Fauzan Satrya Nugraha 18 4301 108 Lidya Nivisa Yusuf 21 4301 806
Berdasarkan catatan tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan pertahun 2018, terdapat setidak-tidaknya 13.384
kasus kekerasan seksual yang terjadi di ranah publik, dan 3.528 diantaranya merupakan kekerasan seksual di
lingkungan kampus (baik itu melalui pelaporan langsung ataupun tanpa pelaporan langsung dari korban)
Berdasarkan keterangan dari Komisioner Komnas Perempuan ‘Siti Aminah Tardi’, lingkungan pendidikan belum
bebas dari kekerasan, terlihat dari kenaikan jumlah pengaduan ke Komnas Perempuan yang meningkat dari 2015
sebanyak tiga kasus menjadi 15 kasus pada 2019. Total ada 51 kasus yang diadukan sepanjang 2015-2020.
Dari survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tahun
2020, ternyata 77 persen dosen menyatakan kekerasan seksual pernah terjadi di kampus. Namun, sebanyak 63 persen
dari mereka tidak melaporkan kasus yang diketahuinya kepada pihak kampus. Untuk itulah mendorong Kemendikbud
Ristek mengeluarkan Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi.
Kekerasan Seksual Berdasarkan
Jenjang Pendidikan (Dalam Hal
Kasus Yang dilaporkan langsung
seturut dengan buktinya)
Wewenang (menurut KBBI) Hak dan kekuasaan untuk bertindak. Menurut H.D. Stout wewenang adalah
pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan
sebagai seluruh aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan
wewenang-wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hukum
publik.
Kekuasaan dan Wewenang dalam Konteks
Sosiologi
3. Mengembangkan kajian keilmuan tentang kekerasan seksual dan mengintegrasikan nilai-nilai HAM dan
gender dalam kurikulum
4. Menyediakan tata ruang dan fasilitas yang aman, nyaman, dan ramahbagi laki-
laki dan perempuan, dan menyediakan anggaran untuk penanganan korban.
Penanganan korban berdasarkan pada prinsip-prinsip, antara lain:
4. tidak menghakimi;
5. berlandaskan teologis;
6. non diskriminasi;
7. berkeadilan gender;
8. berkelanjutan; dan
9. empati.
Kesimpulan
Penyalahgunaan wewenang dilakukan secara sadar yaitu mengalihkan tujuan yang telah
diberikan kepada wewenang itu yang didasarkan atas kepentingan pribadi, baik untuk
kepentingan dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Aturan tentang pencegahan dan
penanggulangan kekerasan seksual di kampus merupakan bukti komitmen lembaga untuk
menciptakan lingkungan kampus yang ramah gender dan bebas dari kekerasan seksual.
Peraturan tersebut menjadi payung hukum jika terjadi kasus kekerasan seksual di kampus.
Maka bentuk pencegahan kekerasasan seksual dalam ruang lingkup perguruan tinggi dapat
berupa menyebarkan informasi tentang anti kekerasan seksual melalui berbagai media,
Meningkatkan pemahaman melalui kuliah, seminar, diskusi, dan pelatihan,
Mengembangkan kajian keilmuan tentang kekerasan seksual dan mengintegrasikan
nilai-nilai HAM dan gender dalam kurikulum, dan menyediakan tata ruang dan
fasilitas yang aman, nyaman, dan ramah bagi laki-laki dan perempuan, dan
menyediakan anggaran untuk penanganan korban.
SARAN
Untuk meminimalisir atau mencegah kegiatan penyalahgunaan wewenang dan kekekuasan
khususnya dalam lingkungan kampus sebaiknya perlu dimulai dari individu itu sendiri
karena bila dari individu tersebut memiliki pendirian yang baik sehingga tidak akan
melakukan kegiatan yang melanggar peraturan dan moral tersebut. Dan juga perlu
dipertegas lagi untuk efek jera yang diberikan kepada pelaku agar dapat menjadi suatu
pertimbangan untuk tidak melakukan perbuatan tercela tersebut.
masyarakat di Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk menyalahkan dan
menstigma korban kekerasan seksual. Kami menyarankan agar masyarakat bersama-sama
bergerak aktif untuk menyuarakan pentingnya menghapus kekerasan seksual dan
memperjuangkan hak-hak korban, menghilangkan stigma bahwa “korban adalah salah”
dalam kamus kekerasan seksual dan menumpaskan keheningan yang selama ini tidak
disuarakan oleh korban kekerasan seksual.