COVID-19
LATAR BELAKANG
Penyakit yang disebabkan oleh virus corona atau lebih sering disebut COVID-19
muncul dihampir semua negara termasuk Indonesia. Walaupun Sebagian besar
penderita akan mengalami sakit ringan, namun sekitar 5% akan menjadi sakit
serius atau sakit kritis dan diantaranya membutuhkan perawatan intensif.
Perawat sebagai garda terdepan diunit perawatan intensif diharapkan selalu
update dan meningkatkan pengetahuan agar mampu memberikan perawatan
secara optimal serta meminimalkan adanya transmisi virus antar pasien, antar
petugas dan petugas ke lingkungan sekitar.
Coronavirus
Coronavirus berasal dari banyak spesies hewan liar paling banyak pada spesies
kelelawar, sama dengan MERS dan SARS
Penyebaran COVID-19 terjadi dari orang ke orang (person-to-person). Paling
banyak ditularkan saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin, yang
menginfeksi orang sehat.
Kasus Coronavirus jenis baru ini berawal dari Provinsi Wuhan, Cina. Dimana
warga Wuhan sering mengonsumsi hewan liar yang tersedia bebas di pasar-
pasar di Wuhan.
Manifestasi / gejala klinis
Tanda dan gejala muncul setelah masa inkubasi sekitar 5,2 hari.
Periode onset gejala hingga terjadi kematian berkisar 6 – 41 hari
dengan median 14 hari. Periode ini sangat bergantung pada sistem
imun pasien.
Pasien berusia >70 tahun, periode menjadi lebih pendek.
Tanda/gejala paling umum yaitu demam, batuk dan fatigue.
Tanda/gejala lainnya: produksi sputum, sakit kepala, hemoptisis,
diare, dispnea, limfopenia.
Pengkajian Kondisi Klinis
Pada pasien yang dicurigai COVID-19 (memiliki 3 gejala utama demam,
batuk dan sesak) perlu dilakukan pengkajian:
Riwayat perjalanan: Petugas kesehatan wajib mendapat secara rinci
riwayat perjalanan pasien saat ditemukan pasien demam dan penyakit
pernapasan akut.
Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak napas
dan telah melakukan perjalanan ke Negara atau Daerah yang telah
ditemukan COVID-19 perlu dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.
Pemeriksaan Diagnostik
Hasillaboratorium pasien
COVID-19 yang dirawat di icu
menunjukkan adanya leukopenia,
lymphopenia, leukocytosis,
peningkatan D-dimer, lactate
dehydrogenase dan ferritin, serta
rocalcitonin normal atau rendah.
Hasil-hasil laboratorium ini erat
hubungannya dengan prognosis
yang tidak bagus.
Hasil Imaging/ Rontgen
thorax tidak
menunjukkan adanya
perbedaan significant
pada COVID-19 ringan
atau sedang.
Penggunaan diagnostic
computed tomography
(CT) umum dilakukan
Perencanaan Fasilitas
Pastikan semua staf telah mendapatkan pelatihan dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi termasuk penggunaan APD
Pastikan tersedia ruangan dengan tekanan negative untuk merawat pasien
ICU dengan COVID-19. Jika tidak memungkinkan sebaiknya digunakan high-
efficiency particulate air (HEPA) filter.
Petugas selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap
Tindakan yang mengakibatkan adanya aerosol yaitu:
a. Intubasi endotracheal
b. Bronchoscopy
c. Suction terbuka
d. Pemberian nebulizer
e. Ventilasi manual sebelum intubasi
f. Memposisikan pronasi
g. Breathing circuit terlepas dari pasien
h. Ventilasi non-invasive tekanan positif
i. Tracheostomy
j. Resusitasi jantung paru
Diagnosa Keperawatan
Terapkan hand hygiene: Ajari pasien dan orang yang telah kontak dengan pasien cuci
tangan pakai sabun dengan benar
Manage hyperthermi: Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi untuk
mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan metabolisme
Edukasi: Berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses
penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus.
Edukasi Intitusi RS dapat mengambil kebijakan inovatif untuk memfasilitasi
program ini dengan penggunaan media komunikasi visual berbasis
Keluarga internet (jika memungkinkan).
EVALUASI