wajib pajak yang melakukan kewajiban pajak yang
SPTPD. Ketentuan ini menunjukkan sistem pemungutan pajak dibayar sendiri maupun terhadap wajib pajak yang melaksanakan kewajiban pajak
air tanah pada dasarnya merupakan sistem self assessment yang dipungut. Sedang sanksi administratif berupa denda dikenakan karena tidak
dimana wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk dipenuhinya ketentuan formal, misalnya, tidak atau terlambat menyampaikan
menghitung memperhitungkan, membayar dan melaporkan SPTPD. 33
sendiri pajak yang terutang.
K. PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN
PAJAK AIR TANAH

1. Pembayaran Pajak Air Tanah


Pajak Air Tanah terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya selambat-
lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak yang terutang setelah berakhirnya masa pajak. Apabila kepada
wajib pajak diterbitkan SKPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan
banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, pajak dimaksud harus dilunasi paling lambat satu
bulan sejak tanggal diterbitkan.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSPD. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada
wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan.
2. Penagihan Pajak Air Tanah
Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran maka bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk
akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu, memberikan surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan
tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak, dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Dalam
jangka waktu tujuh hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterimanya, wajib pajak harus
melunasi pajak yang terutang.

34
L. PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN,
KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU
PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Atas permohonan wajib pajak atau karena jabatannya, bupati/walikota dapat membetulkan SPPT atau SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis
dan atau kesalahan hitung dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah. Selain itu bupati/walikota dapat:
1. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang
terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya
2. mengurangkan atau membatalkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB
yang tidak benar
3. mengurangkan atau membatalkan STPD
4. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai
dengan tata cara yang ditentukan, dan
5. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar wajib
pajak atau kondisi tertentu objek pajak

35
M. KEBERATAN DAN BANDING

1. Keberatan
Wajib Pajak Air Tanah yang tidak puas atau penetapan pajak yang dilakukan oleh bupati/walikota dapat
mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Apabila wajib pajak berpendapat
bahwa jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak (SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, atau SKPDN) tidak
sebagaimana mestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota yang menerbitkan
surat ketetapan pajak tersebut. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
2. Banding
Keputusan keberatan yang diterbitkan oleh bupati /walikota disampaikan kepada wajib pajak untuk dilaksanakan.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan keputusan keberatan tersebut tidak memuaskan wajib pajak.
Dalam hal demikian wajib pajak Pajak Air tanah diberikan hak untuk melakukan perlawanan secara hukum, untuk
memperoleh penetapan pajak yang sesuai dengan harapannya. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh bupati/walikota
atau pejabat yang ditunjuk. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia, dengan alasan
yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan
keberatan tersebut. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan
satu bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

36
N. PEMERIKSAAN PAJAK AIR TANAH

Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk


menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan tujuan lain dalam rangka
melaksanakan peraturan daerah tentang Pajak Air Tanah. Pelaksanaan pemeriksaan
dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh bupati/walikota atau pejabat yang berwenang.
Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal
pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan serta harus memperlihatkannya kepada wajib pajak
yang diperiksa.

O. KERINGANAN DAN PEMBEBASAN


PAJAK AIR TANAH
Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat memberikan
pengurangan, keringanan, dan pembebasan Pajak Air Tanah. Tata cara pemberian
pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak ditetapkan dengan keputusan
bupati/walikota.
37
P. PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK AIR TANAH
Proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah memungkinkan terjadi kelebihan
pembayaran Pajak Air Tanah, tetapi sebenarnya tidak ada pajak yang terutang, dikabulkannya
permohonan keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib pajak telah melunasi utang
pajak tersebut, ataupun sebab lainnya. Atas kelebihan pembayaran Pajak Air Tanah, wajib pajak
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk
oleh bupati/walikota.

Q. INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK


AIR TANAH
Dalam pemungutan Pajak Air Tanah, kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah
kabupaten/kota yang melaksanakan pemungutan Pajak Air Tanah dapat diberi insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu. Pemberian insentif tersebut ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
membidangi masalah keuangan. Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif diatur dalam
peraturan daerah tentang Pajak Air Tanah, dengan memperhatikan ketentuan perundangan pajak 38
daerah yang berlaku.
R. KEDALUWARSA PENAGIHAN PAJAK DAN
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK AIR
TANAH
1. Kedaluwarsa Penagihan Pajak Air Tanah
Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan Pajak Air Tanah kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali
apabila wajib pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.
2. Penghapusan Piutang Pajak Air Tanah
Piutang pajak Pajak Air Tanah yang penagihannya sudah kedaluwarsa dapat
dihapuskan. Penghapusan piutang pajak dilakukan oleh bupati/walikota berdasarkan
permohonan penghapusan piutang pajak dari Kepala Dinas Pendapatan Daerah atau
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya yang ditetapkan oleh bupati/walikota
untuk menangani pemungutan Pajak Air Tanah.

39
S. KEWAJIBAN PEJABAT, KETENTUAN
PIDANA, DAN PENYIDIKAN PAJAK AIR
TANAH
1. Kewajiban Pejabat
Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengelola Pajak Air Tanah dilarang memberitahukan
kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui/diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka
jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
2. Ketentuan Pidana
Wajib Pajak Air Tanah yang karena sengaja atau karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara/kurungan dan atau denda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. Penyidikan Pidana
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemcrintah kabupaten/kota diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk : melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Air Tanah, sebagaimana dimaksudkan
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. Penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Air Tanah
dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

40
PAJAK SARANG
BURUNG WALET

November
2021
A. PENGERTIAN

Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang
burung walet. Yang dimaksud dengan burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu
collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Pajak Sarang Burung
Walet merupakan jenis pajak kabupaten dan kota yang baru diterapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009.

B. DASAR HUKUM PEMUNGUTAN


PAJAK SARANG BURUNG WALET
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Sarang Burung Walet.
1. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Sarang Burung Walet sebagai aturan
pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Sarang Burung Walet pada kabupaten/kota dimaksud.

42
C. OBJEK PAJAK SARANG BURUNG
WALET

1. Objek pajak sarang burung walet


Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung.
Yang dimaksud dcngan walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap
liaga, collocalıa maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.
Sarang burung walet yang tersusun oleh air liur burung walet mempunyai daya jual yang tinggi
karena sarang tersebut dapat dimakan. Sarang tersebut biasanya dimasak untuk campuran obat
tradisional atau makanan mewah
2. Bukan objek pajak sarang burung walet
Yang tidak termasuk objek pajak sarang burung walet adalah:
a. Pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan penerimaan negara pajak (PNBP)
b. Kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet lainnya yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.

43
D. SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
SARANG BURUNG WALET

 Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan atau mengusahakan sarang burung walet.
 Wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan dan mengusahakan sarang burung walet.

E. IZIN PENGAMBILAN DAN ATAU


PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET
Dalam rangka pengendalian pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet ,
Pemerintah kabupaten / kota dapat melakukan peraturan dan pemberian izin bagi orang atau
badan yang akan mengambil dan atau mengusahakan sarang burung walet.
Izin pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet dapat diberikan pada daerah
yang ditentukan oleh pemerintah daerah, misalnya pada daerah habitat alami dan di luar
habitat alami burung wallet. 44
F. DASAR PENGENAAN, TARIF, DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK SARANG BURUNG
WALET

1. Dasar pengenaan pajak sarang burung walet


Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah nilai jual sarang burung walet.
2. Tarif pajak sarang burung walet
Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten / kota yang bersangkutan.
3. Perhitungan pajak sarang burung walet
Secara umum perhitungan pajak sarang burung walet adalah sesuai rumus berikut:
Pajak Terutang = tarif pajak x dasar pengenaan pajak
= tarif pajak x Nilai jual sarang burung walet

45
G. MASA PAJAK, TAHUN PAJAK, SAAT TERUTANG
PAJAK, DAN WILAYAH PEMUNGUTAN PAJAK
SARANG BURUNG WALET

1. Masa pajak dalam jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan keputusan Bupati
atau Walikota.
2. Tahun pajak jangka waktu yang lamanya 1 tahun takwim kecuali Apabila
wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwim
3. Saat terutang pajak sarang burung walet adalah pada saat pengambilan
sarang burung walet atau diterbitkan SKPD.
4. Wilayah untuk pemungutan pajak sarang burung walet yaitu di wilayah
kabupaten atau kota tempat pengambilan dan atau pengusahaan sarang
burung walet berada.

46
H. PENGUKUHAN, PENDAFTARAN DAN
PENDATAAN
1. Pengukuhan
Wajib pajak sarang burung walet yang melakukan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet di wilayah
kabupaten atau kota yang bersangkutan wajib mendaftarkan usahanya pada dinas pendapatan daerah kabupaten atau kota atau
satuan kerja Perangkat daerah lain yang ditunjuk untuk mengelola pajak kabupaten atau kota untuk dikukuhkan dan diberikan
NPWPD.
2. Pendaftaran dan pendataan
Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak. kegiatan pendaftaran
dan pendataan diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan.

I. PELAPORAN PAJAK DAN SURAT


PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH (SPTPD)
 Wajib pajak sarang burung walet wajib melaporkan kepada bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk tentang perhitungan
dan pembayaran pajak sarang burung walet yg terutang dalam jangka waktu tertentu.
 Bupati/walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yg sah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu, yg diatur dalam peraturan daerah. 47
J. CARA PEMUNGUTAN, PENETAPAN
DAN KETETAPAN PAJAK

1. Cara pemungutan
Pemungutan pajak sarang burung walet tidak dapat diborongkan, yaitu seluruh proses kegiatan
pemungutan pajak tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga
2. Penetapan Pajak
Setiap wajib pajak yang membayar sendiri pajaknya wajib menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak sarang burung walet yang terutang dengan menggunakan
SPTPD.
3. Surat Ketetapan Pajak
Berdasarkan SPTPD dan pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk bupati atau walikota
atau pejabat menetapkan pajak yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
SKPD. Hal ini dilakukan terhadap wajib pajak yang pajaknya ditetapkan oleh bupati atau walikota.
4. Surat tagihan pajak daerah (STPD)
Bupati atau walikota dapat menerbitkan surat tagihan pajak daerah apabila pajak sarang burung
walet dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. STPD diiterbitkan baik terhadap wajib pajak
yang melakukan kewajiban pajak yang dibayar sendiri maupun terhadap wajib pajak yang
melaksanakan kewajiban Pajak yang dipungut

48
K. PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN
PAJAK SARANG BURUNG WALET

1. Pembayaran pajak sarang burung walet


• Pembayaran pajak sarang burung walet terutang dilunasi dalam jangka waktu yg ditentukan dalam peraturan daerah.
• Pembayaran pajak sarang burung walet terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yg ditunjuk oleh bupati/walikota.
• Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Dan pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus/lunas.
• Dalam keadaan tertentu bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajaknya.
 2. Penagihan pajak sarang burung walet
• Apabila pajak yg terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran maka bupati atau pejabat yg ditunjuk akan melakukan penagihan pajak.
• Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran, surat peringatan, atau surat lain yg sejenis sebagai awal tindakan
penagihan pajak.
• Apabila jumlah pajak terutang yg masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yg ditentukan dalam surat teguran, surat peringatan, atau surat
lain yg sejenis akan ditagih dengan surat paksa.
• Dalam kondisi tertentu, bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk dapat melakukan penagihan pajak tanpa menunggu batas waktu pembayaran pajak
sarang burung walet yg ditetapkan oleh bupati/walikota berakhir.

49
L. PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN,
KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU
PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Bupati/walikota karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat :


• Membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yg dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan kekeliruan
dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;
• Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yg tidak benar;
• Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrative berupa bunga,
denda, dan kenaikan pajak yg terutang dalam hal sanksi tersebut
dikenakan karena kekhilafan dan bukan karena kesalahannya.

50
M. KEBERATAN DAN BANDING

 Keberatan  Banding
• Wajib pajak sarang burung walet yg tidak puas atas penetapan pajak • Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada
yg dilakukan oleh bupati/walikota dapat mengajukan keberatan hanya pengadilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yg
kepada bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk. ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk.
• Keberatan yg diajukan adalah terhadap materi atau isi dari surat • Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia,
ketetapan pajak dengan membuat perhitungan jumlah yg seharusnya dengan alasan yg jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak keputusan
dibayar menurut perhitungan wajib pajak. diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.
• Setelah melakukan pemeriksaan dalam jangka waktu tertentu • Putusan banding dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
bupati/walikota akan mengeluarkan keputusan atas pengajuan menolak, atau menambah besarnya pajak yg terutang.
keberatan tersebut. • Apabila permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
• Apabila pengajuan keberatan diterima sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan
kelebihan pembayaran (bila ada) dikembalikan kepada wajib pajak bunga sebesar dua persen sebulan untuk paling lama dua puluh empat
dengan ditambah imbalan bunga sebesar dua persen sebulan untuk bulan.
jangka waktu paling lama dua puluh empat bulan. • Sedangkan dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
• Sedangkan dalam hal keberatan wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administratif berupa denda
sebagian, wajib pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar seratus persen dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding
sebesar lima puluh persen dari jumlah pajak berdasarkan keputusan dikurangi dengan pembayaran pajak yg telah dibayar sebelum
keberatan dikurangi dengan pajak yg telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
mengajukan keberatan.

51
N. PEMERIKSAAN PAJAK SARANG
BURUNG WALET

 Bupati/walikota atau pejabat yg ditunjuk berwenang melakukan


pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan daerah dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan
peraturan daerah tentang pajak sarang burung walet.
 Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yg ditunjuk
oleh bupati/walikota atau pejabat yg berwenang.
 Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus dilengkapi
dengan tanda pengenal pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan
serta harus memperlihatkannya kepada wajib pajak yg diperiksa.

52
O. KERINGANAN DAN PEMBEBASAN
PAJAK SARANG BURUNG WALET

 Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat memberikan pengurangan,


keringanan, dan pembebasan pajak sarang burung wallet.
 Tata cara pemberian pengurangan,keringanan, dan pembebasan pajak ditetapkan
dengan keputusan bupati/walikota.

P. PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK SARANG BURUNG
WALET
Apabila wajib pajak telah membayar pajak, tetapi sebenarnya tidak ada pajak yg terutang,
dikabulkannya permohonan keberatan atau banding sementara wajib pajak telah melunasi
utang pajak tersebut, atau sebab lainnya. Maka atas kelebihan pembayaran pajak tersebut,
wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada bupati/walikota atau
pejabat yg ditunjuk. 53
Q. INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK
SARANG BURUNG WALET

 Dalam pemungutan pajak sarang burung walet, kepada Satuan Kerja


Perangkat Daerah kabupaten/kota yg melaksanakan pemungutan pajak
sarang burung walet dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja
tertentu.
 Pemberian insentif tersebut ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
 Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yg dilakukan
oleh pemerintah daerah dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yg membidangi masalah keuangan.
 Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif diatur dalam peraturan
daerah tentang pajak sarang burung walet, dengan memerhatikan
ketentuan perundangan pajak daerah yg berlaku.

54
R. KADALUWARSA PENAGIHAN PAJAK DAN
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK SARANG
BURUNG WALET
 Kadaluwarsa Penagihan Pajak Sarang Burung Walet
• Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan  Penghapusan Piutang Pajak Sarang Burung Walet
pajak sarang burung walet kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu lima tahun terhitung • Piutang pajak sarang burung walet yg
sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila penagihannya sudah kedaluwarsa dapat
wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang dihapuskan.
perpajakan daerah. • Penghapusan piutang pajak dilakukan oleh
• Dalam keadaan tertentu, penagihan pajak sarang bupati/walikota berdasarkan permohonan
burung walet dapat ditangguhkan, yaitu apabila penghapusan piutang pajak dari kepala dinas
kepada wajib pajak diterbitkan surat teguran dan pendapatan daerah atau kepala satuan kerja
surat paksa atau ada pengakuan utang pajak dari perangkat daerah lainnya yg ditetapkan oleh
wajib pajak baik langsung maupun tidak bupati/walikota untuk menangani pemungutan
langsung. pajak sarang burung walet.
• Berdasarkan permohonan tersebut
bupati/walikota menetapkan penghapusan
piutang pajak sarang burung walet dengan
terlebih dahulu medapat pertimbangan dari tim
yg dibentuk oleh bupati/walikota.

55
S. KEWAJIBAN PEJABAT, KETENTUAN
PIDANA, DAN PENYIDIKAN PAJAK
SARANG BURUNG WALET
 Kewajiban Pejabat • Sanksi pidana kurungan dan atau denda juga dikenakan terhadap
• Setiap pejabat yg ditunjuk oleh nupati/walikota untuk mengelola pejabat yg karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
pajak sarang burung wallet dilarang memberitahukan kepada pihak merahasiakan keterangan tentang wajib pajak yg disampaikan
lain segala sesuatu yg diketahui/diberitahukan kepadanya oleh wajib kepadanya.
pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan • Ketentuan pidana ini dimaksudkan agar baik wajib pajak maupun
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. pejabat (fiskus) menjalankan hak dan kewajibannya dengan benar.
• Ketentuan ini berlaku selain untuk petugas pajak juga bagi mereka yg  Penyidikan Pidana
melakukan tugas dibidang perpajakan daerah. • Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan pemerintah
• Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian akan hak wajib kabupaten/kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
pajak bahwa setiap keterangan dan dokumen yg disampaikannya melakukan penyidikan tindak pidana dibidang pajak sarang burung
kepada kepala daerah atau pejabat pajak (petugas) yg ditunjuk hanya walet, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang hokum acara
untuk kepentingan pengenaan dan pemungutan pajak sarang burung pidana yg berlaku.
walet. • Penyidikan tindak pidana dibidang pajak sarang burung walet
 Ketentuan Pidana dilaksanakan menurut ketentuan yg diatur dalam undang-undang
• Wajib pajak sarang burung wallet yg karena sengaja atau karena hokum acara pidana yg berlaku.
kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak dengan
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterang yg tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana
penjara/kurungan dan atau denda sesuai dengan ketentuan yg berlaku.
• Tindak pidana dibidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah
melampaui jangka waktu lima tahun sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak atau
berakhirnya tahun pajak yg bersangkutan.
56
THANK
YOU!
KELOMPOK 4
PDRD

Anda mungkin juga menyukai