Anda di halaman 1dari 21

Siklos Hidrologi dan Estimasi Debit Banjir

(masuk ke dalam Waduk


Pengendali Banjir)

Materi Kuliah Teknik Sungai

Oleh : Sukiyoto, M.Eng


Juli, 2021
Beberapa Pengertian terkait Debit Banjir
 Banjir secara umum dimengerti oleh awam bahwa bilamana suatu
alur sungai sudah tidak dapat lagi menampung, mengalirkan
besaran aliran air yang berasal dari akumulasi hujan dari daerah
alirannya (DAS) yaitu airnya sudah meluap atau melimpah
ke kanan atau kriri sungai sehingga menyebabkan genangan dan
kerusakan lahan yang dilewatinya

 Besaran Debit banjir di suatu lokasi alur sungai tergantung dari


beberapa faktor yaitu :
 Luas daerah aliran sungai (DAS)
 Intensitas hujan khususnya pada DAS bersangkutan
 Topografi DAS
 Kondisi penggunaan lahan
Permasalahan Penyebab Banjir
Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan permasalahan banjir pada
suatu DAS, terlebih dahulu harus dipahami secara benar bahwa Aliran
Permukaan (Runoff) sebagaimana dapat dilihat pada siklos hidrologi.

Aliran permukaan akan sangat terpangaruh oleh kondisi topografi, dan


penggunaan lahan atau Tata Guna Lahan akan mempengaruhi koeffisien
aliran permukaan (Runoff Coeffisien)

Perubahan penggunaan lahan dari daerah pertanian menjadi jalan raya,


daerah permukiman / perkotaan akan meningkatkan coeffisien runoff
dan mengakibatkan semakin besarnya aliran permukaan (Runoff) dan
dapat menimbulkan semakin besarnya air banjir yang masuk sungai dan
dapat berakibat banjir yang dapat merusakan daerah yang tergenang
banjir
Daerah Aliran Sungai
Sketsa Sungai dan DAS

Sungai
Waduk dan instalasi Pompa
Rumus Umum Estimasi Banjir
(Rasional Jepang)

Q = (1/3,6) x c x i x A
Dimana :
Q = Debit aliran banjir (m3/dtk)
c = koefisien pengaliran ( coefisien runoff)
i = Intensitas hujan (mm)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
Nilai C = coefisien runoff
Nilai C terrgantung dari kondisi :

Kondisi topografi DAS


Penggunaan lahan (landuse) dari DAS
Kondisi lahan

Semakin besar lereng topografi semakin besar nilai C


Semakin besar pemanfaatan lahan untuk permukiman dan
kurangnya tumbuhan (vegetasi) semakin besar nilai C
Koefisien Aliran Permukaan (Runoff Coefficient)
untuk beberapa variasi kondisi
Daerah Aliran Sungai (catchment area)

Nomor Kondisi Daerah Aliran Sungai Nilai Koefisian

1 Bebatuan dan tidak tembus air 0.8-1.0


(impermeable)

2 Sedikit tembus air (slightly impermeable) 0.6-0.8

3 Ditanami atau tertutup dengan vegetasi 0.4-0.6


(cultivated or covered with vegetation)

4 Ditanami dan tanahnya menyerap air 0.3-0.4


(cultivated absorbent soil)

5 Tanah berpasir (sandy soil) 0.2-0.3

6 Hutan lebat (heavy forest 0.1-0.2


Pemasangan Stasiun Curah Hujan

Sketsa Sungai dan DAS

St 1

Sungai
Waduk dan instalasi Pompa

St 2

St 3

= lokasi stasiun hujan


Stasiun hujan bisa dipang dalam DAS maupun diluar DAS
Menghitung Rata-rata Hujan
Cara Menghitung Rata-rata Hujan :
1) Rata-rata aritmatik
2) Polygon Thiesson
3) Isohyet

Rrata2 (aritmatik)
= ( R1 + R2 + R3 + Rn)/ n

R1, R2, dst = data hujan


n = jumlah stasiun hujan
Prosedur Membuat Peta Isohyet

 Peta Isohyet adalah peta contour hujan yang mewakili besaran hujan yang sama
 Dalam membuat peta ini pertama-tama harus diamati dengan cermat data
hujan yang mewakili suatu daerah misal pada daerah aliran sungai (DAS)
 Kemudian contour kita tetapkan misal dengan interval 5mm, sehingga
berdasarkan data ada contour dengan besaran hujan 105mm, 110mm,115mm,
120mm, 125mm dan 130mm
 Selanjutnya berdasarkan data kita buat interval 5mm dengan besaran hujan
sebagaimana tsb diatas
 Akhirnya dapalah dibuat garis contour Isohyet sebagaimana gambar sketsa
Peta Isohyet berwarna merah
 Kemudian luasan A1 sampai dengan A6 adalah luasan daerah yang dipengaruhi
atau mewakili besaran hujan dari 2 (dua) contour yang intervalnya 5mm
Peta Isohyet

Countur 115 mm
Countur 120 mm
Batas DAS St.1 (120mm)
St.2 (115mm)
Countur 125mm St.3 (125mm)
A1

A2
Rencana Bendung St.5 (130mm)
A3

St4 (110mm) St.6 (105mm)


A4 A6
A5
Stasiun Hujan (St) V
Prosedur Perhitungan Rata-Rata Hujan
menurut Isohyet
1) Hitunglah luas A1, A2 dan seterusnya sampai dengan A6 yang merupakan
daerah yang dibatasi garis contour warna merah
2) Kemudian hitunglah rata-rata curah hujan yang diwakili oleh 2 (dua) contour
misal untuk garis contour 130mm dan 125mm, sehingga nilai rata-ratanya
adalah = ½ (125+130) = 127,5mm
3) Untuk daerah A1, dimana contour diatasnya tidak ada, maka bisa
diasumsikan nilai diatasnya adalah 135mm
4) Kemudian untuk daerah A6, dimana contour dibawahnya tidak ada, maka
nilai dibawahnya dapat diasumsikan sebesar 100mm
5) Dengan demikian nilai rata-rata hujan berdasarkan garis contour dari semua
luasan A1, A2………dan seterusnya dapat dihitung besarannya
6) Selanjutnya nilai rata-rata hujan yang mewakili luasan bersangkutan
dikalikan dengan luas wilayah bersangkutan misal A1 x 127,5mm dan
selanjutnya untuk A2,A3, …………….A6.
R rata-rata
= {A1x(135+130)+A2x (130+125) +…………… +A6x(105+100)} /
(A1+A2+A3+A4+A5+A6)

Catatan :

 A1, A2,………A6 luas daerah yang dibatasi garis


contour isohyet
 A130, 125, 120, dan seterusnya adalah nilai curah
hujan pada garis contour
 Angka 127,mm adalah nilai rata-rata curah hujan
dari garis contour
Prosedur membuat Polygon Thiesson

1) Hubungkan dengan garis lurus titik lokasi stasiun hujan dari ST1 s.d St6
2) Bagi dua dengan jarak yang sama garis lurus antara 2 (dua) stasiun
tersebut seluruh stasiun tersebut
3) Buatlah garis tegak lurus dari titik pembagi garis lurus antara stasiun
tersebut
4) Buatlah garis lurus tadi dengan garis putus-putus
5) Dari garis putus—putus tersebut dapat dicari titik perpotongannya dan
titik perpotongan tersebut merupakan sudut Polygon Thiesson
6) Polygon Tiesson yang terbentuk dari garis putus-putus tersebut
merupakan luasan daerah yang mewakili stasiun bersangkutan dari
stasiun 1 sampai dengan stasiun 6 dan luasan tersebut diberi simbol A1,
A2, A3, A4, A5 dan A6.
Polygon Thiesson

A1
Batas DAS St.1 (120mm)
St.2 (115mm)
St.3 (115mm)
A2 A3

Rencana Bendung St.5 (130mm)


A5
A4
St4 (110mm) St.6 (105mm)
A6

Stasiun Hujan (St)


R rata-rata
=(A1xR1+A2xR2+A3xR3+A4xR4+A5xR5+A6xR6) /
(A1+A2+A3+A4+A5+A6)

Catatan :
A1, A2,………A6 luas Polygon masing2 stasiun

R1, R2,………..R6 besaran curah hujan


Intensitas Hujan
Hujan secara umum adalah memiliki besaran tertentu dan dengan lama tertentu juga misalnya
hujan selama 3jam, 3,5 jam dan atau waktu lainnya sesuai data di lapangan. Untuk hujan yang
diukur dengan Automatic Rainfall Recorder mudah diamati lamanya hujan dan besarannya, tetapi
untuk yang dicatat secara manual tidak bisa dilakukan karena dilakukan pengukuran setiap pagi
hari.

Jadi intensitas hujan pada prinsipnya besaran hujan dibagi lamanya hujan, sehingga satuannya
adalah dalam (mm/jam). Untuk hal ini misal hujan selama waktu T = 3jam dengan besaran hujan
R =150mm, maka intensitas hujan

i= R/T = 150/3 = 50mm

Akan tetapi untuk hujan sembarang waktunya hanya dapat catatan setiap pagi hari atau dapat
disebut hujan selama 24jam,

maka i= (R24/24) ^2/3


Soal Latihan Estimasi Debit Banjir

Soal 1.
Di lokasi rencana bangunan Waduk memiliki catchment area
(daerah aliran sungai / DAS ) seluas 10km2. Didapat 3 (tiga)
stasiun hujan yang dicatat selama 4jam dengan besaran masing-
masing 120mm, 100mm dan 150mm. Kondisi catchment area
adalah hanya sedikit tembus air (slightly impermeable). Hitung
berapa besarnya debit aliran air yang akan masuk ke dalam
waduk tersebut.
Tugas
Menghitung Debit Banjir

Prosedur Perhitungan :
1) Hitung rata-rata hujan = Jumlah hujan dibagi jumlah stasiun
2) Hitung intensitas hujan
i=R/T
R = rata-rata hujan
T = lama hujan
3) Tetapkan C, koefisien runoff (aliran permukaan)
4) Hitung debit banjir, pakai rumus rasional
Sekian dan Terima kasih
Sukiyoto, M.Eng

21
Presentasi Jusna J.A. Amin pada Seminar Nasional FALTL & KemenKo Perekonomian, 31 Okt 2013, Hotel Borobudur, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai