Anda di halaman 1dari 20

BST Kusta

dr. Vera Madonna L, T., M.Kes., M.Ked (DV), Sp.DV


Pendahuluan

 M. Leprae ditemukan oleh G. H. A Hansen pada 28


Februari 1873
 Sejak dulu kusta dikenal di Tiongkok kuno, Mesir
kuno dan India
 Pemerintah Belanda membangun perkampungan
kusta di Sulawesi Selatan pada berbagai
kabupaten sekitar tahun 1936

Amiruddin MA. PENYAKIT KUSTA: SEBUAH PENDEKATAN KLINIS Makassar: Brilian Internasional; 2019
Definisi

 Sebuah penyakit
granulomatosa kronik
yang mempengaruhi
sebagian besar kulit dan
saraf yang disebabkan
patogen obligat
intraseluler
Mycobacterium leprae

Salgado CG, Brito AC, Salgado UI, Spencer JS. Leprosy. In Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick's Dermatology.
9th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2019
Toksonomi bakteri

 Phylum :  Suborder :
Actionbacteria Corynebacterineae
 Class :  Family :
Actinobacteridae Mycobacteriaceae
 Order :  Genus : Mycobacterium
Actinomycetales  Species : M. leprae

 Schoch CL, et al. NCBI Taxonomy: a comprehensive update on curation, resources and tools. Database (Oxford). 2020: baaa062. PubMed: 32761142 PMC: PMC7408187.
Epidemiologi

 Penyebaran : kontak atau  Di Indonesia :


droplet
Frekuensi tertinggi : 25-35 
 Masa tunas : 40 hari – 40 tahun
tahun
 Sinonim : Lepra. Morbus  Distribusi tidak merata,
Hansen
tertinggi di Jawa,
 Tersebar di seluruh dunia dan
Sulawesi, Maluku, dan
terutama masyarakat sosial
Papua
ekonomi rendah

Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Kusta. In Menaldi SL, Bra,omo K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
Mycobacterium leprae

Faktor resiko penyebaran


 Etnik/suku  Sumber : manusia, armadilo
 Sosial ekonomi  Cara penularan :
 Usia URT,kontak kulit,
 Jenis
transplasental, transfusi
kelamin darah, saluran pencernaan
 Lamanya paparan  95% manusia kebal kusta
 Imunologi

1. Menteri kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 11 tahun 2019. [Online].; 2019 [cited 2021 Oktober 15. Available from:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf
2. Darmawan H, Rusmawardiana. Sumber dan cara penularan Mycobacterium leprae. Tarumanagara Medical Journal. 2020; 2(2): p. 390-401 URT = Upper Respiratory Tract
Klasifikasi

 Ridley Jopling  WHO


 Indeterminate (tipe I)  Pausibasilar (PB) : TT atau
 Tuberculoid (TT) BT + tipe I + BTA (-)
 Multibasilar (MB) : all type
 Borderline Tuberculoid
(BT) kusta + BTA (+)
 Borderline-borderline
Mid-borderline (BB)
 Borderline-
lepromatous(BL)
 Lepromatosa (LL)
PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
klasifikasi

 Kusta neural  Kusta histoid


Infeksi saraf perifer dengan Kusta lepromatosa dengan
dermatomal sensoric loss+/- karakteristik klinis,
motoric loss+tanpa lesi kulit histopatologis,
bakterioskopis, dan
imunologis yang berbeda

PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
patofisiologi
Demielinisasi
dan
M.Leprae kehilangan numbness
konduksi
akson

Imunitas alamiah Imunitas spesifik


Penularan M. • Troyan Horse • Limfosit T
Leprae phenomen • Limfosit B
• NK Cells

Hajar S. Morbus Hansen Biokimia dan Imunopatogenesis. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017; 17(3): p. 190-194.
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Kusta. In Menaldi SL, Bra,omo K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Kusta. In Menaldi SL, Bra,omo K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
Kriteria Diagnostik

 Klinis (diagnosis didasarkan pada temuan tanda kardinal menurut WHO),


yaitu:
 Bercak kulit yang mati rasa
 Penebalan saraf tepi
 Ditemukan kuman tahan asam
 Diagnosis kusta ditegakkan bila ditemukan paling sedikit satu tanda kardinal.

DOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
 Selain tanda kardinal di atas, dari anamnesis didapatkan riwayat berikut:
1. Riwayat kontak dengan pasien kusta.
2. Latar belakang keluarga dengan riwayat tinggal di daerah endemis, dan keadaan sosial ekonomi.
3. Riwayat pengobatan kusta.
• Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Inspeksi : lesi kulit (lokasi dan morfologi) harus diperhatikan.
2. Palpasi
 Kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan
dan kaki.
 Kelainan saraf: pemeriksaan saraf tepi (pembesaran, konsistensi, nyeri tekan,
dan nyeri spontan).
3. Tes fungsi saraf : Tes sensoris, otonom, dan motoris

DOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL. Kusta. In Menaldi SL, Bra,omo K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
 Pemeriksaan Penunjang
1. Bakterioskopik: sediaan slit skin smear atau kerokan jaringan kulit dengan
pewarnaan Ziehl Neelsen.
2. Bila diagnosis meragukan, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi dan
histopatologi, serta pemeriksaan serologi (PGL-1) atau PCR.

DOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
Penatalaksanaan

 Nonmedikamentosa

 Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapi, penggunaan protese, dan terapi


okupasi.

 Rehabilitias non-medik, meliputi: rehabilitasi mental, karya dan sosial.

 Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat: menghilangkan stigma dan


penggunaan obat.

 Setiap kontrol, harus dilakukan pemeriksaan untuk pencegahan disabilitas.

DOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
 Medikamentosa

DOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI
 Pasien yang tidak dapat mengonsumsi DDS
Tidak ada modifikasi lain untuk pasien MB, sehingga MDT tetap dilanjutkan tanpa dapson selama 12
bulan. Sedangkan untuk pasien PB, dapson diganti dengan klofazimin dengan dosis sama dengan
MDT tipe MB selama 6 bulan.
 Rawat inap diindikasikan untuk pasien kusta dengan:
 Efek samping obat berat
 Reaksi reversal atau ENL berat
 Keadaan umum buruk (ulkus, gangren), atau terdapat keterlibatan organ
tubuh lain dan sistemik
 Rencana tindakan operatif.

Anda mungkin juga menyukai