2. Distribusi
Faktor yang mempengaruhi absorbsi
- Komposisi tubuh
- Ikatan obat pada protein plasma ketika ikatan obat pada plasma
protein kecil, volume distribusi meningkat
3. Metabolisme
Organ yang berperan:
- Hati (mayoritas)
- Plasma, kulit, paru-paru, adrenal, usus. Perbandingan relatif volume
herbal terhadap berat badan menurun dengan bertambahnya umur
4. Eksresi
- Dipengaruhi filtrasi glomerulus (GFR), sekresi tubular dan reabsorbsi
tubular masih imatur
- Tercapai normal 6 bulan
- Umumnya GFR sekitar 30-40% dewasa obat dan metabolit aktif yang
di eksresi lewat urin cenderung terakumulasi
B. Farmakokinetik pada Anak-Anak
1. Absorbsi
- Waktu pengsongan lambung menyamai orang dewasa pada bayi diatas 6 bulan
- Absorbsi perkutan pada neonatus dan bayi jauh lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa
- Diare akut (kasus yang sering dijumpai pada anak) mengakibatkan penurunan absorbsi
2. Distribusi
- Selama usia bayi, kadar air total dalam tubuh terhadap BB total memiliki prosentase yang
lebih besar daripada anak yang lebih tua/ orang dewasa
- Obat yang larut air, diberikan dosis yang lebih besar pada neonatus untuk mendapat efek
terapetik yang dikehendaki
- Kadar albumin dan globulin pada bayi, rendah sehingga obat tidak terikat pada protein
lebih banyak sehingga kadar dalam darah meningkat
3. Metabolisme
Pada saat lahir, sebagian besar enzim yang terlibat dalam
metabolisme bobat belum terbentuk atau sudah ada namun
belum dalam jumlah yang sangat sedikit
4. Eksresi
Laju filtrasi glomerulus pada bayi yang baru lahir lebih rendah
dibandingkan dengan orang dewasa karena ginjalnya relatif
belum berkembang dengan baik
Pertimbangan Efek Terapetik dan Efek Toksik Obat
Penilaian segi manfaat dan risiko perlu selalu dipertimbangkan sebelum
memutuskan memberikan suatu obat. Perlu pula dipikirkan dampak apa yang
sekiranya terjadi pada pemberian obat. Sebagai contoh adalah pemberian
amfetamin. Oleh sebagian besar praktisi medik, obat ini dipercaya dapat
meningkatkan konsentrasi anak, sehingga mudah dikendalikan dan tertarik pada
hal hal yang bermanfaat (misalnya pelajaran di sekolah). Namun demikian perlu
diingat bahwa penggunaan obat ini tidak lepas dari risiko efek samping. Efek
samping amfetamin antara lain halusinasi, hiperaktivitas (yang sering
mendorong ke arah kenakalan anak) hingga sampai kejang..
Segi lain yang perlu diperhatikan adalah obat-obat dengan
lingkup terapi sempit (narrow therapeutic margin), seperti
misalnya teofilin. Efek terapetik yang optimal dari teofilin
tercapai jika konsentrasinya dalam darah antara 7,5-15 ug/ml.
Jika konsentrasi dalam darah melebihi dosis terapetik, akan
menyebabkan timbulnya efek toksik. Dengan demikian
penentuan dosis secara individual perlu dilakukan. an
Perhitungan Dosis
Contoh
1.
Jawab
Dd (Dosis dewasa) paracetamol : 500 mg
Da x 500 (mg) = 20 mg
Segi Praktis Pemakaian Obat pada Anak
A. Periode awal kelahiran
Pada periode ini, pemberian obat per oral dapat
mengakibatkan aspirasi, selain itu beberapa obat dapat
mengalami absorpsi secara tidak sempurna. Jika diberikan
secara intramuskuler, sebaiknya dilakukan di tungkai atas,
sebelah anterior atau lateral. Penyuntikan pada bagian panggul
tidak dianjurkan mengingat masa otot yang masih relatif kecil
dan kemungkinan rusaknya saraf skiatik.
B. Periode anak-anak dan prasekolah (umur 1-10 tahun)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat pada kelompok
umur ini adalah:
1. Cara pemberian obat yang efektif:
Adanya reaksi penolakan untuk minum obat, maka pemakaian obat dalam
bentuk sirup sangat dianjurkan, terutama yang tidak memberikan rasa pahit.
Namun, pemakaian jangka panjang obat sirup dengan pemanis dapat
menyebabkan karies gigi. Frekuensi pemberian yang efektif yaitu tidak lebih dari
4x sehari.
2. Menghindarkan obat dari jangkauan anak:
Anak cenderung ingin tahu obat apa yang mereka minum dan berusaha untuk
mengambil dan meminumnya sendiri. Orang tua harus menyimpan obat sebaik
mungkin agar tidak mudah dijangkau oleh anak.
3. Pengobatan pada infeksi berulang:
Secara umum, anak-anak sering mengalami penyakit infeksi yang berulang. Cara
pemberian obat hendaknya diberitahukan sejelas mungkin pada orang tua anak.
Informasi bahwa antibiotika harus diminum sampai habis perlu ditekankan, sehingga
penghentian pemberian antibiotika tidak hanya didasarkan pada hilangnya gejala atau
membaiknya kondisi. Sebaliknya untuk pemberian obat-obat simtomatik seperti
analgetik-antipiretik, dihentikan jika simptom hilang.
4. Pemakaian obat untuk penyakit kronik:
Dalam masa pertumbuhan, mungkin saja seorang anak menderita penyakit kronis,
misalnya epilepsi dan asma, yang memerlukan pengobatan jangka panjang. Mengingat
adanya perubahan respons terhadap obat dalam masa tumbuh kembang ini, maka
penilaian terhadap besar dosis, frekuensi, cara dan lama pemberian, hendaknya ditinjau
kembali dari waktu ke waktu. Jika diperlukan, dapat dilakukan monitoring kadar obat
dalam darah.
C. Periode Remaja
- Masalah ketidakpatuhan.
Hal ini mungkin tidak begitu berarti untuk penyakit-penyakit yang akut dan
sembuh sendiri (self-limiting illnesses) seperti tonsilitis dan faringitis akut.
Tetapi ketaatan minum obat akan sangat berpengaruh terhadap kualitas
penyembuhan penyakit-penyakit kronis seperti epilepsi, diabetes melitus,
dan asma.
- Penyalahgunaan obat.
Kecenderungan untuk menggunakan obat sendiri (self-medication) tanpa
indikasi yang jelas, sangat besar pada kelompok umur ini. Untuk itu, obat-
obat yang menyebabkan adiksi sebaiknya diberikan hanya jika benar-benar
diperlukan.
Prinsip-Prinsip Peresepan pada Bayi dan Anak
1. Terapi Obat Yang Sesuai Penentuan
a. Tetrasiklin tidak dianjurkan untuk anak karena dapat merusak gigi dan mengganggu
pertumbuhan tulang.
b. Penggunaan preparat kortikosteroid topikal secara rutin pada bayi dan anak hendaknya dihindari.
Hal ini untuk mencegah terjadinya efek iritasi pada kulit dan gangguan pertumbuhan.
c. Pemberian antibiotika untuk diare akut pada anak sama sekali tidak dianjurkan. Anak yang diare
memerlukan cairan bukan obat, dan oralit terbukti menurunkan mortalitas diare secara nyata.
d. Kloramfenikol disampin spektrumnya luas, harganya relatif murah. Namun demikian pemberian
pada neonatus sejauh mungkin dihindari (resiko grey sindrom).
e. Obat-obat sulfonamida, termasuk kotrimoksazol, sangat tidak dianjurkan pada bayi baru lahir
karena dapatmenggeser bilirubin dari ikatannya dengan albumin, sehingga menyebabkan
kernikterus
f. Pemberian aspirin pada anak sebaiknya dihindari, di samping oleh karena efek iritasi lambung,
juga dapatmenyebabkan terjadinya sindroma Reye.
g. Obat-obat antimuntah selain tidak bermanfaat pada bayi dan anak, kemungkinan risiko efek
sampingnyajuga jauh labih besar. Untuk itu penggunaannya pada kelompok umur ini sangat tidak
dianjurkan.
2. Jenis sediaan apa yang sesuai
Pemberian obat secara oral paling dianjurkan untuk anak. Selanjutnya, untuk menentukan
apakah diperlukan obat dalam bentuk sediaan cair, tablet, puyer, atau yang lain, perlu
dipertimbangkan kondisi anak, tingkat penerimaan, dan faktor-faktor lain yang sekiranya
akan mempengaruhi masuknya obat secara komplit ke dalam tubuh.
3. Memperkirakan Dosis Obat
Penentuan dosis obat pada anak dapat dilakukan dengan mengacu buku-buku standard
pediatrik. Jika informasi ini tidak diperoleh, dapat digunakan formulasiberdasarkan umur,
berat badan atau luas permukaan tubuh.
4. Lama Pemberian
Untuk memutuskan berapa lama obat sebaiknya diberikan pada anak sebetulnya tidak
ada standard yang pasti. Hal-hal berikut perlu diperhatikan: Pemberian antibiotika selama
3 hari sama sekali tidak beralasan, lebih-lebih jika penyebabnya virus. Obat-obat
simptomatik hanya bersifat menghilangkan gejala. Oleh sebab itu jangan abaikan kausa
penyakit. Jika sudah tidak ada keluhan/gejala, obat simtomatik harus
5. Ketepatan minum obat dan pendidikan pasien
Faktor yang mempengaruhi ketaatan minum obat antara lain:
a. Faktor Obat
Ketaatan minum obat pada anak umumnya meningkat jika obat diberikan
dalam bentuk cairan. Obat yang sulit ditelan (tablet terlalu besar) atau tidak
disukai rasanya (pahit) akan menurunkan ketaatan.