Askep Autisme-Klmpk 3 - B

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 47

“Asuhan Keperawatan pada Anak

Berkebutuhan Khusus Autisme”

KELOMPOK 3
LAPORAN
PENDAHULUAN
Definisi

– Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian
autis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
– Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003).
Definisi

– Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial
atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi
dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
– Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak
mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku
“Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American
Psychiatic Association, 2000).
Anak autisme dapat ditinjau dari beberapa segi
yaitu:

anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan


Segi pendidikan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.

anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang

Segi medis

menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan


kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.

anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat

Segi psikologi bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa
sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.

anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari

Segi sosial

beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan
bimbingan keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Klasifikasi

Anak autis ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya,

Autis Ringan menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah meskipun
terjadinya hanya sesekali.

Autis Sedang Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata

namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil.

Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat

Autis Berat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara
berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti.
Etiologi

– Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa


pada otak anak autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya.
– Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara
diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme
mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang
menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.
– Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama
pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas
proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses
atensi (perhatian).
Etiologi

– Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut hippocampus. Akibatnya
terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan emosi yang disebabkan oleh keracunan logam
berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang
hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.
– Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak, namun
diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit
masih sulit ditemukan.
– Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi
pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post partum) juga dapat
terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan sampai berat pada bayi.
– Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak
tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi
tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.
Patofisiologi

Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan
sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa
bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara
genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan
terjadinya gangguan autisme. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita
autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat
kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi
pertumbuhan otak.
Patofisiologi

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila
autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan
primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi
makanan yang mengandung logam berat dan dalam masa kehamilan ibu minum
alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain
kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,
yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara
lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang
diderita ibu pada masa kehamilan.
Manifestasi Klinik

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal :Meliputi kemampuan


berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social: Meliputi gangguan menolak atau
menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering
diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk.
3. Gangguan dalam bermain: Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh,
misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola
pada mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada
kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus
dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau
mainan lainnya.
Manifestasi Klinik

4. Gangguan perilaku :Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila
masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan
kesana kemari dan berlari-lari tentu arah.
5. Gangguan perasaan dan emosi : Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau
marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila
tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
6. Gangguan dalam persepsi sensori: Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata),
pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit,
menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja.
7. Intelegensi: Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan
pemikiran simbolis atau empati.
Pemeriksaan Penunjang

Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi


adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah
berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)
2. The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)
3. The Autism Screening Questionare
4. The Screening Test for Autism in Two-Years Old
Komplikasi

Penderita autisme mungkin mengalami masalah pada pencernaan, pola makan


atau pola tidur yang tidak biasa, perilaku agresif, dan sejumlah komplikasi lain,
seperti:
1. Gangguan mental.
2. Gangguan sensorik.
3. Kejang.
4. Tuberous sclerosis. 
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan


keperawatan.
– Penatalaksanaan Medis:
– Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan gangguan autistik,
tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik,
menyakiti diri sendiri, agresivitas dan gangguan tidur.
– Antipsikotik generasi baru, yaitu antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor
serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor
dopamin D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku
menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas pelbagai
reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi, gangguan reaksi
afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan penggunaan bahasa, perilaku
menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Penatalaksanaan

– Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari, penyandang autis perlu
diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai disiplin ilmu. Menurut dr Ika
Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain terapi edukasi untuk
meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku untuk mengendalikan perilaku
yang mengganggu/membahayakan, terapi wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu
pengorganisasian informasi lewat semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk
mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya.
– Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk kondisi dan gejala
autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan diet dengan menghindari zat-
zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian suplemen vitamin dan mineral,
serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada di dinding usus.
– Dengan berbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup sebagaimana
anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan berprestasi.
Penatalaksanaan

– Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
– Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut
sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.
– Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
– Terapi perilaku : Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari
latar belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari
solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan
dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian

1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
– Riwayat kesehatan sekarang:
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau sama sekali tidak dapat
bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh.
Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5%
mempunyai IQ diatas 100.
– Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan):
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal dan Cidera otak.
– Riwayat kesehatan keluarga:
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah
ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan.
Pengkajian

3. Status perkembangan anak :


– Anak kurang merespon orang lain.
– Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
– Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
– Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
– Keterbatasan kognitif.
4. Pemeriksaan fisik :
– Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
– Terdapat ekolalia.
– Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
– Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
– Peka terhadap bau.
Pengkajian

5. Psikososial :
– Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
– Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
– Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
– Perilaku menstimulasi diri
– Pola tidur tidak teratur
– Permainan stereotip
– Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
– Tantrum yang sering
– Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
– Kemampuan bertutur kata menurun
– Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
6. Neurologis :
– Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
– Refleks mengisap buruk
– Tidak mampu menangis ketika lapar.
Data Fokus
Analisa Data

No Data Subjektif dan Data Objektif Analisa Data Masalah


Keperawatan
1. DS : - Gangguan Gangguan
DO : neuromuskuler dan Komunikasi Verbal
- Kemampuan berbahasa, hambatan psikologis.
keterlambatan atau sama sekali
tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh
dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang
atau menolak dipeluk.
- Respons yang tidak sesuai
terhadap stimulus
- Kemampuan bertutur kata
menurun
Analisa Data

No. Data Subjektif dan Data Objektif Analisa Data Masalah


Keperawatan

- Sulit memahami komunikasi


- Sulit mempertahankan komunikasi
- Sulit menggunakan ekspresi wajah
atau tubuh
- Anak sulit menggunakan ekspresi
non verbal.
- Tidak mampu menangis ketika
lapar
- Sulit menyusun kalimat
- Verbalisasi tidak tepat
- Sulit mengungkapkan kata-kata.
Analisa Data

No. Data Subjektif dan Data Objektif Analisa Data Masalah


Keperawatan

2. DS : Defisiensi bicara dan Gangguan Interaksi


- Saat bermain bila didekati akan Hambatan Sosial
menjauh, Bila senang satu mainan perkembangan.
tidak mau mainan lainnya.
-Merasa sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan.
DO :
- Anak kurang merespon orang lain.
- Sulit fokus pada objek semula bila
anak berpaling ke objek lain.
Analisa Data

No. Data Subjektif dan Data Objektif Analisa Data Masalah


Keperawatan
- Menarik diri dan tidak responsif
terhadap orang tua
- Kontak mata kurang
- Ekspresi wajah tidak respondsif
- Tidak kooperatif dalam bermain
dan berteman dengan sebaya.
Analisa Data

No. Data Subjektif dan Data Objektif Analisa Data Masalah


Keperawatan

3. DS : Individu autistik Risiko Mutilasi Diri


- Perilaku destruktif terhadap diri
sendiri dan orang lain
DO :
- Tantrum yang sering.
Diagnosis Keperawatan

– Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskuler dan hambatan


psikologis.
– Gangguan interaksi sosial b.d defisiensi bicara dan hambatan perkembangan.
– Risiko Mutilasi Diri b.d individu autistik.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/Luaran Intervensi

1. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan intervensi 1. Promosi komunikasi : Defisit bicara


verbal b.d gangguan selama ... (waktunya,contoh 1x Defenisi :
neuromuskuler dan 24 jam atau 8 jam), maka Menggunakan teknik komunikasi
hambatan psikologis. komunikasi verbal meningkat, tambahan bagi individu dengan gangguan
dengan kriteria hasil : bicara.
- Kemampuan berbicara Tindakan :
meningkat (5) Observasi
- Kesesuaian ekspresi - Monitor kecepatan , tekanan, kuantitas,
wajah/tubuh meningkat (5) volume dan diksi bicara
- Kontak mata meningkat (5) - Monitor proses kognitif,anatomis dan
- Respons perilaku membaik (5) fisiologis yang berkaitan dengan bicara
- Pemahaman komunikasi (mis. Memori pendengaran, dan bahasa)
membaik (5).
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

- Monitor frustasi, marah, depresi atau hal


lain yang mengganggu bicara
- Identifikasi prilaku emosional dan fisik
sebagai bentuk komunikasi.
Terapeutik
-Gunakan metode komunikasi alternatif
(mis. Menulis , mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer)
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
- Berikan dukungan psikologis
- Gunakan juru bicara, jika perlu
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis.


Berdiri didepan pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau pemikiran sekaligus,
bicaralah dengan perlahan sambil menghindari teriakan,
gunakann komunikasi tertulis atau meminta bantuan
keluarga untuk memahami ucapan pasien)
Edukasi
Anjurkan berbicara perlahan
Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis dan
fisiologis yang berhubungan dengan kemampuan bicara.
Kolaborasi
Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

2. Gangguan interaksi Setelah dilakukan 1. MODIFIKASI PERILAKU KETERAMPILAN SOSIAL


sosial b.d defisiensi intervensi selama ... Defenisi
bicara dan (waktunya,contoh 1x 24 Mengubah pengembangan atau peningkatan
hambatan jam atau 8 jam), maka keterampilan sosial interpersonal.
perkembangan. interaksi sosial Tindakan
meningkat, dengan Observasi
kriteria hasil : -Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan
- Perasaan nyaman sosial
dengan situasi sosial -Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
meningkat (5) Terapeutik
- Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Tujuan/luaran Intervensi
Keperawatan
- Perasaan mudah menerima -Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan)
atau mengkomunikasikan terhadap kemampuan sosialisasi
perasaan meningkat (5) -Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial,
- Responsif pada orang lain jika perlu
meningkat (5) Edukasi
- Minat melakukan kontak -Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
fisik meningkat (5) -Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan sosial
- Ekspresi wajah responsif -Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah
meningkat (5) yang dialami
- Kooperatif bermain dengan -Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
sebaya meningkat (5). -Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan sosial
-Latih keterampilan sosial secara bertahap
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Tujuan/luaran Intervensi
Keperawatan
2. PROMOSI SOSIALISASI
Defenisi
Meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain
Tindakan
Observasi
-Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
-Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik
-Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
-Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
-Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kejadian kelompok
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis.


Jalan-jalan, ke toko buku)
-Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
-Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
-Berikan umpan balik positif dalam perawatan
diri
-Berikan umpan balik positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi
-Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan


kemasyarakatan
-Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
-Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan
menghormati hak orang lain
-Anjurkan penggunaan alat bantu (mis. Kacamata
dan alat bantu dengar)
-Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil
untuk kegiatan khusus
-Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
-Latih mengekspresikan marah dengan tepat.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

3. Risiko Mutilasi Setelah dilakukan intervensi 1. Biblioterapi


Diri b.d individu selama ... (waktunya,contoh Definisi: Menggunakan literature untuk
autistik. 1x 24 jam atau 8 jam), maka mengekspresikan perasaan, penyelesaian masalah
kontrol diri meningkat, secara aktif, meningkatkan kemampuan koping
dengan kriteria hasil : atau pengetahuan.
-Perilaku menyerang Tindakan:
menurun (5) Observasi:
-Perilaku melukai diri -Identifikasi kebutuhan emosional, kognitif,
sendiri/orang lain menurun perkembangan, dan situasional
(5) -Identifikasi kemampuan membaca
-Perilaku agresif/amuk
menurun (5).
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

Terapeutik:
-Tetapkan tujuan terapi (mis. Perubahan emosi,
pengembangan kepribadian, pembelajaran perilaku
baru)
-Pilih literature (cerita, puisi, esai, artikel, buku, dan
novel) berdasarkan kemamouan membaca, atau
sesuai situasi/perasaan yang dialami
-Gunakan gambar dan ilustrasi
-Diskusikan perasaan yang diungkapkan oleh
karakter dalam perilaku
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Diskusikan untuk membandingkan citra, karakter,


situasi atau konsep dalam literature dengan situasi
yang dialami
-Fasilitasi mengenali situasi dalam literatur untuk
melakukan perubahan perilaku
-Lanjtkan sesi membaca dengan sesi bermain peran,
baik individu maupun kelompok
-Berikan waktu jeda bebrapa menit agar pasien
dapat merefleksikan materi bacaannya
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur biblioterapi
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Anjurkan membaca dengan suara yang dapat di


dengar, jika perlu
-Lanjutkan membaca ulang
Kolaborasi:
-Konsultasikan dengan pustakawan untuk
penulusuran buku/literatur yang tepat.
2. Edukasi manajemen stress
Definisi: Mengajarkan pasien untuk
mengidentifikasi dan mengelola stress akibat
perubahan hidup sehari-hari.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

Tindakan:
Observasi:
-Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik:
-Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
-Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
-Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
-Ajarkan teknik relaksasi
-Ajarkan latihan asertif
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur


-Anjurkan tetap menulis jurnal untuk meningkatkan
optimisme dan melepaskan beban
-Anjurkan aktivitas untuk menyenangkan diri sendiri
(mis. Hobi bermain music, mengecat kuku)
-Anjurkan bersosialisasi
-Anjurkan tidur dengan baik setiap malam (7-9 jam)
-Anjurkan tertawa untuk melepas stres dengan
membaca atau klip video lucu
-Anjurkan menjalin komunikasi dengan keluarga
dengan profesi pemberian asuhan.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

3. Manajemen pengendalian marah


Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola ekspresi
marah dengan cara adaptif dan tanpa kekerasan.
Tindakan:
Observasi:
-Identifikasi penyebab/pemicu kemarahan
-Identifikasi kemarahan perilaku terhadap ekspresi
kemarahan
-Monitor potensi agresi tidak konstruksi dan
lakukan tindakan sebelum agresif
-Monitor kemajuan dengan membuat grafik, jika
perlu.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

Terapeutik:
-Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
-Fasilitasi mengekspresikan marah secara adaptif
-Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah (mis.
Menggunakan senjata)
-Cegah aktivitas pemicu agresi (mis. Meninju tas,
mandar-mandir, berolahraga berlebihan)
-Lakukan control eksternal (mis. Pengekangan, time-
out, dan seklusi), jika perlu
-Dukung penerapan strategi pengendalian marah
dan ekspresi amarah adaptif.
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

-Berikan penguatan atas keberhasilan penerapan


srategi pengendalian marah
Edukasi:
-Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan
respons marah
-Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga
selama ketegangan meningkat
-Ajarkan trategi untuk mencegah ekspresi marah
maladaptif
-Ajarkan metode untuk memodulasi pengalaman
emosi yang kuat (mis. Latihan asertif, teknik
relaksasi, jurnal, aktivitas penyaluran alergi).
Intervensi dan Luaran
Keperawatan
No. Dx Keperawatan Tujuan/luaran Intervensi

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat. Jika perlu.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai