Anda di halaman 1dari 23

Gastroesophageal

Reflux Disease

Kelompok 1
Anggota Kelompok

Kevin Tanamal 1711012014


M. Zahid Mubarok 1711013044
Nurul Aini 2011011002
Intan Kumara Tungga 2011017006
Thalita Inas Nabila 2011013028
GERD

Gastroesophageal Reflux
Disease
Definisi GERD

 Suatu keadaan patologis sebagai akibat kandungan lambung ke dalam esofagus yang
menimbulkan berbagai gejala yang menganggu di esofagus maupun ekstra esofagus
atau komplikasi.

 Refluks ini biasanya terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan, karena sikap posisi
tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primwer, isi lambung yang mengalir
masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak
mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala.
Patofisiologi GERD

GERD disebabkann oleh kegagalan kardia. Sudut dimana kerongkongan memasuki


perut menciptakan katup yang mencegah duodenum,enzim, dan asam perut dari
perjalanan kembali ke kerongkongan yang mana mereka dapat menyebabkan pembakaran
da radang jaringan kerongkongan sensitif.

GERD terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor ofensif dan defensif dari
sistem pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung. Yang termasuk faktor defensif
sistem pertahanan esofagus adalah LES, mekanisme bersihan esofagus, dan epitel esofagus.
LES merupakan strukur anatomi berbentuk sudut yang memisahkan esofagus dengan
lambung. Pada keadaan normal, tekanan LES akan menurun saat menelan sehingga terjadi
aliran antegrade dari esofagus ke lambung. Pada GERD, fungsi LES terganggu dan
menyebabkan terjadinya aliran retrograde dari lambung ke esofagus.
Terganggunya fungsi LES pada GERD
disebabkan oleh turunnya tekanan LES akibat
penggunaan obat-obatan, makanan, faktor
hormonal, atau kelainan struktural. Sedangkan
yang termasuk faktor ofensif adalah
peningkatan asam lambung, dilatasi lambung
atau obstruksi gastric outlet, distensi lambung
dan pengosongan lambung yang terlambat,
tekanan intragastrik dan intraabdomen yang
meningkat.
Pengobatan
GERD

Pada dasarnya terdapat 5 target yang ingin dicapai dan harus


selalu menjadi perhatian saat merencanakan, merubah, serta
menghentikan terapi pada pasien GERD. Kelima target
tersebut adalah menghilangkan gejala/keluhan,
menyembuhkan lesi esofagus, mencegah kekambuhan,
memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya
komplikasi
Terapi Non Farmakologi

 Memilih makanan yang tepat


 Mengurangi makan gorengan, berlemak, dan makanan pedas
 Tidak langsung berbaring setelah makan. Sebaiknya beri jeda minimal 2-3 jam
setelah makan
 Meninggikan posisi kepala selama tidur menggunakan bantal yang ditumpuk
 Menghindari kebiasaan merokok
 Menghindari minuman ber-Akhohol
 Menghindari beberapa jenis obat yang bisa semakin memperburuk gejala,
seperti: obat pereda nyeri.
 Menurunkan berat badan bila berlebihan dan menjaga bila sudah ideal
 Makan dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan
Terapi Farmakologi
Obat-obatan yang telah diketahui dapat mengatasi gejala GERD meliputi

Antasida Antagonis Reseptor H2


01 menetralkan asam lambung 02 mengurangi produksi asam
lambung

PPI Prokinetik
03 menurunkan asam lambung 04 mengosongkan lambung lebih
cepat dan menjaga fungsi katup
di antara lambung dan
kerongkongan
01 ANTASIDA

 Suatu zat bersifat alkali, yang dapat menetralkan asam lambung, pada kondisi seperti
gastroesophageal reflux disease, gastritis, dan ulkus lambung. Antasida, berasal dari kata Yunani
‘Anti’, dan Latin ‘Acidus’ sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri akibat asam lambung terlalu
banyak di lambung. Mekanisme kerjanya adalah antasida yang merupakan basa lemah bereaksi
dengan asam hidroklorida lambung untuk membentuk garam dan air (menetralkan lambung)

 Beberapa senyawa yang digunakan antasida misalnya ; kalsium karbonat (CaCO3), magnesium
karbonat (MgCO3), natrium bikarbonat (NaHCO3), magnesium hidroksida (Mg(OH)2), aluminium
hidroksida (Al(OH)3) atau kombinasinya
Penggolongan dan Mekanisme Kerja Antasida

 Antasida yang dapat diserap


Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium
bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini ion-
ionya dapat diserap usus halus sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh
dan dapat mengakibatkan terjadinya alkalosis. Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam
jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
NaHCO3(s) + HCL(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
CaCO3(s) + 2HCL(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Penggolongan dan Mekanisme Kerja Antasida

 Antasida yang tidak dapat diserap

Antasida yang kationnya membentuk senyawa yang tidak larut dalam usus, dan tidak di absorbsi sehingga tidak mempengaruhi

keseimbangan asam basa dalam tubuh. Contoh:

Alumunium Hidroksida

Antasida yang terbaik menetralkan asam hidroklorida, karena jenis Antasida ini memiliki fungsi sitoproteksi yang tinggi dan mampu

mengikat asam empedu secara efektif. Namun, obat ini menjadikan motilitas usus menurun, sehingga menyebabkan konstipasi

Al(OH)3(s) + 3HCL(aq) → AlCl3(aq) + 3H2O(l)

Magnesium Hidroksida

Memiliki kerja yang berlawanan dengan kation Aluminium dalam soal motilitas usus. Obat jenis ini memiliki efek laksatif yang ringan.

Mg(OH)2(s) + 2HCL(aq)→ MgCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)


02 ANTAGONIS RESEPTOR H2
 Mekanisme
Antagonis H2 bekerja dengan menghambat secara sempurna sekresi asam lambung yang sekresinya
diinduksi oleh histamin maupun gastrin, tetapi menghambat secara parsial sekresi asam lambung yang
sekresinya diinduksi oleh asetilkolin. Antagonis reseptor H2 juga menghambat sekresi asam lambung
yang distimulasi oleh makanan, insulin,kafein, pentagastrin, dan nokturnal. Antagonis reseptor H2
mengurangi volume cairan lambung dan konsentrasi H+.

Terapi menggunakan antagonis reseptor H2 merupakan terapi yang digunakan untuk mengurangi
sekresi asam lambung berlebih, mekanisme aksi kerja obat golongan ini dengan cara berkompetisi
dengan histamine untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal sehingga mengurangi sekresi
asam lambung
Obat Antagonis Reseptor H2

 Simetidin, memiliki struktur imidazole, dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh, termasuk air susu dan
dapat melewati plasenta.Diekskresi sebagian besar lewat urin. 70% dosis eksresi lewat urin dalam bentuk
tidak berubah. Dosis: dewasa 200 mg & 400 mg 3x/hari sebelum tidur atau 400 mg sebelum sarapan &
400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.

 Ranitidine, memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-10 kali lebih potensial dari
simetidin.Ranitidine dimetabolisme dalam hati. Dosis : 150 mg 2x /hari atau dosis tunggal 300 mg
sebelum tidur

 Famotidin, memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi. Famotidin
dimetabolisme dalam hati. Dosis : Ulkus duodenum terapi akut 40 mg 1x/hari sebelum tidur atau 20 mg
2x/hari, pemeliharaan 20mg 1x/ hari sebelum tidur. Kondisi hipersekresi patologis 20 mg 4 x/hari

 Nizatidin, memiliki struktur kombinasi cincin thiazole Famotidin dan rantai samping Ranitidin. Serupa
dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan potensinya. Nizatidin dieliminasi melalui ginjal.
03

Proton Pump Inhibitors (PPIs)


Penghambat pompa proton atau proton pump inhibitors (PPIs) adalah kelompok
obat untuk mencegah dan mengobati penyakit asam lambung, tukak lambung,
ulkus duodenum, esofagitis erosif, sindrom Zollinger-Ellison, atau infeksi
bakteri Helicobacter pylori.
Mekanisme Kerja PPIs
 Semua obat golongan PPI memiliki waktu paruh yang pendek (sekitar 1 jam), kecuali tenatoprazole.
Semua obat golongan PPI memiliki bioavailabilitas yang bagus dalam tubuh.

 Penghambat pompa proton bekerja dengan cara menghambat enzim khusus yang ada di dinding
lambung, sehingga produksi asam lambung bisa berkurang. Ketika produksi asam lambung berkurang,
keluhan akan mereda. Selain itu, cara kerja ini akan mencegah terbentuknya luka dan membantu
penyembuhan luka pada lambung.

 Proton pump inhibitor (PPI) mengurangi sekresi asam lambung. Obat ini bertindak dengan menghambat
H+/K+-ATPase secara ireversibel dalam sel parietal lambung. Pompa proton bertanggung jawab untuk
mengeluarkan H+ dan menghasilkan asam lambung. Keuntungan menargetkan tahap akhir produksi
asam lambung adalah bahwa mereka mampu menekan produksi asam lambung hampir seluruhnya.
Inilah yang membedakannya dari golongan H2-receptor antagonist.
 Interaksi: Ada beberapa bukti bahwa PPI, terutama omeprazole, mengurangi efek antiplatelet dari
clopidogrel dengan menurunkan aktivasinya oleh enzim sitokrom P450. Tetapi bukti saat ini
menunjukkan bahwa lansoprazole dan pantoprazole memiliki kecenderungan lebih rendah untuk
berinteraksi dengan clopidogrel. Dengan demikian, kedua obat tersebut adalah PPI yang disukai saat
meresepkan bersama clopidogrel.

 PPI dimetabolisme di hati oleh enzim CYP2C19 dan 3A4. Kerusakan hati, usia lanjut dan mutasi gen
CYP2C19 akan menurunkan clearence PPI dalam tubuh.
Jenis-Jenis Obat PPIs
 Lansoprazole adalah penghambat sekresi asam lambung yang efektif. Lansoprazole secara spesifik
menghambat (H+/K+) ATPase (pompa proton) dari sel parietal di mukosa lambung.

 Omeprazole adalah obat untuk mengatasi masalah perut dan kerongkongan yang diakibatkan oleh
asam lambung. Cara kerja omeprazole adalah dengan menurunkan kadar asam yang diproduksi
perut/lambung.

 Esomeprazole secara spesifik menghambat enzim H+/K+-ATPase, pompa asam, dan sekresi asam
basal serta sekresi asam yang terstimulasi. Esomeprazole menghambat tahapan akhir dalam
produksi asam, sehingga menghasilkan penghambatan sekresi asam lambung yang poten dan
dalam jangka waktu yang lama.

 Pantoprazole bekerja dengan cara menghambat produksi asam lambung. Dengan berkurangnya
asam lambung, maka keluhan akibat peningkatan asam lambung bisa mereda. Selain itu, dengan
berkurangnya produksi asam lambung, maka luka (tukak) pada lambung dan erosi pada esofagus
juga bisa dicegah.
Jenis-Jenis Obat PPIs
 Rabeprazol tidak bekerja dengan mekanisme seperti antagonis reseptor-H2 histamin atau
antikolinergik tetapi dengan cara menekan sekresi asam lambung. Penekanan sekresi asam
lambung ini dilakukan dengan cara menghambat ATPase K+ dan H+ yang ada pada permukaan
mukosa lambung yang menghasilkan sel parietal. Enzim ATPase ini merupakan pompa proton di
dalam sel parietal, sehingga rabeprazol dianggap sebagai inhibitor pompa proton lambung dan
menghambat proses akhir dari sekresi asam lambung yaitu pada proses transpor ion hidrogen ke
dalam lumen lambung. Rabeprazol diprotonasi pada pH rendah sehingga tidak lagi bersifat
lipofilik, kemudian berakumulasi, dan berubah menjadi sulfonamida aktif. Saat masuk ke dalam
sel parietal, rabeprazol akan berakumulasi di dalam kanalikuli penghasil asam yang diaktivasi
oleh proses katalisasi proton sehingga akan menghasilkan sulfonamida tiofilik atau asam sulfonat.
Rabeprazol dalam bentuk aktif kemudian akan membentuk ikatan kovalen dengan asam amino
sisteina ekstraseluler dari pompa proton (ATPase K+ dan H+) yang akan menghambat transpor ion
hidrogen.
04
Prokinetik

Jenis obat yang meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan


meningkatkan frekuensi kontraksi di usus halus atau membuat kontraksi
lebih kuat tanpa mengganggu ritmenya.

Jenis Obat Prokinetik: Betanechol, Cisapride, Metoclopramide, Mosapride,


Benzamida
Mekanisme Kerja

 Meningkatkan konsentrasi asetilkolin dengan merangsang reseptor M1 yang menyebabkan pelepasan


asetilkolin, atau dengan menghambat enzim asetilkolinesterase yang memetabolisme
20% asetilkolin. Kadar
asetilkolin yang lebih tinggi meningkatkan peristaltik gastrointestinal dan selanjutnya meningkatkan
tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah, sehingga merangsang motilitas gastrointestinal,
mempercepat pengosongan lambung, dan meningkatkan koordinasi gastro duodenal.
40%
15%
 Reseptor 5-HT4 memiliki peran penting dalam fisiologi dan patofisiologi motilitas saluran GI. Oleh
karena itu, reseptor 5-HT4 telah diidentifikasi sebagai target terapi potensial untuk penyakit yang
berhubungan dengan dismotilitas GI seperti sembelit kronis. Beberapa agen prokinetik seperti
25%
mosapride, cisapride dan benzamida klasik hanya memiliki afinitas sedang terhadap reseptor 5HT4
Jenis Obat Prokinetik

 Betanechol. Obat yang merangsang kantung kemih dan membantu buang air kecil, mempercepat
pengosongan lambung juga membantu memperkuat LES dan mencegah mual
20% dan muntah. Tersedia
dalam bentuk tablet.

 Cisapride. Bekerja pada reseptor serotonin di lambung dan meningkatkan tonus otot di LES. Karena efek
sampingnya, seperti detak jantung yang tidak teratur, telah40%
dikeluarkan dari pasaran di beberapa negara,
15%
termasuk Amerika Serikat. Efektif dalam mengobati GERD sebagai penghambat reseptor H2 seperti
famotidine. Cisapride masih sering digunakan dalam kedokteran hewan.

 Metoclopramide. Agen prokinetik yang digunakan untuk mengobati GERD 25% dengan meningkatkan kerja
otot di saluran pencernaan. Tersedia dalam bentuk tablet dan cair. Kemanjuran metoklopramid terhalang
oleh efek samping yang serius yaitu peningkatan risiko kondisi neurologis seperti tardive dyskinesia
yang menyebabkan gerakan berulang yang tidak disengaja.
TERIMA KASIH
Mercury is the closest planet to the Sun and the smallest one in the Solar System—it’s
only a bit larger than the Moon.

Anda mungkin juga menyukai