Oleh :
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang penting. Banyak aktifitas yangmembutuhkan
prasarana jalan raya, baik itu berupa perdagangan dan industri, juga sarana angkutan umum yang
menghubungkan daerah-daerah. Jalan raya sebagai sarana perhubungan, harus menyediakan lalu lintas yang
lancar dan aman yang memenuhi syarat teknis dan ekonomis sesuai dengan fungsi, volume, dan sifat-sifat
lalu lintasnya.
Agregat yang digunakan harus tahan terhadap proses mekanis dan kimiawi yang dapat mengakibatkan degradasi, yaitu
perubahan gradasi akibat pecahnya butir-butir agregat. Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh proses mekanis,
seperti gaya-gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan jalan (penimbunan, penghamparan, pemadatan),
pelayanan terhadap beban lalu lintas, maupun proses kimiawi, seperti pengaruh kelembaban, panas, dan perubahan
turun naik suhu sepanjang hari (Sukirman, 2003). Tetapi penggunaan agregat meningkat seiring dengan bertambahnya
kebutuhan akan pembangunan jalan, maka usaha untuk mencari agregat alternatif selalu diupayakan.
Ada banyak bahan alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan jalan tetapi
bahan bahan tersebut harus dilakukan pengujian laboratorium lebih dulu untuk mengetahui
kualitas bahan tersebut apakah memenuhi syarat spesifikasi yang berlaku. Selain syarat
spesifikasi yang berlaku harus dilihat juga ketersediaan bahan tersebut apakah jumlah bahan
tersebut dapat memenuhi kebutuhan pada pekerjaan jalan yang akan dibangun.
Penelitian ini dilakukan di Sumatra Barat yang memiliki lahan kelapa sawit yang luas. Jadi
diharapkan kalau bahan cangkang kelapa sawit ini memenuhi spesifikasi teknis maka bisa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui,
kekuatan dan ketahanan limbah CKS sebagai apakah limbah CKS, dapat dijadikan sebagai sebagai
pengganti agregat kasar pada perkerasan HRS- bahan alternatif untuk menggantikan sebagian
WC. Parameter yang dinilai adalah parameter agregat kasar dalam campuran aspal HRS-WC pada
dari Marshall Test dan Wheel Tracking test. perkerasan jalan. Penelitian ini terbatas pada skala
Ukuran butiran agregat kasar adalah tertahan ayakan No.8 (2,36 mm)
Tabel 1. Standar yang digunakan dalam persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat
SNI 3407 : 2008 Maks.12 %
Abrasi Dengan Campuran AC bergradasi kasar Maks.30%
SNI 2417 :2008
Mesin Los
Maks.40%
Angeles Semua Jenis Campuran Aspal
bergradasi lainnya
Kelekatan Agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min.95%
Test Method,PTM
Angularitas ( Kedalaman dari permukaan > 10cm) 80/75'
No.621
ASTM D4791
Partikel Pipih dan lonjong Maks.10%
perbandingan 1:5
Material lolos ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.1%
Sumber : SNI 03-1737-1989; Tata cara pelaksanaan lapis aspal beton (LASTON) untuk jalan raya
Limbah kelapa sawit berupa cangkang seperti terlihat
dan HRS-WC, yang susunan agregatnya bergradasi Rongga terisi aspal (VFB), % Min 68
senjang atau semi senjang. Pada Tabel 3, dijelaskan Stabilitas Marshall, kg Min 800
Sumber : SNI 03-1737-1989, Tata cara pelaksanaan lapis aspal beton (LASTON) untuk
jalan raya
Pemeriksaan terhadap berat isi agregat dilakukan dengan 3 metode yaitu penggoyangan,
penusukan, dan berat isi lepas. Data-data dari kedua jenis agregat dapat dilihat pada table 4 dan 5.
Tabel 4 Pemeriksaan Berat isi agregat kasar Tabel 5 Pemeriksaan Berat isi limbah CKS
Berat benda uji (W3) 4084 4374 4534 Gram Berat benda uji (W3) 1874 2045 2109 Gram
Volume wadah (V) 2826 2826 2826 Cm3 Volume wadah (V) 2826 2826 2826 Cm3
Berat isi = W3/V 1,445 1,555 1,604 Gram/Cm3 Berat isi = W3/v 0,663 0,724 0,746 Gram/Cm3
Pada Tabel 4, terlihat hasil pemeriksaan Berat isi Agregat Kasar, dan Tabel 5 pemeriksaan berat isi limbah CKS. Pada kedua tabel
tersebut terlihat bahwa berat isi limbah CKS ini lebih rendah daripada agregat kasar. Data ini didukung juga oleh berat jenis agregat
kasar yang lebih tinggi dari pada limbah CKS. Nilai berat isi ini berpengaruh pada perhitungan nilai stabilitas Marshall, dimana semakin
rendah berat isi, stabilitas Marshall juga akan kecil.
5.3. Pemeriksaan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Pada pemeriksaan ini diperoleh nilai kelekatan agregat terhadap aspal minyak sebesar
97%.Hal ini menunjukkan bahwa agregat yang diperiksa baik untuk bahan perkerasan jalan.
Agregat dengan permukaan yang kasar dan berpori lebih baik daya lekatnya terhadap aspal
dibandingkan dengan agregat yang permukaannya licin.
5.4. Pemeriksaan Keausan dengan Mesin Los Angeles
Nilai keausan maksimum yang sesuai dengan spesifikasi dan diizinkan oleh Bina Marga adalah
40%. Sedangkan nilai keausan batu pecah yang didapatkan adalah 29,5 % dan cangkang sawit
9,9%. Hal ini menunjukkan agregat yang diperiksa masih cukup kuat untuk menahan gaya gesek
yang diberikan terhadap agregat tersebut karena lebih kecil dari keausan yg diizinkan,akan tetapi
tidak dengan cangkang yang tidak sesuai dengan spesifikasi dari Bina Marga
Sampel 0% limbah CKS 30 % limbah CKS 50% limbah CKS Sampel 0% limbah 30 % limbah 50% limbah
Kadar aspal 9,3 % 9,6 % 9,7 % CKS CKS CKS
Kadar aspal 9,3 % 9,6 % 9,7 %
Berat aspal (gr) 58,06 59,94 60,56
Berat aspal (gr) 444,76 459,11 463,89
Berat aggregat kasar (kerikil) (gr) 345,26 240,88 171,87
Berat aggregat kasar (kerikil) (gr) 2644,67 1845,14 1316,50
Berat aggregat kasar (cangkang) (gr) 0,00 48,01 79,93
Berat aggregat halus (gr) 769,33 766,78 765,93 Berat cangkang (gr) 0,00 367,78 612,29
Berat aggregat halus (gr) 5892,97 5873,47 5866,98
Berat filler (gr) 66,50 66,28 66,20
Berat filler (gr) 509,35 507,67 507,10
Berat total (gr) 1239,15 1181,89 1144,50
Berat total (gr) 9491.74 9053,17 8766,76
5.7. Analisa Parameter Marshall Test
Nilai parameter Marshall menjelaskan kondisi dari campuran aspal yang telah
terbentuk. Nilai dari parameter tersebut mempunyai batas toleransi yang telah di
jadikan sebagai spesifikasi yang ditetapkan sebagai standar mutu campuran
aspal tersebut. Pada pembahasan hasil penelitian ini, parameter Marshall yang
dianalisa ialah Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient (MQ), dan VIM.
Untuk campuran 50% limbah CKS terlihat mempunyai nilai yang jauh lebih rendah
dari nilai Stabilitas Dinamis pembanding sebesar 1177.31 lintasan/mm. Perkerasan
dengan 50% limbah CKS dianggap tidak mampu menahan Stabilitas Dinamis pada
suhu 60 ºC karena terlalu jauh selisih nilai dari pembanding yang terbentuk.
Gambar 8. Stabilitas Dinamis vs % limbah CKS
6. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Untuk penggunaan 30% limbah CKS dalam campuran perkerasan HRS-WC mempunyai nilai
Stabilitas Marshall, kelelehan, Marshall Quotient dan Void in Mix berada dlam batas standard yang
disyaratkan SNI 03-1737-1989Sedangkan penggantian 50% limbah CKS dalam agregat kasar tidak
sarankan, karena nilai parameter Marshallnya berada diluar batas minimum yang disyaratkan.
Sehingga perkerasannya tidak mampu menahan beban minimum suatu perkerasan. Tetapi
penggunaan 50% limbah CKS ini masih memungkinkan jika mutu aspalnya ditingkatkan
kepada mutu aspal yang mempunyai daktilitas dan durabilitas yang tinggi dibandingkan aspal pada
penelitian ini yaitu aspal pen 60-70.
- Penggunaan 30% limbah CKS ini juga didukung oleh hasil pemeriksaan dengan alat Wheel
Tracking, dimana nilai Stabilitas Dinamisnya mendekati nilai Stabilitas Dinamis untuk perkerasan
tanpa penggunaan limbah CKS. Juga untuk nilai deformasi yang terjadi, dimana dalam pengamatan
secara visual terlihat kedalam alur yang terbentuk pada variasi 30% hampir sama dengan 0% limbah
CKS sehingga bisa digunakan sebagai pengganti agregat kasar.
Pada variasi 50% cangkang kelapa sawit baik itu pengujian Marshall maupun Wheel Tracking tidak
mencapai hasil yang diharapkan sesuai nilai standar, sehingga penggantian agregat kasar sebanyak
50% tidak disarankan