Istilah tes diambil dari kata testum dari bahasa perancis kuno yang berarti piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Test merupakan sebuah media atau proses yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dan penilaian. Testing merupakan peristiwa dalam
pelaksanaan berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester merupakan seseorang yang
sedang melakukan tes, membuat teks tes, dan eksperimental. Dengan kata lain tester
merupakan orang – orang yang berkaitan mengenai tes. Tes merupakan proses penilaian
komprehensif kepada seseorang atau usaha keseluruhan evaluasi program.
Tes dapat dibedakan dari beberapa jenis dan pembagiannya:
Menurut Sudijono (2001: 67), secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki tes
yaitu:
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak akan lepas dari sebuah evaluasi
belajar. Evaluasi belajar ini digunakan untuk mengukur sejauh mana capaian belajar
siswa. Salah satu yang hal yang dilakukan dalam mengevaluasi capaian belajar siswa
yaitu menggunakan sebuah tes.
Arikunto (2009) mengemukakan bahwa ciri atau karakteristik tes yang baik yaitu
mencakup validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sudah sejauh mana keakuratan
dan ketelitian yang dimiliki oleh suatu alat ukur ketika digunakan dalam melakukan
pengukuran.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang merupakan gabungan dari kata rely dan
ability, yang jika dua kata tersebut digabungkan maka akan memiliki pemahaman
bagaimana sebuah alat ukur dapat dipercaya dan dapat dijadikan sandaran ketika
melakukan sebuah pengukuran. Realibilitas ini juga merujuk pada kekonsistenan
sebuah tes yang jika dilakukan berulang kali terhadap siswa yang sama hasilnya akan
konsisten.
c. Objektivitas
Objektif merupakan lawan atau kebalikan dari subjektif memiliki pengertian penilaian
dengan mengikutsertakan unsur pribadi, sedangkan untuk objektif memiliki pengertian
penilaian yang tidak mengikutsertakan unsur pribadi.
d. Praktikabilitas
Praktikabilitas pada pelaksanaan tes merujuk pada kemudahan dan kepraktisan tes
dalam proses administrasi.
e. Ekonomis
Ciri tes yang baik selanjutnya yaitu ekonomis. Ciri ekonomis pada tes ini bermaksud
bahwa tes yang dilaksanakan tidak memiliki biaya yang mahal, dan biaya yang
dikeluarkan masih bisa dijangkau sehingga tidak memberatkan dalam pelaksanaannya
nanti.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
6. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui
dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi
belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
7. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil
tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
8. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapatdapat dikontrol sebelumya.
Langkah-langkah menyusun pedoman observasi :
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Merumuskan kisi-kisi observasi
3. Merumuskan pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi
5. Melakukan uji coba pedoman observasi
6. Merevisi pedoman observasi
7. Melaksanakan observasi
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Wawancara (Interview)
1. Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat
perantara maupun secara tidak langsung. Tujuan wawancara adalah:
2. Memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau kondisi
tertentu.
3. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
4. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.
Langkah-langkah untuk melakukan wawancara:
a. Merumuskan tujuan wawancara
b. Membuat kisi-kisi dan pedoman wawancar
c. Menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
d. Melakukan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun,
sehingga dapat diperbaiki lagi
e. Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.
Jenis-jenis wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic
Interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan
istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis
(Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
Kelebihan dan kelemahan jenis instrumen wawancara
Kelebihan:
1. Dapat memperoleh informasi secara langsung sehingga objectivitas dapat diketahui.
2. Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika responden mengalami kesulitan
menjawab yang diakibatkan kurang paham dengan maksud pertanyaan.
3. Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati
reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses wawancara.
4. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara
kuesioner ataupun observasi. (Sukardi,2015)
Kelemahan:
5. Jika subjek yang ingin diteliti banyak, maka akan memakan waktu yang banyak pula.
6. Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
7. Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.
8. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan
wawancara.
9. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
10. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
11. (Arifin, 2009)
Angket (Kuesioner)
Macam-macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu pembagian kuesioner
ditinjau dari segi siapa yang menjawab dan ditinjau dari segi cara menjawab.
Jenis-jenis angket/ kuesioner
1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:
2. Kuesioner langsung
3. Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner tersebut
dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinya
(responden).
4. Kuesioner tidak langsung
5. Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh orang yang
diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk mencari data tentang
bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
6. Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:
7. Kuesioner tertutup (berstruktur)
8. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap
sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.
2. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah instrumen penelitian, yang digunakan untuk
mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya
diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut
diberikan kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.
3. Penampilan fisik
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau
keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram,
akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan
angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket yang
dicetak dikertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
(Sugiyono,2015)
Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara,
metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang
maupun objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang,
tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap.
Adapun model-model skala sikap yang bisa digunakan untuk menilai sikap peserta didik
terhadap suatu objek, antara lain:
1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang
dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti: selalu, sering
kali, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik, sedang,
dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain seperti: sangat setuju, etuju, ragu-ragu (tidak
punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4. Menggunakan istlah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti sangat
rendah, di bawa rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5), kadang-kadang
(4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal
memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil
penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru untuk
mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada
stakeholder. Namun, penilaian harus tetap waspada kemungkinan perilaku penting
yang belum tercakup di dalam daftar cek, karena itu penilaian jangan terlalu laku
dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut.
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran
tertentu.
2. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk
berbuat bak. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka ia cenderung
akan memberikan nilai yang tinggi.
3. Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan
satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik, maka fenomen
yang lain akan dinilai baik pula.
Sosiometri
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan di antara mereka. Seperti diketahui, di sekolah banyak
peserta didik kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dia tampak murung,
mengasingkan diri, mudah tersinggung atau bahkan over-acting. Hal ini dapat dilihat
ketika mereka sedang istirahat, bermain atau mengerjakan tugas kelompok. Fenomena
tersebut menunjukkan adanya kekurangmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari oleh guru dan
dicarikan upaya untuk memperbaikinya, karena dapat mengganggu proses belajarnya.
Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu,
sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidak adanya
variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur.
Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya dicatat
ada tau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa,
aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Oleh karena itu,
untuk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan penilaian.