Anda di halaman 1dari 23

1.

PENDAHULUAN (latar belakang)

Dalam pembuatan beton pasti tidak lepas kaitanya dengan ”Admixture” atau yang biasa
di sebut bahan tambah beton. Mungkin banyak orang belum cukup mengetahui apa itu
Admixture, tapi pasti ada juga yang sudah mengetahui mengenai admixture atau bahkan sudah
ada yang ahli dalam bidang ini. Dalam pengertian secara umum, bahan tambah atau
Admixture adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan sewaktu beton sedang diaduk atau
pada tahap permulaan untuk suatu tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penambahan atau
penggunaan admixture ini adalah untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari campuran beton
lunak dan keras, serta juga untuk membuat beton agar sesuai dengan yang diingnkan pada
suatu pekerjaan proyek kontruksi bangunan ataupun jalan.
Pada awalnya admixture dibuat di daerah yang memiliki kelembaban udara yang
berubah-ubah sehingga diciptakan admixture untuk mengatasi masalah dalam pengecoran
beton pada daerah tersebut.
Penggunaan admixture, dimulai kira-kira pada tahun 1885 di Amerika Utara pada saat itu
digunakan untuk pembetonan didaerah berudara dingin, kemudian juga pada tahun 1930-an
digunakan bahan pembentuk gelembung udara pada pembuatan jalan, Ternyata pemakain
produk admixture pada pekerkajaan tersebut dapat menghasilkan pekerjan yang maksimal.
penggunaan Admixture juga banyak digunakan setelah PD II dan sampai sekarang
penggunaannya semakin banyak, terutama dengan banyaknya pembuatan beton sehingga
diperlukannya juga bahan Admixture untuk mendukung pembuatan beton tersebut.
Pelu diketahiu bahwa ada beberapa aturan yang harus dimengerti dalam pecampuran
bahan admixture terhadap beton seperti persyaratan (spesifikasi ) dan tipenya, yang dijelaskan
pada SNI 03-2495-1991, BS 5070 dan ASTM C494-82. Meskipun sudah ada atuan
pemakaianya, admixture perlu dilakukan uji laboratorium dan uji lapangan. Serta untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan lebih detail pada makalah ini.

1
2. PERMASALAHAN

Penggunaan produk admixture pada pengerjaan beton didapat kekurangan dan


permasalahan yang timbul, permasalahan yang ada diantaranya sebagai berkut.

a. Tidak semua jenis admixture dapat digunakan disetiap daerah yang memiliki
iklim yang berbeda-beda.
b. Bahan admixture tidak dapat mengoreksi komposisi spesi beton yang buruk
c. Penggunaan bahan admixture harus sangat teliti.

3. PEMBAHSAN
3.1 PROSES PEMBUATAN
Bahan ataupun kompisisi yang terkandung dalam setiap admixture berbeda beda
karena setiap tipe bahan tambahan (admixture) mempunyai kegunaan yang tidak sama.
1. Water Reducing Admixture - WRA (Type A, Plasticizer)

Kelompok bahan tambahan yang mengurangi penggunaan air bahan


dasarnya adalah :

1.) Sulphitelye

2.) Albumin Compound

3.) Komposisi-komposisi gula

4.) Salts of hynosalphonic acids

5.) Salts of hydroxy carbonxylic acid


Low molecular weight polysochranides (hydroxylated polymer)

2. Retarding Admixture - RA (Type B)

Bahan penghambat yang terdapat di pasaran biasanya menggunakan


gula sebagai bahan dasarnya. Jika menggunakan retarders jenis ini
sebaiknya jangan melebihi dosis yang disyaratkan. Bilamana memakai dosis
yang jauh melampaui batas maka beton yang menggunakan bahan jenis
2
penghambat ini tidak pernah akan mengikat.

3. Accelerating Admixture - AA (Type C)


1.) Calsium chlorida

CaCl2 bekerja sebagai katalisator dalam hoidrasi C3S dan


C2S. Hal yang kurang menguntungkan apabila menggunakan CaCl2
sebagai accelerators ialah CaCl2 bahwa dapat menyebabkan
berkaratnya tulangan dalam beton. Untuk mencegah hal ini beton itu
harus bermutu baik, tidak berpori, dipadatkan dengan baik pula.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah gunakanlah <15 caCl

2.) Alumunium Chlorida

Alumunium Chlorida merupakan accelerators yang kuat. Dengan


menambahkan 1% Alumunium chlorida dalam beton, maka kekuatan
tekannya pada umur satu hari dapat dinaikkan menjadi 50 – 170%.

3.) Natrium Sulfat

Natrium Sulfat mempercepat pengerasan semen dan


tidak menyebabkan berkaratnya tulangan beton. Bahan tambahan ini
dianjurkan untuk digunakan bersama (dalam kombinasi) dengan CaCl2.

4.) Alumunium Sulfat

Dengan menggunakan jenis accelerators Alumunium Sulfat,


dapat dicapai penambahan kekuatan 20 – 50% untuk beton berumur 1
hari.

4. Water Reducing and Retarding Admixture (Type D)

Bahan dasar dari retarding admixture yaitu hamper sama dengan


dasar WRA akan tetapi dosis yang digunakan lebih sedikit

3
5. Accelerating and Water Reducing Admixture (Type E)

Hampir semua bahan accelerator berbahan kalsium klorida dan

4
3.2 KLASIFIKASI (penggolongan)
Secara umum admixture yang digunakan dalam pembuatan beton dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Bahan yang mudah/dapat larut air menurut SNI-03-6861.1.-2002 terdiri dari :


Janis A ( Water reducing), Jenis B (Retarding), Jenis C (Acceleratig), Jenis D
(Water Reducing and Retarding), Jenis E (Water Reducing and Accelerating).
b. Bahan yang tidak dapat larut dalam air : bahan pembuat kelecakan (bentuk tepung
halus atau emulsi) dan pigmen.

3.2.1 Bahan tambah mudah/larut air

a. Jenis A (Water Reducing)

Water Reducing adalah bahan tambah yang ditambahkan dalam pembuatan


beton dengan sifat beton mudah dikerjakan (bila diukur dengan cara-cara umum
atau konsistensi tertentu ), tapi air pengaduk (f.a.s) lebih sedikit dibanding dengan
beton tanpa bahan tambah. Tipe ini memungkinkan penurunan f.a.s ( semen dapat
dikurangi ) pada derajat workability tertentu tanpa memberikan pengaruh yang
berarti terhadap sifat pengerasan beton.

5
Filosofi penggunaan water reducer dapat dilihat dalam Gambar 3.1

Kuat tekan 28 hari > A

Workability = B
Kuat tekan 28 hari =A

Workability = B

+ Semen + WR
Kuat tekan 28 hari = A
- Air
- Air Workability = B
Kuat tekan 28 hari = A
- Semen
Workability = B + WR
Kuat tekan 28 hari =A

Workability> B

+ Semen + WR
+ Air

Kuat tekan 28 hari = A

Workability > B

Keterrangan :
a. Apabila semua beton ditambahkan WR, dan f.a.s diturunkan (air dikurangi ),
maka harus dihasilkan beton dengan kekuatan “ lebih “ dan workability sama bila
dibandingkan dengan beton tanpa admixture.

6
b. Bila suatu beton dikurangi airnya (f.a.s turun ) dan jumlah semen juga turun, WR
ditambahkan, seharusnya akan menghasilkan beton dengan kekuatan dan
workability sama dengan beton aslinya.
c. Bila suatu beton, hanya ditambah WR saja, akan diperoleh kekuatan yang sama
dengan aslinya, tetapi memiliki workability lebih baik.

Gambar 3.1 Tiga cara WR menghemat semen dan memperbaiki workability.

Kondisi di atas hanya berlaku unruk beton dengan kadar semen sampai 350 kg per m 3.
Apabila jumlah semen dalam betonnya meningkat, tidak semua jenis WR dapat
memenuhi keadaan tersebut, dan hanya dari kelompok asam hidrokarboksilat saja yang
dapat memenuhi permintaan ini tanpa menimbulkan efek samping.

Komposisi campuran bahan tambah ini diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :


a. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
b. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
c. Hydorxylated carboxcylic acids dan kandungan garammnya.
d. Modifikasi hydroxylated carbocylic acids dan kandungan garamnya.
e. Material lain seperti :
a). Material anorganik seperti seng, garam-garam, barak, fosfat, klorida.
b). Asam amino dan keturunannya
c). Karbohidrat, polisakarin dan gula asam.
d. Campuran polimer, seperti eter, turunan melanic, naptan, silicon, hidrokarbon
sulfat.

b. Jenis B (Retarding Admixture)


Retarding admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat
waktu ikat (setting time) beton. Digunakan untuk menunda waktu ikat dengan

7
tujuan agar supaya beton segar masih dapat dituang dan didapatkan (finishing),
sebagai contoh : karena jarak antara proses pengadukan samapai dengan
pengecoran dan pemadatan cukup jauh, kondisi cuaca panas dan beton dengan
ketebalan konstruksi lebih dari 2,5 m.

Gambar 3.2 Contoh Produk Admixture Retarding Admixture


(http://www.milanondalle.com/2014/11/27/bahan-aditif-beton/)

c. Jenis c (Accelaracing Admixture)


Admixture Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat
pengikatan dan pekembangan kekuatan awal beton.
Jenis accelerating biasanya dapat dibagi dalam dua kelompok :
a) Jenis yang meningkatkan “pengikatan cepat”. Jenis ini biasanya berupa
bahan alkali yang mempengaruhi reaksi C3A dengan gips,
b) Jenis yang mempercepat pengerasan.
Jenis yang banyak dipakai adalah garam kalsium klorida ( CaCl2), meskipun
disamping bahan ini terdapat juga dibahan yang lain yang tidak
mengandung klorida, yaitu : kalsium format, Natrium nitrit atau Natrium
aluminat juga triethanolamine.
(a) Kalsium klorida (CaCl2), dalam perdagangan biasanya dalam bentuk
pellet atau kepingan berwarna putih, dengan kadar air kurang lebih 20%,

8
dan bahan ini bersifat hygroskopis. Untuk dipakai sebagai admixture
biasanya dijual dalam bentuk cair dengan kadar CaCL2 antara 33%
sampai dengan 35%.
(b) Kalsium format (formiat), biasanya dengan rumus kimia Ca(HCOO)2
merupakan hasil sampingan dari pembuatan pentaerytrial
(Ca(CH2OH4), yang terbuat dari acetaldehyd + formaldehid
direaksikan dengan kapur padam. Ca(HCOO)2 – kalsium formiat ini
berbentuk tepung putih, tetapi kelarutannya dalam air agak terbatas
(±15% dalam suhu normal ).
(c) Triehanolamine (N(C4H4OH)3), berupa seperti minyak tetapi dapat
larut dalam air, dan berbau amis. Bahan ini dibuat dari reaksi antara
amoniak dan ethylene oksid.
(d) Reaksi :
NH3 + 3 CH2 - CH2 N (C2H4OH)3

Bila semen portland kita beri air akan terjadi :

(a) Yang akan berekasi terlebih dahulu dengan air adalah C3A, dan
hidrasi C3A ini terbesar diantara senyawa-senyawa yang lain.
Dengan cepatnya hidrasi C3A, maka setelah itu terjadi hidrasi C3S dan
C2S sehingga dengan menyusulnya waktu itu menjadi lebih cepat
pula.
(b) Dengan dikluarkanya panas, pada hidrasi C3A maka suhu yang naik
itu akan mempercepat hidrasi C3S dan C2S.

Penggunaan Accelarator dalam pelaksanaan pembetonan di Indonesia, yang


perlu diperhatikan, adalah :

9
(a) Pemakaiaan Accelarator hanya cocok untuk pengecoran, bila suhu udara
disekeliling rendah (kurang dari 10º C). Pada pengecoran beton, suhu
20ºC pemakaiaan accelarator jarang dilakukan, karena dapat
menimbulkan efek samping yang merugikan, yaitu : hidrasi terlalu cepat,
suhu naik, penguapan air dalam beton lebih mungkin terjadi, sehingga
lebih mudah terjadi retakan-retakan susut pada betonnya.
(b) Pemakaiaan CaCl2 biasanya dibatasi tidak lebih dari 2% berat semen,
bila lebih dari jumlah ini beton akan kaku dan kekuatan dapat turun.
(c) Pemakaiaan yang mengandung Cl- dapat mengakibatkan tulangan beton
lekas berkarat (korosi).

Gambar 3.3 Contoh Produk Admixture Accelaracing Admixture


(http://www.milanondalle.com/2014/11/27/bahan-aditif-beton/)

d. Jenis D (Water Reducing and Retarding)


Water Reducing and Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi
ganda yaitu selain mengurangi jumlah air pencampur juga bersifat
memperlambat awal pengerasan semen.
Biasanya jenisnya sama dengan WR normal tetapi jumlah pemakaiaannya lebih
banyak.

10
Dengan WR normal ditambah dengan sifat memperlambat pengerasan semen,
memungkinkan beton untuk diangkut jauh atau ada waktu yang lebih lama sejak
ditambahakan sampai waktu pengerasan tanpa member efek buruk lainya.

e. Jenis E (Water Redurcing and Accelarating)


Water Reducing and Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur dan mempercepat awal
pengerasan semen.
Bahan ini digunakan untuk memperoleh sifat beton yang kekuatannya
bertamabah, karena dengan kelecakan tertentu (dengan perbandingan bahan
yang sama) air campur dapat dikurangi (f.a.s. berkurang) dan disamping itu
dengan ditambah bahan kimia untuk mempercepat waktu pengikatan
menjadikan beton mempunyai kekuatan yang tinggi pada umur muda.
Jenis ini lebih efektif pemakaiannya bila pengecoran pada daerah dengan suhu
rendah (kurang dari 10%).

Selain jenis admixture diatas, secara umum di Indonesia juga terdapat jenis lain
seperti: AEA (Air Entraining Agent) yang befungsi untuk menambah
gelembung udara. Ada dua jenis, yaitu yang dapat menambah gelembung udara
1-2% dalam beton dimana jenis ini terutamauntuk menaikan jumlah luas
permukaan diantara butir agregat karena kurangnya jumlah agregat halus, agar
beton lebih lecak. Jenis yang kedua, yang dapat menambah gelembung udara 3-
6% terutama dipakai untuk beton yang mendapat gangguan beku dan cair (freez
and thaw) sehingga cocok untuk pembetonan didaerah yang memiliki salju.
Untuk Indonesia, yang cocok adalah yang dapat menambah gelembung udara
sampai 3% saja, sebab naiknya kadar udara sebanyak itu tidak banyak
pengaruhnya pada kekuatan beton.

11
Dan juga “superplasticiser” ,dengan bahan ini beton dengan f.a.s biasa, dapat
memliki derajat keairan yang extreme, sehingga adukan beton dapat datar
dengan sendirinya. Karena kemampuannya dapat membuat adukan beton yang
lebih cair, dengan sendirinya jika ditambahkan dengan superplasticiser, f.a.s.
dapat diturunkan (air dikurangi). Pemakaiaan bahan ini adalah untuk
pembetonan dengan tulangan rapat atau beton dengan kekuatan tinggi, dimana
kadar semen besar f.a.s. rendah.

Gambar 3.4 Contoh Produk Admixture superplasticiser


(http://www.slideshare.net/dwi20/teknologi-beton)

3.2.2 Bahan tambah yang tidak larut dalam air

Bentuknya dapat berupa tepung, suspesnsi dalam cairan/air. Bahan ini secara
umum terdapat 2 kelompok, yaitu : bahan pembuat kelecakan dan pigmen.

3.2.2.1 Bahan pembuat kelecakan


Yang dimaksud dengan bahan pembuat kelecakan adalah bahan yang
ditambahkan, agar adukan beton menjadi lebih plasis /lecak tetapi tidak terjadi
bleeding.

Campuran agregat, semen dan air tidak akan mengalir seperti biasa, karena terdiri
dari macam-macam ukuran butir. Antara butiran itu terjadi gesekan (friksi), sehingga

12
menimbulkan volume yang lebih besar dan akan menyebabkan campuran sukar
dipadatkan atau membatasi kepadatan beton. Biasanya untuk mengatsi hal ini,
dengan menambahkan air agar butiran diselubungi oleh air sebagai fungsi pelumas
untuk mengurangi adanya gesekan. Tetapi jumlah air akan berlebih dan dapat
menyebabakan terjadinya pemisahan butir (segregasi) dan keluarnya air (bleeding).
Bila air diganti dengan cairan yang lebih tinggi viskositasinya ( missal : gliserin,
cairan dammar, polyethylene oksida ), betonya akan memiliki sedikit kemapuan
menggeser dan mudah mengalir. Dengan menambah butiran halus ke dalam adukan,
sehingga segregasi dapat dicegah. Luas permukaan butir yang tinggi dari butiran
halus, dengan sendirinya akan memperluas permukaan yang harus dilumas oleh air,
oleh karena itu kemungkinan air berlebih menjadi kurang, sehingga segregasi dan
bleeding dapat dicegah.

Butiran halus yang ditambahkan dapat berupa : Lempung Kieselgurh, Bentonit,


Kaolin atau talk. Bentonit memiliki luas permukaan 200.0000 cm 2/gram, semen
3.000 cm2/gram, kapur 6.000 cm2/gram dan agar bahan tambah ini berfungsi secara
efektif sebaiknya mempunyai besar butir tidak lebih dari 1 mikron.

Bahan ini dapat dipergunakan untuk :

a. Beton yang kurus


b. Beton dengan kadar semen sedang, tetapi harus diangkut jauh dan harus
dipompa.

Selain diatas dapat pula dipertimbangkan bahan tambah seperti :


a. Berbentuk emulsi : bitumen, butyl stearate, polyvinyl alcohol
b. Beberapa emulsi tertentu dapat memberikan pengaruh baik terhadap
+ +
pengerasan beton, karena bereaksi dengan Ca membentuk masa yang

13
padat, berfungsi seperti perekat (missal : latex mempertinggi kuat lentur, PVA
menambah kerapatan air, epoxy menaikan kuat tarik).

3.2.2.2 Pigmen

Pigmen adalah bahan tambah pada adukan beton untuk memperoleh sifat tertentu
(warna). Bahan ini umunya hanyalah bahan pengisi, oleh karena itu sifat sifat yang
penting baginya tidak hanya mempengaruhi sifat hidrasi semen.

Oleh karena itu sebagai pigmen dipakai bahan-bahan yang netral, warna tidak
berubah akibat pengaruh kondisi yang bersifat alkali atau basa. Pigmen yang
berpengaruh tidk seperti : Garam-garam zink dan timbale (Pb) berpengaruh buruk
pada hidrasi semen. Pigmen dari bahan organik biasanya tidak tahan terhadap
oksidasi udara dan sinar ultra violet yang dapat merubah warna. Bahan pigmen
harus halus daripada kehalusan semen, agar pemakaian tidak terlalu banyak (hanya
beberapa % dari berat semen).

Beberrapa contoh untuk adukan beton :

a. Oksida besi : untuk warna merah, kuning, coklat, hitam


b. Oksida mangan : untuk warna coklat, violet, hitam
c. Oksidachroom : untuk warna hijau
d. Oksida cobalt : untuk warna biru
e. Carbon ( CO2 ) : untuk warna hitam
f. Titan ( TiO2 ) : untuk warna putih

Pengaruh admixture pada beton, adalah :


a. Oleh karena butiran admixture halus maka akan lebih dapat menahan air,
sehingga beton lebih lecak, segregasi dan bleeding dapat dikurangi. Tetapi
karena butiran halus ini memilki luas permukaan yang luas dalam setiap
jumlah berat tertentu, maka untuk mencapai kelecakan yang baik, diperlukam

14
pelumas yang menyelimuti permukaan butir lebih banyak, sehingga nilai f.a.s
menjadi naik yang dapat mengakibatkan kekuatan beton menurun.
b. Butiran halus dapat mengakibatkan gangguan proses hidrasi semen, dimana
butiran halus itu akan menyelimuti butiran semen, sehingga hidrasi semen
dapat terhambat atau butiran semen yang berfungsi sebagai perekat agregat
akan tersekat, sehingga fungsi rekatannya melemah, tidak rapat air, berpori,
dan susut keringnya membesar.

Oleh karena itu dapat berpengaruh menurunkan kekuatan beton, maka apabila
akan menggunakan admixture bentuk padat ini perlu pembuktian dahulu, bagaimana
pengaruhnya terhadap semen dan betonya.

3.2.3 Mengacu pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal beberapa jenis admixture
sebagai berikut :

a.       Tipe A :  Water Reducer (WR) atau plasticizer.


Bahan  kimia  tambahan  untuk  mengurangi  jumlah  air  yang  digunakan. 
 Dengan  pemakaian bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih
rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama, atau diperoleh kekentalan
adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.
b.      Tipe B : Retarder
Bahan  kimia  untuk  memperlambat  proses  ikatan  beton.  Bahan  ini  dip
erlukan  apabiladibutuhkan  waktiu  yang cukup  lama  antara  pencampuran/peng
adukan  beton  dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat
pengadukan betondan tempat penuangan adukan cukup jauh.
c.       Tipe C : Accelerator
Bahan  kimia  untuk mempercepat  proses  ikatan  dan  pengerasan  beton.
Bahan  ini digunakan
jika  penuangan  adukan dilakukan  dibawah  permukaan  air,  atau  pada  struktur
beton  yang memerlukan pengerasan segera.
d.      Tipe D : Water Reducer Retarder (WRR)

15
Bahan kimia tambahn berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.

e.       Tipe E : Water Reducer Accelerator


Bahan kimia  tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
mempercepat proses ikatan.

f.       Tipe F : High Range Water Reducer (Superplasticizer)


Bahan  kimia  yang  berfungsi  mengurangi  air  sampai  12
%  atau  bahkan  lebih. Penjelasan mengenai superplasticizer akan dibahas lebih
lanjut.
g.      Tipe G : High Range Water Reducer (HRWR)

Bahan kimia  tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan


mempercepat
prosesikatandanpengerasanbeton.Bahan  kimia  tambahan  biasanya  dimasukkan  
dalam  campuran  beton  dalam  jumlah  yang  relatifkecil  dibandingkan dengan  
bahanbahan  utama,  maka  tingkatan  kontrolnya  harus lebih  besar daripada
pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis,
karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan   menurunnya kinerja
beton bahkan  lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan pada beton.

Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan
kimia  tambahanpengurang  air  yang sangat  effektif.  Dengan  pemakaian  bahan  tamba
han  ini  diperoleh  adukandengan  faktor  air  semen  lebih  rendah pada  nilai  kekentala
n  adukan  yang  sama  atau  diperoleh adukan dengan kekentalan  lebih  encer
dengan  faktor  air semen  yang  sama,  sehingga  kuat  tekan beton lebih
tinggi.Superplasticizer  juga mempunyai  pengaruh  yang  besar  dalam
meningkatkan
workabilitas  bahanini  merupakan  sarana untuk  menghasilkan  beton  mengalir  
tanpa  terjadi  pemisahan (segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton
dengan jumlah air yang besar, maka bahan

16
ini  berguna  untuk  pencetakan  beton  ditempat-tempat  yang  sulit  seperti tempa
t  pada  penulanganyang  rapat.  Superplasticizer  dapat  memperbaiki  workabilita
s  namun  tidak  berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat  tekan beton
untuk  faktor  air  semen  yang diberikan. Namun  kegunaan superplasticizer
untuk beton mutu  tinggi  secara umum  sangat berhubungan dengan pengurangan
jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air
yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L. J.
Parrot,1998).

Untuk  meningkatkan  workability  campuran  beton,  penggunaan  dosis  s
uperplasticizer  secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton.
Larutan
superplasticizerterdiridari40%material  aktif.  Ketika  superplasticizer  digunakan 
untuk  menguarangi  jumlah  air,  dosis  yang digunakan akan lebih besar, 5
sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton.(Neville, 1995)

3.3 SIFAT-SIFAT DAN CARA UJI

17
3.4 SYARAT MUTU DAN PENGGUNAAN UNTUK KONTRUKSI
3.4.1 Syarat Mutu
3.4.1.1
SNI 0 3 - 2 4 9 5 - 1 9 9 1
SPESIFIKASI BAHAN TAMBAHAN UNTUK B E T O N

Ruang Lingkup :
Spesifikasi ini mencakup persyaratan fisis bahan tambahan campuran beton yang d a p a t
digunakan sebagai bahan dalam campuran beton sehingga didapatkan sifat-sifat khusus d a r i
beton yaitu kemudahan pengerjaan, waktu pengikatan, pengerasan, kekedapan d a n
k e a w e ta n .

Ringkasan :
Bahan tambahan adalah berupa bubukan atau cairan yang dibubuhkan ke dalam c a m p u r a n
beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa s i f a t n y a .
Bahan tambahan terdiri dari tipe A sampai G yang digunakan untuk mengurangi jumlah a ir
campuran, memperlambat waktu pengikatan, mempercepat waktu pengikatan d a n
menambah kekuatan awal beton yang diuji dengan beton pembanding dengan proporsi y a n g
sama tanpa bahan t a m b a h a n .

Tabel 1. Persyaratan fisis bahan tambahan untuk campuran b e t o n .

Tipe
No Macam Pengujian
A B C D E F G
1 Kadar air, maks 95 95 95 88 88
terhadap
pembanding (%)
2 Waktu pengikatan
penyimpanan yang
diperbolehkan
terhadap
pembanding, menit
a.Waktu pengikatan
awal
- minimum - 60 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt - 60 mnt
lebih lebih cepat lebih lebih cepat lebih
lambat lambat lambat

- maksimum 60 mnt 210 mnt 210 mnt 120 mnt 210 mnt 60 mnt 210 mnt
lebih cepat lebih lebih cepat lebih lebih cepat lebih cepat lebih
dan 90 mnt lambat lambat dan 90 mnt lambat
lebih lebih
lambat lambat

b. waktu pengikatan
akhir
- minimum - - - - - - -
-. maksimum 60 mnt 210 mnt 60 mnt 210 mnt 60 mnt 60 mnt 210 mnt
lebih cepat lebih lebih cepat lebih lebih cepat lebih cepat lebih
dan 90 mnt lambat lambat dan 90 mnt lambat
lebih lebih
lambat lambat
3 Kuat 3.4.1.2 Specification for various type of admixture according to
tekan,
minimum terhadap

1 hari
ASTM C494-82
pembanding (%) : 1 )
- - - - - 140 125
3 hari 110 90 125 110 125 125 125
7 hari 110 90 100 110 110 115 115
28 hari 110 90 100 110 110 110 110
6 bulan 100 90 90 100 100 100 100
1 tahun 100 90 90 100 100 100 100

5 Perubahan panjang
4 Kuat lentur,
maks. Penyusutan
minimum terhadap:
pembanding
2
) (%): 1 )
3 hari 100 90 110 100 110 110 110
7a.haripenambahan di 100 90 100 100 100 100 100
28 hari 0,35
100 900,35 90 0,35 1000,35 100 0,35 100 0,35 100 0,35
atas pembanding

18

1
1.) Angka-angka yang tercantum merupakan pembanding (%) antara beton
yang memakai bahan kimia tambahan dengan beton pemabanding.
2.) Apabila perubahan panjang dari pembanding pada umur 14 hari <0,030
digunakan 5a, apabila panjang dari pembanding pada umur 14 hari >0.030 %
digunakan 5b.

19
3.4.1.2 Specification for various type of admixture according to
ASTM C494-82

20
3.4.2 Penggunaan Untuk Konstruksi
Pemakaiaan admixture dalam kontruksi beton digunakan dengan tujuan
untuk memperbaiki dan menambah sifat beton tersebut menjadi lebih baik. Jadi
sifatnya hanya sebagai penolong saja. Jadi admixture sendiri bukan zat yang dapat
membuat beton yang buruk menjadi lebih baik.

Ada beberapa pertimbangan dalam penggunaan admixture pada


konstruksi beton yaitu (Samekto W, et.al, 2001) :

a. Jangan menggunakan admixture jika tidak tahu tujuannya


b. Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi baik
c. Suatu admixture dapat mengubah lebih dari satu sifat adukan beton
d. Pengawasan pada tahap ini sangat penting, karena pengawasan atas
pengaruhnya pada beton.

Sedangkan penggunaan admixture untuk untuk konstruksi beton


diindonesia yang beriklim tropis lembab, tidak seua jenis admixture dapat digunakan,
dan jika ingin menggunakannya hendaknya berprinsip pada :

a. Untuk mendapatkan sifat beton yang lebih baik, lebih ekonomis bila
dibandingkan dengan pembuatan beton tanpa admixture.
b. Apabila beton dibuat “tanpa asmixture”, sudah memenuhi
persyaratan yang diinginkan, disarankan untuk tidak menggunakan
admixture. Karena admixture merupakan bahan tambah dari zat
kimia yang dapat memberikan efek negatip pada beton.
c. Jangan menggunakan admixture dalam pembuatan beton, bila
kitatidak tahu, tidak yakin dan tidak mengetahui maksud dan tujuan
menggunakanya.

21
4. PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil makalah yang kami susun dapat disimpulkan bahwa Admixture adalah bahan
yang ditambahkan sewaktu beton sedang diaduk atau pada tahap permulaan dengan tujuan
untuk memperoleh sifat tertentu pada beton. Berkaitan dengan sifat dan kegunaan admixture
itu sendiri, admixture diklasifikasikan dalam beberapa jenis baik menurut SNI 03-2495-1991
ataupun ASTM C494-82.
Meskipun penggunaan admixture sangat penting dalam campuran pada beton perlu
diingat bahwa admixture juga memiliki kekurangan dalam pemakaiaanya dan juga jika
pemakaian admixture tidak sesuai dengan procedure maka akan berpengaruh negatif terhadap
beton yang dihasilkan. Oleh karena itu dalam pemakaiaan admixture perlu ketelitian dalam
penggunaannya.

SARAN

Adapun saran yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca atau audience dan orang-
orang yang berkecipung dalam bidang ini, bahwa Admixure merupakan bahan yang sangat
berpengaruh dalam pembuatan beton. Maka oleh karena itu dlam penggunaannya kita harus
sesuai dengan procedure, dan jika belum mengetahiu akan procedure pemakaiaan admixture
lebih baik tanyakan terlebih dahulu dengan orang lebih ahli dalam bidang ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Paul Nugraha, Antoni .2007.“ Teknologi Beton”. Yogyakarta: Pernebit Andi

Anonim, ”Spesifikasi Teknis”, PT. MBT Indonesia, Jakarta, 2001.

Murdock, L. J. and K. M. Brook (diterjemahkan oleh Ir. Septhanus Hendarko),


”Bahan dan

Praktek Beton”, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.

Tjokrodimuljo, Kadiyono, “Teknologi Beton”, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,


1990.

R.Sagel, P.kode, Gideon. 1993,”Pedoman Pengerjaan Beton”. Jakarta : Penerbit Erlangga

Paul Nugraha, Antoni .2007.“ Teknologi Beton”. Yogyakarta: Pernebit Andi

SNI, 1991, Klasifikasi dan Spesifikasi Bahan Tambah Untuk Beton.

ASTM,1982, Klasifikasi Bahan Tambah Untuk Beton

http://www.slideshare.net/dwi20/teknologi-beton. diakses 18 Mei 2015

http://www.milanondalle.com/2014/11/27/bahan-aditif-beton/. Diakses 18 Mei 2015

23

Anda mungkin juga menyukai