Anda di halaman 1dari 39

CIRI &GANGGUAN

KEPRIBADIAN
Malawati
Pendahuluan:
Sejak kecillanjut usia: mempunyai
kecenderungan/kebiasaan menggunakan suatu pola
yang relatif serupa dalam menyingkapi masalah yang
dihadapi.
Cara /metode penyelesaian tsb tampak sbg sesuatu yg
terpola dan dapat disebut sbg ciri/tanda untuk
mengenal orang tersebutkarakter/kepribadian.
Kepribadian: totalitas dari ciri perilaku & emosi yg
merupakan karakter/ciri seseorang dlm kehidupan
sehari2 dlm kondisi yg biasa.
Gangguan Kepribadian: ciri kepribadian yg bersifat
tidak fleksibel & maladaptif disfungsi yang
bermakna/penderitaan subjektif.
Gangguan Kepribadian: pola relasi & persepsi thd
lingkungan & diri sendiri bersifat mendalam, tdk
fleksibel & maladaptif.
Dampak gangguan kepribadian:
Gangguan Kepribadian disfungsi dlm hub
keluarga, pekerjaan, fungsi sosial.
Bisa berhubungan: tindakan kriminal,
penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan anak,
sering ke klinik gawat darurat.
Kadang berkaitan: gangguan jiwa lain,spt depresi, ggn
panik dll.
Pedoman diagnostik GK:
Sikap & perilaku yg amat tak serasi dlm bbrp fungsi
(afek, kesadaran, pengendalian impuls, persepsi & cara
berpikir, hub dengan org lain).
Pola perilaku itu berlangsung lama, berjangka
panjang, tidak terbatas pada episode gangguan jiwa.
Bersifat pervasif, maladaptif terhadap keadaan pribadi
& hubungan sosial yang luas.
Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti.
Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan
kinerja sosial.
Faktor2 yang mempengaruhi :
Perkembangan kepribadian hasil interaksi faktor-faktor:
Konstitusi (genetik, temperamen)
Perkembangan
Pengalaman hidup (lingkungan keluarga, lingkungan
budaya)
Beda ciri kepribadian dan gangguan
kepribadian:
Ciri Kepribadian: fleksibel, gambaran klinis tidak
memenuhi kriteria atau pedoman diagnostik, bersifat
lebih ringan dan gangguan kepribadian.
Ciri kepribadian maupun Gangguan kepribadian di
catat dalam aksis II, tetapi hanya Gangguan
Kepribadian yg diberikan kode diagnostik sesuai
PPDGJ-III.
Tatalaksana:
Biasanya sulit, karena bersifat pervasif, egosintonik,
awitannya sejak dewasa muda (diatas 17 tahun)
seringkali individu bangga dengan ciri
kepribadiannya.
Psikoterapi:
Prinsipnya menyadarkan pasien bahwa dampak dari
gangguan kepribadiannya menyebabkan disfungsi diri,
hub interpersonal & hub sosialnyabukan dg
menghakimi atau menyalahkan pasien.
Membantu agar sifat egosintonik menjadi
egodistonik terapi kognitif, terapi keluarga.
Psikofarmaka:
Diberikan bila individu datang dengan keluhan
tertentu dengan target pengobatan menghilangkan
gejala yang dialami pasien, misalnya: depresi, anxietas
dll.
Jenis-jenis GK:
Gangguan Kepribadian Paranoid: kecurigaan dan
ketidakpercayaan pada org lain, bahwa orang lain
berniat buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan
dewasa muda, nyata dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Peka berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
Cenderung pendendam, menolak memaafkan suatu
penghinaan, masalah kecil menyebabkan hati terluka.
Kecurigaan yang pervasif utk menyalahartikan suatu
tindakan netral atau bersahabat dari seseorang
sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
Mempertahankan dengan gigih hak pribadinya
Berulang curiga tanpa tanpa dasar kesetiaan seksual
pasangannya.
Mempunyai sikap menyangkut diri berlebih (hal
netral dari lingkungan atau orang lain dirasakannya
berkaitan secara negatif denga dirinya).
Dirudung oleh rasa”persekongkolan”terhadap dirinya.
Gangguan Kepribadian Skizotipal: pola defisit
dalam hubungan sosial dan interpersonal: merasa
tidak nyaman dan kurang mampu untuk membina
hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau
persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif,
awitannya dewasa muda dan nyata dala berbagai
konteks atau situasi kehidupan.
Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil:
bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan
dampaknya, afek atau emosi tidak stabil atau kurang
pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan
kemarahan atau perilaku kekerasan.
Tipe: impulsif dan ambang.
Gangguan Kepribadian Antisosial: pola perilaku
pengabaian dan pelanggaran berbagai hak orang lain,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan
nyata dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Tidak peduli dengan perasaan orang lain.
Secara menetap tidak bertanggung jawab terhadap
norma, peraturan, kewajiban sosial.
Tidak mampu mempertahankan hubungan
interpersonal walaupun tidak ada kesulitan.
Mudah frustasi dan bertindak agresif atau kekerasan.
Tidak mampu menerima kesalahan atau belajar dari
pengalaman atau hukuman.
Bila ia mengalami konflik sosial, ia cenderung
menyalahkan orang lain, atau memberikan
rasionalisasi dari perbuatannya.
Gangguan Kepribadian Skizoid: pola perilaku
berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai
kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam
hubungan interpersonal.
Bersifat pervasif, berawal sejak dewasa muda dan
nyata dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Hanya sedikit ada aktivitas yang memberikannya
kebahagiaan.
Emosinya dingin, afeknya datar.
Kurang mampu menyatakan kehangatan, kelembutan
atau kemarahan pada orang lain.
Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman.
Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual
denga orang lain.
Memilih aktivitas yang menyendiri.
Dirundung oleh fantasi dan instropeksi yang
berlebihan.
Tidak ada keinginan untuk mempunyai teman dekat
atau akrab.
Tidak sensitif terhadap norma atau kebiasaan sosial
yang belaku.
Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif atau
Anankastik: pola perilaku berupa preokupasi
dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme,
kontrol mental dan hubungan interpersonal dengan
mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan,
efisiensi.
Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata
dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan.
Terpaku pada rincian, peraturan, daftar, perintah,
organisasi, jadwal.
Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas.
Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih
mengutamakan produktivitas sehingga
mengenyampingkan kesenangan dan hubungan
interpersonal.
Terpaku dan terikat secara berlebihan pada norma
sosial.
Kaku dan keras kepala.
Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan
sesuatu menurut caranya.
Instrusi pikiran atau impuls yang tidak dikehendaki.
Gangguan Kepribadian Histrionik: pola perilaku
berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan
nyata dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Ekspresi emosi yang didramatisasi, treatrikal dan
dibesar-besarkan.
Bersifat mudah disugesti atau dipengaruhi oleh orang
lain atau keadaan.
Afeknya dangkal dan labil.
Terus mencari kegairahan (excitement), apresiasi oleh
orang lain dan aktivitas disaat ia menjadi pusat
perhatian.
Bersifat seduktif dalam penampilan atau perilaku.
Sangat mementingkan daya tarik fisik.
Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar):
adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan
untuk bergaul secara sosial, rasa rendah diri,
hipersensitif terhadap evaluasi negatif.
Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata
dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Rasa tegang atau takut yang menetap dan pervasif.
Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih
rendah dari orang lain.
Kuatir berlebih terhadap kritik dan penolakan dalam
situasi sosial.
Enggan untuk terlibat dengan orang lain, kecuali
merasa yakin akan disukai.
Membatasi gaya hidup dengan alasan keamanan fisik.
Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang
melibatkan kontak interpersonal sebab takut dikritik,
tidak didukung atau ditolak.
Gangguan Kepribadian Dependen: suatu pola
perilaku berupa kebutuhan berlebihan agar dirinya
dipelihara, yang menyebabkan seorang individu
berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain
dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat
ia bergantung.
Bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan
nyat dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Mendorong membiarkan orang lain mengambil
(sebagian besar) keputusan penting bagi dirinya.
 menomorduakan kebutuhan dirinya terhadap
kebutuhan orang lain tempat ia bergantung dan secara
berlebihan menuruti apa saja kemauan orang tersebut.
Enggan mengajukan tuntutan yang layak kepada
orang tempat ia bergantung.
Rasa tidak enak atau tidak berdaya bila berada sendiri
kerena ketakutan berlebih bahwa ia tidak dapat
menjaga dirinya sendiri.
Preokupasi denga rasa takut ditinggal sendiri oleh
orang tempat ia bergantung sehingga ia terpaksa
harus menjaga dirinya sendiri.
Kemampuannya terbatas untuk mengambil
keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat
berlebihan dan jaminan dari orang lain
Gangguan Kepribadian Narsisistik: terdapatnya
pola rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku),
kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang
mampu berempati.
Bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan
nyata dalam berbagai konteks.
Pedoman diagnostik:
Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (mis:
melebihkan bakat atau prestasinya, mengharap
dikenal sebagai orang yang superior).
Preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan,
kehebatan, kecantikan atau kekasih ideal.
Merasa dirinya sebagai orang”spesial” dan unik yang
hanya dapat dimengerti oleh atau perlu berhubungan
dengan orang lain atau institusi yang spesial atau
berkedudukan lebih tinggi.
Membutuhkan pemujaan berlebihan.
Merasa dirinya” mempunyai hak istimewa” misalnya:
menuntut agar ia mendapat perlakuan khusus atau
orang lain harus menurut kehendaknya.
Dalam hubungan interpersonal bersifat eksploitatif,
menggunakan orang lain untuk kepentingan dirinya.
Kurang atau tidak mampu berempati: tidak mau
mengenal atau beridentifikasi dengan perasaan atau
kebutuhan orang lain.
Sering iri hati pada orang lain atau merasa bahwa
orang lain iri hati terhadapnya.
Bersifat sombong.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai