Anda di halaman 1dari 90

ANTI KORUPSI

LATSAR CPNS

OLEH : AKBP IMAM EDDY SANTOSO, SE


PENDAHULUAN
PNS sebagai unsur utama sumber daya manusia aparatur
negara mempunyai peranan yang sangat menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Sosok PNS yang mampu memainkan peranan tersebut
adalah PNS yang mempunyai kompetensi, yang diindikasikan
dari sikap dan prilakunya penuh dengan kesetiaan dan
ketaatan kepada negara, bermoral dan bermental baik,
profesional, sadar akan tanggung jawabnya sebagai pelayan
publik serta mampu menjadi perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.
Untuk mewujudkan dan mendukung peranannya sebagai
aparatur negara, seorang PNS wajib mengetahui dan memahami
Mata Diklat Anti Korupsi.
Tujuan pembelajaran :
“Anti Korupsi”

Peserta Latsar CPNS mampu membentuk


perilaku yang amanah dan jujur serta
berperan dalam pencegahan korupsi
dilingkungannya
INDIKATOR HASIL BELAJAR

1. Pesta didik memahami dampak perilaku dan


tindak pidana korupsi bagi dirinya, keluarga,
masyarakat, bangsa dan kehidupan.

2. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari


perilaku korupsi

3.Mampu menjelaskan internalisasi dan


pembangunan sistem integritas untuk mencegah
terjadinya korupsi di lingkungannya
PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa latin "corruptio atau


corroptus", Corruptio berasal dari kata "corrumpere",
suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin turun
ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu
"corruption", corrupt; Perancis yaitu cooruption;
dan Belanda yaitu corruptie, koruroptie. Dari bahasa
Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia
yaitu "korupsi, (Andi Hamzah, 2005);
Kamus umum Bahasa Indonesia
(MJS Poerwodarminto), korupsi adalah perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya.

 Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, (S.


Wojowasito – WJS Poerwodarminto), korupsi adalah kejahatan,
kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral kebejatan dan ketidak
mkejujuran.
Korupsi

adalah kejahatan :
extraordinary crime ( kejahatan luar biasa ) ,
kriminogin (dapat menjadi sumber kejahatan
lain)
viktimogin (secara potensial dapat merugikan
berbagai dimensi kepentingan).
.
Motivasi korupsi (Abdullah Hehamahua, 2005),
dilihat dari sudut motivasi terjadinya korupsi dapat
dibedakan :

1. Korupsi karena kebutuhan;


2. Karena ada peluang;
3. Karena ingin memperkaya diri sendiri;
4. Karena ingin menjatuhkan pemerintah;
5. Karena ingin menguasai suatu negara.
MENGAPA TERJADI KORUPSI

Tiga Aspek :

Administrasi/hukum

manusia

KORUPSI

Sosial/Budaya
TERJADINYA KORUPSI
TERJADINYA KORUPSI....

Persepsi akan apa yang dilakukan :


(a)gajinya rendah;
(b)orang lain juga melakukannya;
(c)kita hanya manusia biasa;
(d)seolah-olah tidak ada orang yang
dirugikan;
(e)keputusan sadar yang diambil dan
menempatkan kepentingan diri sendiri di
atas kepentingan umum/golongan.
Secara umum timbulnya korupsi,
dipengaruhi :

1. corruption by needs (korupsi karena kebutuhan);

2. corruption by greed (korupsi karena tamakserakah);

3. unexpected crisis (tidak ada harapan);

4. perubahan pola hidup;


PENUGASAN :
1.JELASKAN PENYEBAB UTAMA
TERJADINYA KORUPSI ?

2. JELASKAN HAMBATAN DALAM


MENENGANI KORUPSI...?
Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan
menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi
Langkah-langkah anti korupsi :
1.Perbaikan sistem
- memperbaiki peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi)
menjadi simpel dan efisien
- memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan
pribadi
- menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga
dengan pemberian sanksi yang tegas
2. Perbaikan manusianya
- Memperbaiki moral manusia sebagai umat
beriman
- Memperbaiki moral sebagai satu bangsa
- Meningkatkan kesadaran hukum dengan
sosialisasi dan pendidikan anti korupsi
- Mengentaskan kemiskinan & meningkatkan
kesejahteraan
- Memilih pemimpin yang befsih, jujur, anti
korupsi, cepat tanggap dan bisa menjadi teladan
Aplikasi Anti korupsi
A. Individu dan kelompok

1. ikhlas

2. Sabar

3. Ridho

4. muhasabah

5. Tawakal

6. muqorobah

7. Jujur terhadap diri sendiri

8. mensyukuri nikmat
Lanjutan....

9. menyikapi hidup dengan ajaran Ilahi


10. menjaga fikiran dari maksiat
11. menumbuhkan rasa takut
12. mengendalikan diri dari syahwat harta
13. menumbuhkan rasa malu berbuat maksiat
14. Menumbuhkan kecintaan kepada Allah
15.Taubat dan tidak melakukan praktek
korupsi
Lanjutan....

B. Secara kelembagaan
Penyempurnaan UU, sanksi bagi pejabat yang KKN
Peninjauan UU Perbankan dan perpajakan
Peningkatan komitmen, kosistensi dan tanggungjawab
profesi
Penataan kembasli Visi, Misi tugas pokok dan fungsi
DAMPAK
DARI
KORUPSI...???
Sisi Ekonomi :
Akan menyebabkan tidak
terdistribusinya sumber daya secara
merata dan adil, harga kebutuhan
Sangat pokok tinggi (pungutan liar),
besar kemiskinan
terhadap Sisi Sosbud :
rusaknya Akan menyebabkan perubahan pola
tatanan perilaku masyarakat yaitu membangun
DAMPAK mental penipu dan penjilat
ekonomi,
KORUPSI Sisi Politik :
sosial
budaya, Akan menyebabkan proses
politik pengambilan kebijakan berjalan
tertutup dan tidak melibatkan
dan partisipasi masyarakat dan pelayanan
hukum mahal
Sisi Hukum :
Akan menyebabkan diskriminasi
dalam penegakan hukum
DAMPAK DARI KORUPSI :

1. LESUNYA PEREKONOMIAN
2. MENINGKATNYA KEMISKINAN
3. TINGGINYA KRIMINALITAS
4. DEMORALISASI
5. KEHANCURAN BIROKRASI
6. TERGANGGUNYA SISTEM POLITIK DAN
PEMERINTAHAN
CPA FORMULA

Corruption
C = P Power
A
Accountability
Konflik Pertanggungjawaban
Kewenangan
Kepentingan Amanah
Desentralisasi
Suap Transparan
Diskresi Kebijakan
Gratifikasi Akuntabel
Penggunaan
Ekonomi Sumber Daya Partisipatif
Biaya Tinggi
Taat Hukum
Power (Kekuasaan) yang tidak disertai dengan Sistem Akuntabilitas yang
andal, cenderung Korupsi

Formula ini disarikan dari


EXECUTIVE ROADMAP TO FRAUD PREVENTION AND INTERNAL CONTROL, by Martin T. Biegelman and Joel T. Bartow (John Willey 2006) 34
GUNUNG ES KORUPSI
TINDAK PIDANA
KORUPSI TPK Korupsi sbg
Korupsi sbg
Kejahatan terjadi
Kejahatan terjadi
lokasi : , apabila terdapat :
lokasi : , apabila terdapat :
• pemasok anggaran • Desire to Act
• • pemasok anggaran • Desire to Act
• •pengguna anggaran, • Ability to Act
• pengguna anggaran, • Ability to Act
• disparitas pendapatan • Opportunity
• disparitas pendapatan • Opportunity
Manusia • Suitable Target
Manusia CORRUPTION HAZARDS • Suitable Target
berjiwa koruptor
berjiwa koruptor (CH)
Barang
Barang
• asset negara,
• asset negara,
•barang sitaan
•barang sitaan
Kegiatan :
Kegiatan :
• proyek pembangunan
• • proyek pembangunan
• •pengadaan barang / jasa
• pengadaan barang / jasa
• perijinan / yan publik Kelemahan bangsa
• perijinan / yan publik Kelemahan bangsa
POTENSI MASALAH • Kesisteman
• Kesisteman
PENYEBAB KORUPSI • Pengghasilan
• Pengghasilan
• Mental / moral
(PMPK) • Mental / moral
• ControL
• ControL
• Budaya taat hukum
• Budaya taat hukum

35
PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UU di Indonesia menterjemahkan ”straafbaarfeit”


(Belanda) ”sebagai tindak pidana” – ”dapat dihukum”.
Secara harfiah maka straafbaarfeit mempunyai arti
”sebagian dari kenyataan dapat dihukum”, padahal
yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi,
bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan. Namun
sebagaian kenyataan, perbuatan atau tindakan yang
dapat dihukum itu pasti dilakukan oleh manusia
sebagai pribadi
Prof. Muljatno, ---Perbuatan pidana, adalah :
perbuatan yang dilarang hukum dan dicancam
pidana asal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan
ditujukan kepada perbuatan (yaitu kejadian atau
keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang,
sedangkan ancaman pidananya ditujukan pada orang
yang menimbulkan kejahatan). Perbuatan pidana
harus adanya unsur-unsur :
1. perbuatan manusia,
2. memenuhi rumusan dalam UU (syarat formil),
3.bersifat melawan hukum (syarat materiil).
Undang-undang Nomor 20/2001 tentang
perubahan atas undang-undang nomor
31/1999 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi

Undang-undang Nomor 30/2002 tentang


Komisi Tindak Pidana Korupsi
TINDAKAN/KEBIJAKAN YANG DIANGGAP TINDAK
PIDANA KORUPSI

Berdasarkan UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001, korupsi


dirumuskan dalam 30 (tigapuluh)bentuk/jenis tindak pidana
korupsi.
a. Ke 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi dapat dikelompokkan
dalam 7 (tujuh) kelompok, sebagai berikut :
1. kerugian keuangan negara.
a) melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri dan
orang lain dan korporasi dan dapat merugikan keuangan
negara;
b) menyalahgunakan wewenang untuk
menguntungkan diri sendiri/orang lain dan korporasi,
dan dapat merugikan keuangan negara;
UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (UU PTPK) ,
Pasal 2 ayat :
[1] Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
[2]. Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana
mati dapat dijatuhkan
Pasal 3 UU PTPK:
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan dirinya
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan /atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
2. Suap menyuap;

a. menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara,


b. memberi hadiah kepada pegawai negeri,
c. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
menerima suap,
d. Pegawai negeri atau Penyelenggara Negara menerima
hadiah yang berhubungan dengan jabatannya;
e. Menyuap Hakim;
f. Menyuap advokat;
g. Hakim dan Advokat menerima suap;
h. Hakim menerima suap
j. Advokat menerima suap;
Menyuap pegawai negeri atau penyelenggara negara.
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun


dan paling lama 5 (lima) tahun dan /atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
setiap orang yang:
1) memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri
atau penyelenggara negara dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya
2) Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatan
Memberi hadiah kepada pegawai negeri
Pasal 13 UU PTPK:

Setiap orang yang memberi janji kepada pegawai negeri,


dengan mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat
pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatannya atau
kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
Pegawai negeri dan penyelenggara negara menerima
suap.
Pasal 5 ayat (2) UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun


dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau/ denda paling sedikit
Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap
orang yang:
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima pemberian atau janji
Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
suap
Pasal 12 huruf a UU PTPK:

Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana paling


singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut, diberikan untuk menggerakkan
agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya.
Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima
hadiah yang berhubungan dengan jabatannya.
Pasal 11 UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun


dan paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau pidana denda paling
sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun


dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah) setiap orang yang :
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili.
Menyuap Advokat
Pasal 6 ayat (1) huruf b UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun


dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah) Memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada seseorang yang menurut ketentuan
Peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili.
Hakim dan advokat menerima suap
Pasal 6 ayat (2) UU PTPK:

Bagi hakim yang menerima pemberian atau janji


sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a atau advokat yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf b

dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1).
Hakim Menerima suap.
Pasal 12 ayat c UU PTPK:

Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikt Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) )
Hakim yang menerima janji, padahal diketahuinya atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili.
Advokat menerima suap
Pasal 12 huruf d UU PTPK:

Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri
sidang pengadilan, menerima atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan
berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili
3. Penggelapan dalam jabatan;

a. Pegawai negeri menggelapkan uang atau


membiarkan penggelapan;
b. Pegawai Negeri memalsukan buku untuk
pemeriksaan administrasi;
c. Pegawai Negeri merusakkan barang bukti;
d. Pegawai Negeri membiarkan orang lain merusakkan
barang bukti;
e. Pegawai Negeri membantu orang lain merusakkan
barang bukti;
Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan
Pasal 8 UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun


dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah),
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut
Pegawai negeri merusakkan barang bukti
Pasal 10 huruf a:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun


dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah),
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar, yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya,
uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya.
Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
Pasal 10 huruf b UU PTPK:

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun


dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:
Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai lagi barang,
akta, surat atau daftar tersebut.
Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan barang
bukti
Pasal 10 huruf c UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun


dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat atau daftar tersebut.
4. Pemerasan;

a. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara


memeras orang lain;

b. Pegawai Negeri/Pejabat Penyelenggara Negara


memeras pegawai negeri yang lain;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras
Pasal 12 huruf e UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana


penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pegawai negeri / penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara
melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Pegawai negeri atau penyelenggara negara memeras
pegawai negeri yang lain
Pasal 12 huruf f UU PTPK:

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pegawai negeri / penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta, menerima atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut
mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut
bukan merupakan utang.
5. Perbuatan curang;
a. Pemborong berbuat curang;
b. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang;
c. Rekanan TNI/POLRI berbuat curang;
d. Pengawas rekanan TNI/POLRI berbuat curang;
e. Penerima barang TNI/POLRI membiarkan
perbuatan curang;
f. Pegawai Negeri/Penyelenggara negara menyerobot
tanah negara sehingga merugikan orang lain.
Pemborong berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a UU PTPK:

Dipidana dengan pidana paling singkat 2 (dua) tahun dan


paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) ;
Pemborong, akhli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan atau penjual bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang
Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
Pasal 7 ayat (1) huruf b UU PTPK:

Dipidana dengan pidana paling singkat 2 (dua) tahun dan


paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah)
Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a.
Rekanan TNI / POLRI berbuat curang
Pasal 7 ayat (1) huruf c UU PTPK:

Dipidana dengan pidana paling singkat 2 (dua) tahun dan


paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang
Penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan
curang.
Pasal 7 ayat (2) UU PTPK:

Dipidana dengan pidana paling singkat 2 (dua) tahun dan


paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah).
Bagi orang menerima penyerahan bahan bangunan atau
orang yang menerima penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf c.
Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot
tanah negara sehingga merugikan orang lain
Pasal 12 huruf h UU PTPK:

Dipidana dengan pidana seumur hidup atau pidana penjara


paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang
diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Benturan kepentingan dalam pengadaan;
Pegawai Negeri turut serta dalamPengadaan
yang diurusnya;
Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang
diurusnya
Pasal 12 huruf i UU PTPK:

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana


penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsug dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi

Pegawai Negeri menerima gratifikasi


dan tidak lapor KPK;
Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
Pasal 12 B UU PTPK

1] Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:

a) Yang dinilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)


atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi

b) Yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh


juta rupiah) pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dilakukan oleh penuntut umum.
2]. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah

dipidana dengan pidana penjara seumur hidup, atau


pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
Pasal 12 C UU PTPK:

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B


ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi
dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
Tunas Integritas
A. Tunas Integritas
Faktor manusia sebagai kunci perubahan
mendorong pemberantasan korupsi di indonesia
dipandang sebagai pembenahan permasalahn
akhlak/moral
dengan demikian,pembenahan akhlak/moral berarti
membangun integritas individu dan budaya anti
korupsi serta membangun sistem yang berintegritas.
Konsep tunas integritas
memastikan tersedianya Manusia yang melakukan upaya
peningkatan integritas diri dan lingkungan nya dengan
membangun sistem yang kondusif, hingga terbentuk
manusia-manusia yang mampu menyelaraskan antara
rohani dan jasmani, dengan melakukan penyelaraskan
pada semua elemen dirinya ( jiwa, pikiran,perasaan,
ucapan dan tindakan) dengan nurani ( standar kebaikan
universal), sehingga terbentuk perilaku integritas yang
selaras pula dengan berbagai situasi dan lingkungan
(sistem dan budaya integritas)
PERAN TUNAS INTEGRITAS
Para tunas integritas diharapkan dapat menjalankan
Peran strategis dalam organisasi berupa:
1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi,
mereka menjadi kumpulan orang yang selalu terdepan
untuk memastikan tujuan organisasi tercapai.
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam
pembangunan sistem integritas hingga semua peluang
korupsi dan berbagai penyimpangan lainnya dapat di tutupi.
3. Mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk
berintegritas tinggi
Tunas Integritas bergerak dengan melakukan
pelembagaan sistem integritas dalam ruang
lingkup organisasi dengan menciptakan iklim
etika yang kuat, yaitu kondisi organisasi
dimana kode etiknya telah terinternalisasi
dengan kuat pada individu, sehingga
penyelarasan dan pengendalian organisasi
dapat di jalankan dengan baik
Para tunas integritas tidak mendorong masyarakat
dan K/L/O/P untuk membangun budaya baru, atau
mengambil budaya dari luar indonesia, tetapi akan
melakukan reframing budaya yang ada, yaitu
dengan menggeser dari kutub negatif menjadi
kutub positif, dengan tetap memelihara
kebiasaannya atau perilaku otomatis ( sesuatu yang
telah terbentuk dan menyatu kuat dalam diri)
Pendekatan apresiasi di atas menyebabkan para tunas
integritas selain didorong untuk memiliki keiklasan dan
kebijakan yang tinggi juga diharapkan memiliki
kemampuan untuk melakukan:
1) Re-framing kultur atau budaya, agar perubahan
budaya dapat lebih mudah dan cepat,untuk menjadi
garda terdepan dalam pemberantasan korupsi
melalui re-framing budaya
2) utilitasasi fenomena perilaku otomatis bagi
perubahan diri, keluarga, organisasi dan bangsa,
serta lebih jauh lagi dengan menciptakan peradaban
yang lebih baik.
B. IDENTIFIKASI NILAI DASAR ANTI KORUPSI
Menurut KPK identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi,
sebagai berikut:

1)jujur,
2) peduli,
3) mandiri,
4) disiplin,
5) tanggung jawab,
6) kerja keras,
7) sederhana,
8) berani,
9) adil.
C. PENYELARASAN NILAI ORGANISASI DAN
NILAI ANTI KORUPSI
Saat ini, setiap organisasi biasanya sudah menentukan
nilai dasar organisasinya, tentunya nilai anti korupsi
diharapkan masuk didalamnya, terutama nilai inti anti
korupsinya yang telah anda identifikasi, lebih jauh lagi
jika nilai organisasi selaras pula dengan nilai anti
korupsi , upaya penyelarasan nilai tersebut sangat
penting untuk memastikan bahwa para pegawai yang
mengusung integritas atau anti korupsi mendapatkan
payung yang tepat didalam organisasinya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
APAKAH YG ANDA INGINKAN SETELAH
MENJADI PNS ?
TAHUN I
TAHUN 2
TAHUN 3
TAHUN 4
POLIGAMI
TAHUN 5
PENJARA
F = orang kaya C = orang sederhana

F C

C dan E = berpacaran

E
E = mahasiswi sederhana

L SIAPA YANG SIFATNYA :

L dan M = bersahabat 1. Paling buruk ….?


2. Lebih buruk ….?
3. Buruk …...?
M 4. Paling baik….?
5. Baik …?

Anda mungkin juga menyukai