Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA PADA MASA

SETELAH
KEMERDEKAAN
DISUSUN OLEH :
1. APRIYANTO CATUR
2. BIBIT SUTRIYONO
3. ALWIN IDRIS
4. ANDRO PHILIPS
Pancasila Era Orde Lama
• Kedudukan pancasila sebagai idiologi negara dan falsafah
bangsa pernah dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi
bangsa. Namun sempat pudar untuk pertama kalinya pada
akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan.
Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup
berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh
kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu
gandrung pada persatuan dan kesatuan
• Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan
pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan
Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila
dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu
belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi
karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada
kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang
seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
• Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya
yang berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanaan
dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari
situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan
G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan Negara.
• Melihat keadaan semakin membahayakan, Ir. Soekarno
selaku presiden RI memberikan perintah kepada Letjen
Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar)
untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi
terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta
kesetabilan jalannya pemerintah.
• Ir. Soekarno menghendaki persatuan di antara beragam golongan dan ideologi termasuk komunis,
di bawah satu payung besar, bernama Pancasila (doktrin Manipol), sementara golongan
antikomunis mengkonsolidasi diri sebagai kekuatan berpaham Pancasila yang lebih “murni”
dengan menyingkirkan paham komunisme yang tidak ber-Tuhan (ateisme)

Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.


PANCASILA ERA ORDE BARU
Pada tahun 1968 Presiden Soeharto mengeluarkan
Setela Soekarno
dilengserkan oleh Instruksi Presiden Nomor 12 tahun 1968 yang menjadi
MPRs, Jend. Soeharto panduan dalam mengucapkan Pancasila sebagai dasar
kemudian memegang negara, yaitu:
kendali Satu : Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa
Dua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga : Persatuan Indonesia
Empat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Lima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Instruksi Presiden tersebut mulai berlaku pada tanggal 13


April 1968.
PADA TANGGAL 22 MARET 1978 DITETAPKAN KETETAPAN
(DISINGKAT TAP) MPR NOMOR II/MPR/1978 TENTANG
PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA
(EKAPRASETYA PANCAKARSA)

Pada bulan Agustus 1982 Pemerintahan Orde Baru menjalankan “Azas


Tunggal” yaitu pengakuan terhadap Pancasila sebagai Azas Tunggal, bahwa
setiap partai politik harus mengakui posisi Pancasila sebagai pemersatu
bangsa (Pranoto dalam Dodo dan Endah (ed.), 2010)

Pancasila hanya
dijadikan sebagai
legitimasi kekuasaan

Adanya kesadaran dan timbullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh


mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan hukum
PANCASILA DALAM ERA
REFORMASI

Mei 1998, Rezim


Orde Baru tumbang
oleh reformasi
PHOBIA
PANCASIL
A

Lunturnya Nilai-Nilai
Pancasila
• Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer
seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh
dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi,
rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya karena rejim Orde Lama dan
Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter.
• Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya
bangsa ini, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-
pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif,
sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
TERIMAKASI
H
PERTANYAAN:
1. ARDIANSYAH : APA PERBEDAAN ORDE BARU
DAN ORDE LAMA ?
2. HABIBI : APAKAH LEBIH BAIK
MENGHILANGKAN PANCASILA / TETAP PAKAI
PANCASILA ?
3. WELLY : GERAKAN CENDEKIAWAN, GERAKAN
APA SAJA YANG MUNCUL DAN LEGITIMASI APA ?
4.

Anda mungkin juga menyukai