Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN OBAT DAN BAHAN

HABIS PAKAI PUSKESMAS

Pelatihan Manajemen Puskesmas


BIODATA

Mey Susianawati, SKM, M.Si

Widyaiswara Ahli Muda

Palembang, 6 Mei 1978

081278678515
meysusianawati

Kompleks Palemview 1.
Blok D. No.1 Palembang
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu memahami
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
Menjelaskan perencanaan dan pengadaan obat BMHP
Menjelaskan penyimpanan dan distribusi obat dan BMHP
Menjelaskan pelayanan farmasi klinis
 Menjelaskan pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan
obat 3

Menjelaskan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian


REFERENSI
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
 Permenkes No 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
 Permenkes No. 26 tahun 2020 tentang Perubahan terhadap PMK
nomor Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
 Kementerian Kesehatan R.I, Ditjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Dit. Pelayanan Kefarmasian, Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, 2019.
 Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian, 2015.
UTARI 4
 Tujuan pengelolaan obat dan bahan habis
pakai adalah untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif,
efisien dan rasional, dengan mutu yang
terjaga dan melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan

UTARI 5
A. Perencanaan dan Pengadaan
Obat dan BMHP
 Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan atau
kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di
puskesmas.
 Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan BMHP meliputi :
1. Pemilihan
2. Pengumpulan data
3. Memperkirakan kebutuhan periode yang akan dating di
tambah stok penyangga (buffer stock)
4. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat
menggunakan metode yang sesuai
5. Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat
puskesmas di tuangkan dalam laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO) Puskesmas 6
Perencanaan dan Pengadaan
Obat dan BMHP
 Tahapan perencanaan kebutuhan obat dan
BMHP meliputi :
6. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam
satu periode dan lembar permintaan berisi jumlah
kebutuhan obat puskesmas dalam satu periode
7.LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana
kebutuhan obat tingkat puskesmas dan digunakan
sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota

7
Evaluasi Perencanaan

 Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan meliputi:


 1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan.
Dilakukan penilaian kesesuaian antara RKO dengan
realisasi. Sumber data berasal dari rumah sakit, LKPP
dan pemasok.
 2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan
perencanaan. Dilakukan dengan cek silang data dari
fasyankes dengan data di pemasok.

UTARI 8
Pengadaan obat
 Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan pengadaan mandiri (pembelian).
1) Permintaan
 Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Pengadaan Mandiri.
 Pengadaan obat secara mandiri oleh Puskesmas dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Puskesmas
dapat melakukan pembelian obat ke distributor

9
Pengadaan obat
Pengadaan Mandiri.
 Dalam hal terjadi kekosongan persediaan dan kelangkaan di
fasilitas distribusi, Puskesmas dapat melakukan pembelian
obat ke apotek.
 Pembelian dapat dilakukan dengan dua mekanisme :
a) Puskesmas dapat membeli obat hanya untuk memenuhi
kebutuhan obat yang diresepkan dokter.
b) Jika letak puskesmas jauh dari apotek, puskesmas dapat
menggunakan SP (Surat Pemesanan), dimana obat yang tidak
tersedia di fasilitas distribusi dapat dibeli sebelumnya, sesuai
dengan stok yang dibutuhkan

10
B. Penyimpanan dan Distribusi
Obat dan BMHP
 Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta
memudahkan pencarian dan pengawasan.
 Aspek umum yang perlu diperhatikan:
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di gudang
obat yang dilengkapi lemari dan rak –rak penyimpanan obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin kestabilan
obat.
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas
pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus.

11
B. Penyimpanan dan Distribusi
Obat dan BMHP
 Aspek umum yang perlu diperhatikan:
d. Penyimpanan sesuai alfabet atau kelas terapi dengan sistem,
First Expired First Out (FEFO), high alert, dan life saving
(obat emergency).
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari
terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di
tempat khusus dan terpisah dari obat lain. Contoh : alkohol,
chlor etil dan lain-lain.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu
yang disertai dengan alat pemantau dan kartu suhu yang diisi
setiap harinya.
12
B. Penyimpanan dan Distribusi
Obat dan BMHP
 Aspek umum yang perlu diperhatikan:
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan
pengamanan terhadap obat yang disimpan pada suhu
dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat
termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik
cadangan (genset).
i. Obat yang mendekati kadaluarsa (3 sampai 6 bulan sebelum
tanggal kadaluarsa tergantung kebijakan puskesmas)
diberikan penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang
mudah terlihat agar bisa digunakan terlebih dahulu
sebelum tiba masa kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat
penyimpanan obat.
13
Aspek khusus yang perlu
diperhatikan
 Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius (sentinel event),
dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan
(adverse outcome). Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas:
1. Obat risiko tinggi
2. Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama (sound
alike) biasa disebut LASA, atau disebut juga Nama Obat dan Rupa
Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya tetrasiklin dan tetrakain.
3. Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi
lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%
atau lebih.

14
Aspek khusus yang perlu
diperhatikan
 Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.

 Obat kegawatdaruratan medis Penyimpanan obat


kegawatdaruratan medis harus diperhatikan dari sisi
kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi
kegawatdaruratan

15
PENDISTRIBUSIAN

 Pendistribusian ke sub unit sesuai dengan resep yg


diterima (Floor stock), pemberian obat per sekali
minum (dispensing dosis unit) atau gabungan

16
C. Pelayanan Farmasi Klinis

 Pelayanan farmasi klinis merupakan pelayanan


yang langsung dan bertanggungjawab yang
diberikan kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan dan menjamin kualitas
hidup pasien.

17
C. Pelayanan Farmasi Klinis
 Untuk memberikan pelayanan farmasi klinik pada pasien dengan
efektif dan efisien, serta tepat sasaran, perlu dilakukan seleksi
terhadap pasien. Pelayanan farmasi klinis yang dilakukan meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
resep, penyiapan termasuk peracikan obat, dan penyerahan disertai
pemberian informasi.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh
apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Puskesmas.
18
C. Pelayanan Farmasi Klinis

c. Konseling Konseling obat merupakan salah satu metode


edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara
dengan pasien dan/atau keluarganya yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang
membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.

d. Visite Pasien (khusus puskesmas rawat inap) Visite


merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

19
C. Pelayanan Farmasi Klinis
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD). Dalam melakukan PTO apoteker di Puskesmas dapat
melakukan seleksi berdasarkan:
1) Kondisi Pasien
2) Obat
3) Kompleksitas regimen

f. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) Merupakan kegiatan untuk


mengevaluasi penggunaan obat untuk menjamin obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau
(rasional)
20
C. Pelayanan Farmasi Klinis
g. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care) Apoteker
dapat melakukan kunjungan pasien dan atau pendampingan
pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan persetujuan
pasien atau keluarga terutama bagi pasien khusus yang
membutuhkan perhatian lebih.

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


MESO dilakukan dengan tujuan :
 menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang
 menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan
 meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki;
 mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
21
D. Pemberdayaan Masyarakat
dalam Penggunaan Obat

Pemberdayaan Masyarakat melalui GeMa CerMat


Penggunaan obat yang rasional merupakan salah
satu langkah dalam upaya pembangunan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu, sehingga tercapai
keselamatan pasien (patient safety)

22
E. Pengendalian Mutu Pelayanan
Kefarmasian
 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan
kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat
atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau
kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).

 Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi


dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan
Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

23
E. Pengendalian Mutu Pelayanan
Kefarmasian
 Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai
standar.
b. Pelaksanaan, yaitu: 1) Monitoring dan evaluasi capaian
pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara capaian
dengan rencana kerja); dan 2) memberikan umpan balik
terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1) melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
2) meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.
24
E. Pengendalian Mutu Pelayanan
Kefarmasian
 Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang
melakukan proses.
 Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk
mengoptimalkan hasil pemantauan. Contoh: monitoring
pelayanan resep, monitoring penggunaan Obat, monitoring
kinerja tenaga kefarmasian.
 Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap
data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode
berdasarkan waktu, cara, dan teknik pengambilan data.
 Evaluasi dilaksanakan melalui audit (contoh: audit pelaksanaan
sistem manajemen mutu) dan Review (pengkajian) (contoh:
kajian penggunaan antibiotik)
25
❖ Penugasan Pokok Materi Pengelolaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai
Jam pembelajaran penugasan berupa metode Latihan sebanyak 1 Jpl
(45 menit)
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok (10 orang/ kelompok).
Breakout room 3 kelas kecil
b. Dalam kelas besar/ main room pelatih pelatih menjelaskan penugasan yang
harus dikerjakan oleh masing- masing kelompok
c. Masing- masing kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah yang
ditemukan, serta mencari solusi terhadap masalah yang timbul. (20 menit )

1. Jelaskan pengertian Pelayanan Kefarmasian dan aspek-aspeknya


2. Jika Saudara melihat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang
melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) dengan obat antibiotik, apa
yang akan Saudara lakukan? beri penjelasan!
3. Jelaskan menurut pendapat Saudara manfaat dari pelaksanaan pelayanan
farmasi klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Apakah yang disebut dengan obat high alert? Jelaskan pendapat saudara
26

Anda mungkin juga menyukai