Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN

KEPERAWATAN ANAK
ANAK
HIPERBILLIRUBINEMIA
Dosen : Dr. Ns. Meri Neherta, M.Biomed
Anggota
Anggota Kelompok
Kelompok 66

Novelin At Thahirah Apris 2011312046


Rinne Febriani 2011312049
Dian Fadhilla Humaida 2011312052
Nurul Fadhilah Putri 2011312055
Febrianelly Amanda 2011312058
Agresia Anisha 2011312061
DEFINISI
DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang
menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
bilirubin >5 mg/dL pada darah, yang sering ditandai oleh adanya ikterus. Hiperbilirubinemia merupakan salah satu
fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini.
Bayi dengan hiperbilirubinemia tampak kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna kuning pada sklera
dan kulit. Pada janin, tugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah
bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih oleh hati, yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian.
Selama selang waktu tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari darah. Walaupun demikian, jumlah
bilirubin yang tersisa masih menumpuk di dalam tubuh. Oleh karena bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin
yang berlebihan dapat memberi warna pada kulit, sklera, dan jaringan-jaringan tubuh lainnya.
Etiologi hiperbilirubunemia perlu dideteksi secara pasti, fisiologik atau nonfisiologik, sebagai dasar pemeriksaan dan
tindak lanjut penanganan neonatus. Pengobatan hiperbilirubinemia bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin yang
tinggi. Pemantauan dan pemeriksaan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menentukan jenis pengobatan yang akan
dipergunakan.
IKTERUS
IKTERUS FISIOLOGIK
FISIOLOGIK
Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama
>2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang diberi susu formula, kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8
mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan lambat
sebesar 1 mg/dL selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak akan
mencapai kadar yang lebih tinggi (7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat, bisa terjadi selama 2-4 minggu,
bahkan dapat mencapai 6 minggu.
Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga akan terjadi peningkatan kadar bilirubun dengan kadar
puncak yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama, demikian pula dengan penurunannya bila tidak diberikan fototerapi
pencegahan. Peningkatan kadar billirubin sampai 10-12 mg/dl masih dalam kisaran fisiologik, bahkan hingga 15 mg/dL
tanpa disertai kelainan metabolism bilirubin. Frekuensi ikterus pada bayi cukup bulan dan kurang bulan ialah secara
berurut 50-60% dan 80%. Umumnya fenomena ikterus ini ringan dan dapat membaik tanpa pengobatan.
IKTERUS
IKTERUS NON-FISIOLOGIK
NON-FISIOLOGIK
Jenis ikterus ini dahulu dikenal sebagai ikterus patologik, yang tidak mudah dibedakan dengan ikterus fisiologik.
Terdapatnya hal-hal di bawah ini merupakan petunjuk untuk tindak lanjut, yaitu: ikterus yang terjadi sebelum usia 24
jam; setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi; peningkatan kadar bilirubin total serum
>0,5 mg/dL/jam; adanya tanda-tanda penyakit yang mendasar pada setiap bayi (muntah, letargis, malas menetek,
penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil); ikterus yang bertahan setelah delapan
hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
METABOLISME
METABOLISME BILIRUBIN
BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan produk utama pemecahan sel darah merah
oleh sistem retikuloendotelial. Reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi pada metabolisme pemecahan heme dan
pembentukan bilirubin sangat kompleks. Mula-mula sel darah merah mengalami hemolisis dan mengeluarkan
hemoglobin, hemoglobin ini akan terurai menjadi heme, globin dan hemoprotein lainnya. Selanjutnya, heme akan
didegradasi oleh enzim pertama yaitu enzim heme oksigenase, dimana proses ini melibatkan Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Phosphate (NADPH) dan oksigen. Hasil dari proses ini adalah air, karbon monoksida yang diekskresikan
kedalam paru, ion feri yang akan digunakan kembali untuk sintesis hem, dan biliverdin.
Di dalam sitosol biliverdin akan direduksi menjadi bilirubin tak terkonjugasi dengan bantuan enzim biliverdin
reduktase. Di jaringan perifer bilirubin tak terkonjugasi akan diikat oleh albumin, diangkut oleh plasma ke dalam hati.
Sel hepatosit mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi bilirubin terkonjugasi dengan menambahkan molekul asam
glukuronat, dan dikatalisis oleh enzim glukuronil transferase. Tahap selanjutnya adalah mensekresikan bilirubin
terkonjugasi ke dalam empedu melalui mekanisme transpor aktif. Setelah itu, bilirubin terkonjugasi di salurkan ke usus,
sewaktu bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminal dan usus besar, bakteri usus mengeluarkan enzim glukuronida,
dan mereduksi pigmen tersebut menjadi urobilinogen. Sebagian kecil urobilinogen direabsorpsi dan diekskresi ulang
melalui hati sehingga membentuk siklus urobilinogen enterohepatik, dan sebagian besar yang lain di oksidasi oleh flora
usus menjadi urobilin dan diekskresikan di tinja.
ETIOLOGI
ETIOLOGI IKTERUS
IKTERUS
Etiologi ikterus yang sering ditemukan ialah: hiperbilirubinemia fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan
Rhesus, breast milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus, dan polisitemia/hiperviskositas.
Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom
Lucey Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipotiroid, dan hemoglobinopati.
FAKTOR
FAKTOR RISIKO
RISIKO HIPERBILIRUBINEMIA
HIPERBILIRUBINEMIA
● ASI yang kurang
Bayi yang tidak mendapat ASI cukup saat menyusui dapat bermasalah karena tidak cukupnya asupan ASI yang masuk
ke usus untuk memroses pembuangan bilirubin dari dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi pada bayi prematur yang ibunya
tidak memroduksi cukup ASI.
● Peningkatan jumlah sel darah merah
Sebagai contoh, bayi yang memiliki jenis golongan darah yang berbeda dengan ibunya, lahir dengan anemia akibat
abnormalitas eritrosit (antara lain eliptositosis), atau mendapat transfusi darah; kesemuanya berisiko tinggi akan
mengalami hiperbilirubinemia.
● Infeksi/ inkompabilitas ABO-Rh
Bermacam infeksi yang dapat terjadi pada bayi atau ditularkan dari ibu ke janin di dalam rahim dapat meningkatkan
risiko hiperbilirubinemia. Kondisi ini dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis kongenital, rubela, dan
sepsis. Ketidaksesuaian golongan darah dan Rh dapat meningkatkan kadar bilirubin neonatus karena pada keadaan ini
sel darah merah janin akan diserang oleh antibodi dari ibu, sehingga terjadi hemolisis dan peningkatan katabolisme
heme dan produksi bilirubin.
● Trauma lahir
Beberapa faktor risiko terjadinya trauma lahir antara lain : primigravida, partus presipitatus, letak janin abnormal,
penilaian feto-pelvik yang meragukan dan oligohidramnion. Demikian pula dengan cara dan jenis persalinan akan turut
menentukan berat ringannya trauma lahir. Trauma lahir merupakan salah satu faktor terjadinya hiperbilirubinemia
karena terdapat risiko terjadinya perdarahan tertutup (sefalhematom) sehingga meningkatkan hemolisis sel darah
merah.
KASUS
KASUS
By.Ny.A dipindahkan ke ruang perinatologi dari ruang rawat inap 2 hari
setelah lahir karena badannya kuning (ikterik grade III) dari kepala sampai
paha.Ibu klien memiliki riwayat epilepsy genogram. Ibu klien mengatakan
badan bayinya panas, BAK sedikit, bayinya tidak mau menyusu dan rewel.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu : 38,3° C,Nadi : 148 x / menit,
Respirasi : 49 x / menit, Tekanan darah : -. Panjang badan : 46 cm, Berat
badan : 2800 gram, Lingkar lengan atas : 9,5 cm, Lingkar kepala : 33 cm,
Lingkar dada : 30 cm, Lingkar perut : 31 cm, Hemoglobin: 12 mg/dL,
Bilirubin total : 14,70 mg/dL, Bilirubin direk : 0,41 mg/dL.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
● Biodata Identitas Klien
Nama / Nama Panggilan : By.Ny. A
Tanggal lahir / Usia : 15 september 2021 / 2 hari
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Padang
Diagnosa Medik : Hiperbilirubin grade III
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. B
Usia : 30 tahun
Nama Ibu : Ny. A
Usia : 30 Tahun

● Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : By.Ny. A dipindahkan ke ruang perinatologi dari ruang rawat inap 2 hari setelah lahir karena
badannya kuning (ikterik grade III) dari kepala sampai paha.
2. Riwayat Kesehatan Lalu
Pre Natal Care :
- Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
- Keluhan selama hamil : muntah-muntah, ngidam, dan demam
- Kenaikan berat badan selama hamil : 13 kg
- Imunisasi TT : 1 kali
Natal :
- Tempat melahirkan : Rumah Sakit
- Jenis persalinan : Spontan
- Komplikasi waktu lahir : robek perineum
Post Natal :
- Kondisi bayi : BB lahir 2800 gram, PB 46 cm
- Apakah anak mengalami : penyakit kuning ( √ ), kebiruan ( - ), kemerahan ( - ), problem menyusui (√ ).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit anggota keluarga : ibu pasien memiliki riwayat epilepsy Genogram

4. Riwayat Psikososial
Anak tinggal dengan : anak tinggal bersama kedua orang tuanya
Hubungan antar anggota keluarga : harmonis
Pengasuh anak : orang tua
● Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum klien : lemah
- Tanda – tanda vital : Suhu 38,3 ºC, Nadi 148 x / menit, Respirasi 49 x / menit,
- Antropometri : Panjang badan 46 cm, Berat badan 2800 gram, Lingkar lengan atas 9,5 cm, Lingkar kepala 33 cm,
Lingkar dada 30 cm, Lingkar perut 31 cm
- Sistem pernafasan :
Hidung, Leher, Dada, Bentuk dada : normal
Gerakan dada : simetris
Suara nafas tambahan : tidak ada
- Sistem kardiovaskuler :
Conjungtiva :normal
Arteri carotis : kuat
Ukuran jantung : normal
Suara jantung : S1 normal dan S2 normal
Capillary refilling time : < 3 detik
- Sistem pencernaan
Bibir pecah-pecah, Mulut normal, Kemampuan menelan baik,
Gaster, Abdomen, Anus : normal
- Sistem indera
Mata : reflek terhadap cahaya ada
pupil, kelopak mata, bulu mata : normal
Hidung : normal dan tidak ada lesi dan sumbatan
Telinga : bersih dan fungsi pendengaran normal
- Sistem syaraf
Fungsi cerebral : kesadaran compos mentis, GCS 15
Fungsi cranial : tidak ada masalahhita

● Tes Diagnostik
- Laboratorium
Hasil pemeriksaan nilai normal
Hemoglobin : 12 mg/dL (12,0-16,0 mg/dL)
Bilirubin total: 14,70 mg/dL (< 1,00 mg/dL)
Bilirubin direk: 0,41 mg/dL (< 0,25 mg/dL)
- Terapi saat ini
Fototherapy 2 x sehari
Inj. Neo 1 mg
Gentamycin 1 tetes
Tetes mata
ANALISIS
ANALISIS DATA
DATA Data fokus Etiologi Masalah
Ds : Jaundice, radiasi Kerusakan
Ibu By.Ny.A mengatakan kulit bayinya kering atau fototherapi integritas kulit
Ibu By.Ny.A mengatakan kulit bayinya seperti mengelupas
Do :
Kulit By.Ny.A tampak kering
Kulit By.Ny.A tampak mengelupas
Bilirubin total 14,70 mg/dL
Bilirubin direk 0,41 mg/dL
Suhu 38.3 ºC
Nadi 148 x/menit
Respirasi 49 x/menit
Hb 12,0 mg/dL

Ds : Peningkatan suhu Ketidakefektifan


Ibu By.Ny.A mengatakan suhu tubuh bayinya kadang rendah dan lingkungan, dan termoregulasi
kadang tinggi tubuh akibat
Ibu By.Ny.A mengatakan sekarang badan bayinya panas fototherap
Ibu By.Ny.A mengatakan bayinya rewel dan sering menangis
Do :
Ketika di palpasi akral terasa panas
By.Ny.A tampak rewel dan sering menangis
Suhu 38,3 ºC
Nadi 148 x/menit
Respirasi 49 x/menit
Hb 12,0 mg/dL
Ds : Peningkatan iwl Resiko
Ibu By.Ny.A mengatakan bayinya tidak mau menyusu (insensible water ketidakseimbanga
Ibu By.Ny.A mengatakan setelah fototherapi bayinya sedikit Bak loss) akibat n volume cairan
Do : fototherapi dan
By.Ny.A tampak tidak mau menyusu kelemahan
Bak : 36 cc / 24 jam menyusu
Intake : 323,4
Output : 462
Balance cairan : - 138,6
BB : 2800 gram
Suhu 38,3 ºC
Nadi 148 x/menit
Respirasi 49 x/menit
Hb 12,0 mg/dL
DIAGNOSA
DIAGNOSAKEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu lingkungan dan tubuh akibat fototerapi.
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan IWL (insensible water loss)
akibat fototerapi dan kelemahan menyusui.
INTERVENSI
INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
keperawatan
Kerusakan
. Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
integritas kulit keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
berhubungan diharapkan integritas kulit kembali yang longgar
dengan jaudice baik/normal dengan kriteria hasil : 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
atau radiasi 1. Integritas kulit yang baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
dipertahankan kering
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Mobilitas pasien setiap 2 jam sekali
3. Perfusi jaringan baik 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman 6. Monitor pembersihan ASI secara adekuat
dalam proses perbaikan kulit 7. Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah
dan mencegah terjadinya tertekan
cedera berulang 8. Mandikan pasien dengan sabun dan air
5. Mampu melindungi kulit dan hangat
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Konservasi integritas struktural
termoregulasi keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Letakkan bayi dalam inkubator untuk
berhubungan bayi tidak mengalami instabilitas mempertahankan kestabilitas suhu tubuh.
dengan suhu dengan kriteria hasil : 2. Ukur suhu aksila bayi secara teratur
peningkatan suhu 1. Suhu aksila 36,5 C – 37,5 C 3. Pantau tanda dan gejala terjadinya hipotermia
lingkungan dan 2. Frekuensi nafas 40-6- kali per seperti akral dingin, peningkatan denyut
tubuh akibat menit jantung, penurunan saturasi oksigen, pucat,
.fototerapi 3. Denyut jantung 120-180 kali dan pengisian kapiler > 3 detik.
per menit 4. Pantau adanya hipertemi.
4. Warna kulit bayi coklat Konservasi Energi
kemeraha 5. Minimalkan kehilangan kalor melalui proses
5. Akral hangat konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
6. Pengisian kapiler < 3 detik 6. Pantau suhu inkubator dan lampu fototerapi
7. Tutup kepala bayi dengan topi untuk
menghidari kehilangan panas akibat radiasi
8. Lakukan perawatan bayi dalam inkubator
bukan radiasi warmer karena radian warmer
terjadi kehilangan panas karena radiasi,
konveksi, peningkatan IWL pada bayi serta
menimbulkan dehidrasi.
9. Tingkatkan pemberian cairan.
10. Tingkatkan pemberian ASI
Resiko Setelah dilakukan tindakan Konservasi integritas struktural
ketidakseimbanga keperawatan 3x 24 jam, 1. Monitor berat badan
n volume cairan menunjukkan keseimbangan 2. Monitor intake dan output
tubuh cairan dan elektrolit dengan 3. Monitor pemberian ASI
berhubungan kriteria hasil : 4. Monitor serum elektrolit
dengan 1. Turgor kulit elastis 5. Monitor serum albumin dan protein total
peningkatan IWL 2. Membran mukosa lembab 6. Monitor tekanan darah, frekuensi nadi, dan
.(Insensible Water 3. Intake cairan normal status respirasi
Loss) akibat 4. Perfusi jaringan baik 7. Monitor membran mukosa, turgor kulit
fototerapi dan 5. Urin tidak pekat 8. Catat dan hitung balance cairan
kelemahan 6. Tekanan darah dalam batas 9. Monitor warna dan jumlah urin
menyusui normal (80/45 mmHg) 10. Monitor ketat cairan dan elektrolit jika bayi
7. Nadi dalam batas normal (120- menjalani terapi yang meningkatkan IWL
160x/menit) seperti fototerapi, pemakaian radiant warmer
8. Suhu dalam batas normal Konservasi Energi
(36,5-37,5 C) 11. Lakukan upaya untuk meminimalkan IWL
9. Mata tidak cekung seperti penutup plastik atau meningkatkan
kelembaban
12. Monitor dan hitung kebutuhan cairan
13. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan
parenteral
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
Tanggal No. Diagnosa Implementasi
12 Oktober 2021 1 1. Menganjurkan menggunakan pakaian yang longgar pada bayi
2. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
08.00 wib 3. Mengoleskan baby oil pada daerah yang kering
4. Memandikan bayi dengan air hangat 

  2 1. Mengukur suhu aksila bayi secara teratur setiap 3 jam


2. Mengukur tanda-tandavital
3. Memantau tanda dan gejala terjadinya hipotemi dan hipertermi
4. Meningkatkan pemberian ASI

  3 1. Memonitor tanda-tanda vital


2. Memonitor intake dan output cairan
3. Memonitor pemberian ASI
4. Memonitor membrane mukosa dan turgor kulit
13 oktober 2021 1 1. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
2. Menghindari kerutan pada tempat tidur
08.00 wib 3. Memobilisasi bayi setiap 2 jam sekali
4. Mengoleskan baby oil pada daerah yang kering

  2 1. Mengukur suhu aksila bayi secara teratur setiap 3 jam


2. Meningkatkan pemberian ASI
3. Memantau suhu lampu fototerapi
4. Meletakkan bayi dalam inkubator untuk mempertahankan
kestabilan suhu tubuh

3 1. Memonitor intake dan output cairan


2. Memonitor pemberian ASI
3. Memonitor warna dan jumlah urin
4. Memonitor membran mukosa dan turgor kulit
14 oktober 2021 1 1. Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
2. Menghindari kerutan pada tempat tidur
08.00 wib 3. Memobilisasi bayi setiap 2 jam sekali
4. Mengoleskan baby oil pada daerah yang kering

  2 1. Mengukur suhu aksila bayi secara teratur setiap 3 jam


2. Meningkatkan pemberian ASI
3. Memantau suhu lampu fototerapi
4. Meletakkan bayi dalam inkubator untuk mempertahankan
kestabilan suhu tubuh

3 1. Memonitor intake dan output cairan


2. Memonitor pemberian ASI
3. Memonitor warna dan jumlah urin
4. Memonitor membran mukosa dan turgor kulit
EVALUASI
EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
Selasa, 12 Oktober 2021 Diagnosa 2
Diagnosa 1 S:
S: • Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa badan bayinya panas
• Ibu By. Ny. A mengatakan kulit • Ibu By. Ny. A mengatakan bayinya sekarang rewel
bayinya kering O:
• Ibu By. Ny. A mengatakan kulit • Palpasi akral By. Ny. A terasa panas
bayinya masih mengelupas • Suhunya 38,3oC
O: • Nadi: 148 x/menit
• Kulit By. Ny. A terlihat kering • Pernapasan: 49 x/menit
• Kulit By. Ny. A terlihat A: masalah ketidakefektifan termoregulasi belum teratasi
mengelupas P: intervensi dilanjutkan
• Bilirubin total: 14,70 mg/dL
• Bilirubin direk 0,41 mg/dL
A: masalah kerusakan integritas
kulit belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3
S: Rabu 13 Oktober 2021
• Ibu By. Ny. A mengatakan bayinya tidak mau Diagnosa 1
menyusu dari pagi S:
• Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa setelah • Ibu By. Ny. A mengatakan kulit bayinya tidak ada
fototerapi BAK bayinya sedikit yang mengelupas dan tidak terlalu kering
O: • Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa ia rajin
• By. Ny. A tampak tidak mau disusui mengoleskan baby oil ke tubuh bayinya
• Suhunya 38,3oC O:
• Nadi: 148 x/menit • Kulit By. Ny. A tidak ada yang mengelupas lagi
• Respirasi 49 x/menit • Bilitubin total: 12,05 mg/dL
• BAK 36cc / 24 jam dan warnanya pekat • Bilirubin direk 0,37 mg/dL
• BAB tidak ada A: masalah kerusakan integritas kulit teratasi
• Intake: 323,4 sebagian
• Output: 462 P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
• Balance cairan – 138,6
• CRT < 3 detik
A: masalah resiko keridakseimbangan volume
cairan tubuh belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3
Diagnosa 2
S:
S:
• Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa BAK bayinya sudah
• Ibu By. Ny. A mengatakan suhu
lebih banyak dari kemarin
tubuh bayinya panas setelah
• Ibu By. Ny. A mengatakan bayinya telah mau menyusu
fototerapi
lebih banyak
• Ibu by. Ny. A mengatakan bahwa
O:
panas badan bayinya sudah
• By. Ny. A terlihat minum susu dengan botol susu 40 cc/2
berkurang
jam
O:
• Suhu badannya: 37, 9 c
• Palpasi karal By. Ny. A terasa
• Nadi: 147 x/menit
panas
• Pernapasan: 51 x/menit
• Suhunya 37,9 C
• Intake 502,4
• Nadi: 138 x/menit
• Output 408,4
• Respirasi 51 x/menit
• CRT < 3 detik
A: masalah ketidakefektifan
A: masalah resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh
termoregulasi belum teratasi
teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan oleh
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
perawat ruangan
Kamis, 14 Oktober 2021
Diagnosa 2
Diagnosa 1
S:
S:
• Ibu By. Ny. A mengatakan suhu tubuh bayinya panas
• Ibu By. Ny. A mengatakan kulit bayinya
setelah fototerapi
tidak ada yang mengelupas dan tidak terlalu
• Ibu by. Ny. A mengatakan bahwa panas badan
kering
bayinya sudah berkurang
• Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa ia rajin
O:
mengoleskan baby oil ke tubuh bayinya
• Palpasi akral By. Ny. A terasa hangat
O:
• Suhunya 37,2 C
• Kulit By. Ny. A tidak ada yang mengelupas
• Nadi: 138 x/menit
lagi
• Respirasi 45 x/menit
• Bilirubin total: 12,05 mg/dL
• Warna kulit bayi coklat kemerahan
• Bilirubin direk 0,37 mg/dL
• CRT < 3 detik
A: masalah kerusakan integritas kulit teratasi
A: masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi
sebagian
P: intervensi dihentikan
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
Diagnosa 3
S:
• Ibu By. Ny. A mengatakan bahwa BAK bayinya sudah
lebih banyak dari kemarin
• Ibu By. Ny. A mengatakan bayinya telah mau menyusu
lebih banyak
O:
• By. Ny. A terlihat minum susu dengan botol susu 40 cc/2
jam
• Suhu badannya: 37, 2 C
• Nadi: 138 x/menit
• Pernapasan: 45 x/menit
• BAK + BAB 96 cc/24 jam
• Intake 502,4
• Output 408,4
• Balance cairan + 96
• CRT < 3 detik
A: masalah resiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh
teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai