Anda di halaman 1dari 71

Vaksinasi Dalam

Upaya Pencegahan COVID-19

Dr Dewi Ambarwati, MKM


Alumi FK Unpad Angkatan 1995
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
 
 
Curriculum Vitae
Nama : dr.Dewi Ambarwati, MKM
NIP : 19771019 200701 2 005
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 19 Oktober 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Alamat Kantor : Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat
Jl. Pasteur No. 25 Bandung
Alamat Rumah : Jln. Saturnus Tengah IV no 18 Margahayu Raya

Email : dewiambar1910@gfmail.com
Imunologi Vaksinasi
IMUNITAS
Imunitas Alamiah/Natural Imunitas Didapat

Aktif Pasif Aktif Pasif

Antibodi Dari ibu ke Antibodi


Pemberian
terjadi setelah janin melalui terbentuk
antibodi
Infeksi plasenta setelah
pemberian
vaksin

Slide Prof. Iris


Imunitas didapat aktif :
Vaksinasi
Mikro-organisme Invasi patogen
berikutnya

Sel penyaji
antigen

Netralisas
i in-
aktivasi
patogen

Sel T Sel B
helper
Antibodi
spesifik Slide Prof. Iris
Respons Imun Infeksi dan Vaksin
Infeksi Vaksin
Mikroba Antigen pathogen: multipel Antigen dilemahkan, inaktivasi
atau dimodifikasi
Respons Imun Respons imun nonspesifik Imunitas imun aktif, protektif,
Respons imun spesifik memori
Inflamasi Mediator dan sitokin Reaksi inflamasi minimal
Reaksi inflamasi menyeluruh
Kerusakan Cedera jaringan atau Perubahan anatomi dan fisiologi
Jaringan Kerusakan jaringan tidak ada /minimal
Hasil Akhir Sindrom klinis Imunitas protektif
Respons Imun Pasca Imunisasi
INFEKSI
VAKSINASI Respons primer Respons sekunder
ALAMIAH
Imunitas
Pembentukan memori
spesifik
didapat
Kadar antibodi serum

Roitt IM. Essential immunology, 1997.


Kebutuhan Vaksinasi Penguatan

Imunisasi primer Imunisasi penguatan


Titer antibodi (skala log)

Jenjang perlindungan antibodi

Waktu
Respons Imun Vaksin Covid-19
Antibodi neutralisasi anti
RBD (receptor binding
domain)

Antibody

Slide Sri Rezeki


Respons Imun Primer dan Sekunder
Pengertian Vaksin
Vaksin -- Vaccinia

Suatu produk biologik yang terbuat dari kuman,


komponen kuman (bakteri, virus), atau racun kuman
(toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan
berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Epi cold chain


JENIS – JENIS VAKSIN
1. BCG
2. DPT-HB-HiB
3. Td
4. DT
5. Oral Polio Vaksin (OPV)
6. Measlles-Rubella (MR)
7. Hepatitis B
8. Inactive Polio Vaccine (IPV)
9. PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
10. Covid-19
VAKSIN COVID-19
Jenis-jenis Vaksin COVID-19
Source: WHO
Dosage interval Overall Efficacy Adverse effects Time to maximal immunity

12 weeks apart 90% after 2nd dose Thrombosis and 15 days after 2nd dose
Thrombocytopenia

28 days apart 94% after 2nd dose Anaphylaxis (<0.001%) 2 weeks after 2nd dose

21 days apart 95% after 2nd dose Anaphylaxis (<0.001%) 2 weeks after 2nd dose

21 days apart 92% after 2nd dose None reported 2 weeks after 2nd dose

14 days apart 50% after 2nd dose None reported 2 weeks after 2nd dose
(estimated)

three weeks apart 89.3% after 2nd dose None reported ?

Anaphylaxis (<0.001%)
One apart 66% Thrombosis and 2 weeks
Thrombocytopenia

These data may changes as more data from clinical trials as well as assessment of effectiveness
Manufacture Platform Administration AE/SAE Efficacy Study site
2 dose, 0-14 days Safety: good Turkey 90.25% Turkey, Indonesia,
Sinovac Inactivated virus No AE grade 3
Intramuscular Indonesia 65,3% Brazil Bangladesh,
Biotech, China 2-8oC
18-59 year Brazil 50,3% Chile
Sinopharm 2 dose, 0-14 or 0-21 No SAE United Arab
Inactivated virus AE: fatigue, fever, pain at
Wuhan & Beijing days 79% Emirates
2-8oC injection site
Institute of Biological Intramuscular China
Products 18-59 year
Viral vector (non 2 dosis, 0-28 days No SAE
AstraZeneca
replicating) Intramuscular AE: fever, headache pain 62 to 90% USA, UK
University of Oxford
2-8oC > 18 year at injection site
One dose, 0-21 AE: fatigue, fever, pain
CanSino Viral vector (non (50%). AE gr 3:
days 91.6%
Beijing Institute of replicating) High dose 9%, Pakistan
Intramuscular
Biotechnology 2-8oC Low dose 1%
18-59 year
2 dose, 0-21 days AE pain at site of
Gamaleya (Sputnik) Viral vector injection, fever, headache
Intramuscular 95% Russia
Research Institute 2-8oC
>18 year
2 dosis, 0-21 days AE more in 2nd dose
Novavax Protein subunit
Intramuscular Fatique, headache 89.3% UK
Canada 2-8oC
18-84 year
2 dosis, 0-28 days Fever mod/high dose 40
Moderna RNA
Intramuscular to 67%; Low dose 54% 95% USA
NIAID -20oC
18-55, 56+ year after 2nd dose
2 dosis, 0-28 days AE: fever, fatigue,
Pfizer/ BioNTech / RNA USA, Argentina,
Intramuscular headache after 2nd dose 95%
Fosun Pharma -70oC Brazil
18-85 year
Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap
suhu
Gol. vaksin yang Hepatitis B
akan rusak terhadap Td

FS suhu dingin <00C


(beku)
DPT-HB

DT
(Freeze Sensitive) TT
tidak tahan beku
Covid-19 ( Sinovac,
Sinovarm,AZ)
Gol. vaksin yang BCG

HS akan rusak terhadap


paparan panas yang
POLIO

CAMPAK/MR
(Heat Sensitive) berlebih (>340C) Covid 19
tidak tahan panas
(Moderma,Pfrizer)
Epi cold chain
Kerusakan Vaksin terhadap Suhu

VAKSIN SUHU BERTAHAN

Hep. B - 0,50C Max ½ jam

FS Td, TT, DT - 50C s/d -100C Max 1,5-2 jam


Td 14 hari
Hep. B & TT 30 hari
Beberapa 0C di
Polio atas suhu kamar 2 hari

HS Campak/MR &
BCG
(<340C)
7 hari

Epi cold chain


Penggunaan vaksin yang telah dibuka di pelayanan
(PMK 12 Tahun 2017)

VAKSIN MASA PEMAKAIAN


HEP. B (Uniject) N/a
BCG 3 jam
POLIO 2 minggu
Td 4 minggu
DPT/HB 4 minggu
CAMPAK/MR 6 jam
DT 4 minggu
TT 4 minggu

*) belum diatur

Epi cold chain


Vaksin Covid-19

Parameter Sub Unit Inactivated Protein


  Merah Putih Sinovac Novavax
Merek   CoronaVac Vaksin Covid-19 Cov2Bio  
Dus, 40 vial Dus, 10 vial Dus, 1 vial Dus, 50 vial
Kemasan   @ 1 dosis @ 10 dosis @ 10 dosis @ 10 dosis
2-8oC 2-8oC 2-8oC 2-8oC 2-8oC
Penyimpanan
Tidak Boleh Dibekukan
Dosis, Interval   2 dosis (0, 14) 2 dosis (0, 21)
Kriteria vial vaksin yang telah dibuka, harus
memenuhi ketentuan ;

Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa;


Vaksin disimpan pada suhu +2 OC s/d +8OC
Sterilitas vaksin dapat terjamin;
Vial vaksin tidak terendam dalam air;
VVM masih dalam kondisi A atau B.

Epi cold chain


Masa kadaluarsa (Exp Date)

EXP: EXP BY : EXP BEFORE :


10/2020 10/2020
10/2020

Dapat dipakai
Dapat dipakai Dapat dipakai
sampai dengan:
sampai dengan: sampai dengan :
30/09/2020
31/10/2020 30/09/2020

Epi cold chain


Epi cold chain
SOP Distribusi Vaksin dan Logistik

1. Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box, vaccine carrier disertai dengan cool pack atau alat
transportasi vaksin lainnya yang sesuai dengan jenis vaksin COVID-19. Untuk peralatan
pendukung dan logistik lainnya menggunakan sarana pembawa lain yang standar, sesuai dengan
ketentuan;
2. Pada setiap cold box, vaccine carrier atau alat transportasi vaksin lainnya disertai dengan alat
pemantau suhu;
3. Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold box, vaccine carrier atau alat transportasi
vaksin lainnya dengan menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar;
4. Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai sarung tangan pada
saat melakukan penataan vaksin di vaccine refrigerator atau tempat penyimpanan vaksin lainnya;
5. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer sebelum dan
sesudah menangani vaksin dan logistik vaksinasi lainnya; dan
6. Penyimpanan vaksin serta logistik vaksinasi lainnya mengacu pada Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang berlaku.
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator

Berdasarkan prosedur/manajemen
penyimpanannya, vaksin COVID-19 dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan
2-8 °C,
2. vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan
-20 °C (vaksin mRNA, Moderna), dan
3. vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan
-70 °C (vaksin mRNA, Pfizer).
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator
Suhu 2-8 °C
1. Ruang penyimpanan harus terhindar dari paparan sinar matahari
langsung.
2. Penyimpanan vaksin COVID-19 diatur sedemikian rupa untuk
menghindari kesalahan pengambilan, perlu disimpan secara terpisah
dalam rak atau keranjang vaksin yang berbeda agar tidak tertukar dengan
vaksin rutin. Apabila memungkinkan, vaksin COVID-19 disimpan dalam
vaccine refrigerator yang berbeda, dipisahkan dengan vaksin rutin.
3. Penyimpanan vaksin bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
memiliki vaccine refrigerator standar (buka atas sesuai Pre-Kualifikasi
WHO), masih dapat memanfaatkan lemari es domestik/ rumah tangga,
dimana penataan vaksin dilakukan berdasarkan penggolongan
sensitivitas terhadap suhu dan sesuai manajemen vaksin yang efektif.
4. Vaksin tidak boleh diletakkan dekat dengan evaporator
Contoh Penyimpanan Vaksin
Suhu 2-8 °C

IPV
DT
COVID
COVID
COVID
COVI
Td D IPV
Jangan
menyimpan
vaksin di
pintu
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator
Suhu -20 °C

1. Ruang penyimpanan harus terhindar dari paparan sinar


matahari langsung. Penyimpanan vaksin COVID-19 diatur
sedemikian rupa untuk menghindari kesalahan pengambilan,
perlu disimpan secara terpisah dalam rak atau keranjang
vaksin yang berbeda agar tidak tertukar dengan vaksin rutin.
Apabila memungkinkan, vaksin COVID-19 disimpan dalam
freezer atau vaccine refrigerator yang berbeda, dipisahkan
dengan vaksin rutin.
2. Vaksin dapat bertahan selama 30 hari pada suhu 2-8 °C. Pada
vaccine refrigerator, letakkan vaksin dekat dengan
evaporator.
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator
Suhu -70 °C
• Penyimpanan jenis vaksin COVID-19 ini membutuhkan sarana Ultra Cold Chain (UCC).
Ruang penyimpanan harus terhindar dari paparan sinar matahari langsung.
• Sarana UCC yang dimaksud adalah freezer dengan suhu sangat rendah (Ultra Low
Temperature/ULT) dan alat transportasi vaksin khusus.
• Alat transportasi vaksin UCC (berupa kontainer pasif) terdiri dari dua yaitu Arktek
menggunakan kotak dingin berupa PCM (Phase-Change Materials) dan thermoshipper
menggunakan dry ice. PCM dan dry ice berfungsi mempertahankan suhu dingin.
• Pada lokasi yang menjadi pusat penyimpanan UCC (UCC Hub) dibutuhkan sarana yaitu:
• Freezer ULT ukuran besar -85 °C (500 sampai dengan 700 liters, kapasitas muatan
sampai dengan 25,000 vial).
• Freezer ULT ukuran kecil -85 °C sebagai cadangan dan menyimpan paket PCM pada
-85 ° C.
• Pada lokasi yang menjadi pusat penyimpanan jarak jauh dibutuhkan sarana yaitu:
• Freezer UTL -85 ° C kecil (masing-masing 70 liter).
• Alat transportasi vaksin khusus (Arktek) untuk penyimpanan jangka pendek (hingga 5
hari) dengan suhu -70 °C.
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator
Suhu -70 °C
Penyimpanan Vaksin
dalam Vaccine Refrigerator
Suhu -70 °C
• PCM terdiri dari beberapa jenis yaitu:
• PCM khusus freezer ULT (-80 ° C) untuk UCC
Isi kemasan dengan cairan PCM dan bekukan sebelumnya pada -20 ° C.
Selesaikan pembekuan pada ULT pada -85 ° C setidaknya selama 24
jam. Digunakan untuk transportasi dan penyimpanan sementara.
• Cairan CO2/Dry ice (-78°C) untuk UCC
Simpan pada suhu -80 ° C menggunakan freezer ULT atau kontainer
khusus. Digunakan untuk transportasi dan penyimpanan sementara.
• Air/es (0°C) untuk cold chain tradisional
Isi packs dengan air dan bekukan pada suhu -1 ° C. Digunakan untuk
menjaga vaksin tetap dingin selama transportasi atau selama sesi
pelayanan.
• Petugas harus menggunakan APD berupa cryogenic gloves dalam melakukan
penataan dan pengambilan vaksin.
Pemantauan Suhu
Suhu dalam penyimpanan
vaksin harus terjaga sesuai 1. Pemantauan suhu sebaiknya dilakukan
dengan yang lebih sering, lebih dari 2 kali dalam
MEKANISME sehari, pastikan suhu tetap 2-8 0C.
direkomendasikan 2. Catat hasil monitoring suhu pada grafik
Perlu dilakukan pemantauan pemantauan suhu.
suhu menggunakan alat 3. Apabila menggunakan alat pemantau
pemantau suhu dan perekam suhu terus menerus
secara jarak jauh yang sudah terhubung
Jenis Alat Pemantau Suhu dengan aplikasi SMILE, maka petugas
dapat memantau suhu dari jarak jauh
melalui aplikasi.
1. Alat pemantau suhu (termometer, termometer muller, dll); 4. Alat transportasi vaksin UCC harus
2. Alat pemantau dan perekam suhu terus menerus; dilengkapi dengan datalogger.
3. Alat pemantau dan perekam suhu dengan teknologi
Internet of Things (IoT) terus menerus secara jarak jauh
Pengelolaan Vaksin pada saat Pelayanan
• Pengelola program imunisasi atau koordinator imunisasi (korim) menyiapkan vaksin untuk
dibawa ke ruang vaksinasi atau tempat pelayanan. Vaksin dibawa menggunakan kontainer
pasif yaitu vaccine carrier atau untuk vaksin dengan prosedur penyimpanan UCC
menggunakan Arktek dan PCM atau thermoshipper dan dry ice.
• Saat pelayanan, kontainer pasif jangan terpapar sinar matahari langsung. Pastikan
kontainer pasif dalam keadaan bersih sebelum digunakan. Untuk penggunaan vaccine
carrier, vaksin yang sudah dipakai ditempatkan pada spons atau busa penutup vaccine
carrier, sedangkan vaksin yang belum dipakai tetap disimpan di dalam vaccine carrier
Pengelolaan Vaksin pada saat Pelayanan
• Vaksin yang akan dipakai harus dipantau kualitasnya dengan memperhatikan: belum
kadaluarsa, disimpan dalam suhu yang direkomendasikan, label masih ada, dan tidak terendam
air.
• Vaksin yang belum terbuka diberi tanda dan dibawa kembali ke ruang penyimpanan untuk
disimpan di dalam vaccine refrigerator pada suhu yang direkomendasikan. Vaksin tersebut
didahulukan penggunaannya pada pelayanan berikutnya.
• Untuk vaksin dengan kemasan multidosis, penting untuk mencantumkan tanggal dan waktu
pertama kali vaksin dibuka atau diencerkan.
• Untuk pelayanan dalam gedung atau di fasilitas pelayanan kesehatan maka vaksin yang
sudah dibuka dapat bertahan selama 6 jam dalam vaccine carrier atau kontainer pasif yang
digunakan.
• Untuk pelayanan luar gedung, vaksin yang sudah dibuka dapat bertahan selama 6 jam
dalam atau kontainer pasif yang digunakan, namun apabila sesi pelayanan selesai dalam
waktu kurang dari 6 jam maka vaksin yang sudah dibuka harus dibuang, tidak boleh
disimpan kembali di vaccine refrigerator.
Pengelolaan Vaksin pada saat Pelayanan

• Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap harinya, petugas bertanggung jawab
mengembalikan sisa vaksin yang belum dibuka dan vaccine carrier ke ruang
penyimpanan di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
SOP, sedangkan safety box yang telah terisi disimpan di ruangan/tempat
khusus yang diperuntukkan untuk menyimpan sementara limbah medis
sebelum dikelola/dimusnahkan, jauh dari jangkauan pengunjung terutama
anak-anak. Jangan menyimpan kembali vaksin yang sudah dibuka/dilarutkan
dalam tempat penyimpanan vaksin.
Penyimpanan Logistik Lainnya
1. Selain vaksin, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 juga membutuhkan
logistik lainnya yang meliputi ADS, safety box, dan alcohol swab dimana
juga memerlukan tata kelola yg baik. Selain manajemen yang baik juga
diperlukan gudang penyimpanan yang memadai.
2. Dalam penyimpanan logistik ini harus dipastikan kondisi fisik dan
keamanan barang dan kemasannya, di semua tingkat fasilitas
penyimpanan, hingga digunakan oleh masyarakat.
3. Perhatikan kadaluwarsa setiap barang. Khusus untuk ADS, pengiriman
atau pemakaiannya harus mengikuti prinsip EEFO (Early Expired First
Out), dimana barang yang akan kadaluwarsa, diutamakan untuk
dikirim/dipakai terlebih dahulu. Petugas tidak boleh
mengeluarkan/memakai ADS jika sudah lewat tanggal kadaluwarsa.
LOKASI INTRAMUSKULER
Pelaksanaan Vaksinasi di Indonesia
Definisi Herd Immunity Ambang batas ini merupakan proporsi orang
Herd immunity merupakan proteksi yang harus imun terhadap infeksi di dalam suatu
indirek (tidak langsung) yang bisa komunitas. Bila proporsi orang yang kebal telah
didapatkan oleh individu yang rentan melebihi ambang batas, outbreak akan berhasil
terhadap suatu infeksi karena proporsi dihentikan.
individu yang imun (kebal) terhadap Besarnya ambang batas herd immunity untuk
infeksi tersebut sudah berjumlah besar suatu penyakit infeksi akan tergantung pada
dalam suatu populasi. angka reproduksi dasar (R0), yaitu rata-rata
jumlah orang yang bisa terinfeksi (tertular) dari
Imunitas ini dapat diperoleh melalui 1 orang yang terinfeksi penyakit tersebut.
infeksi alami ataupun vaksinasi. Rumus menghitung ambang batas adalah 1 − 
1/R0. Dalam kasus COVID-19, (R0) berkisar antara
2–3, sehingga ambang batas herd
Ambang Batas Herd Immunity COVID-19
immunity yang terhitung adalah 50–67%.
Untuk mencapai herd immunity, terdapat Artinya, diperlukan minimal 50–67% dari total
ambang batas (threshold) yang harus populasi untuk kebal terhadap infeksi COVID-19
dicapai terlebih dahulu.
agar herd immunity dapat tercapai
Three example scenarios show how reproduction numbers and immunity levels can affect how
a virus spreads through a population

Illustration: PATH/Thom Heileson.


Permenkes No.10 Tahun 2021 Kepmenkes No.
tentang Pelaksanaan HK.01.07/MENKES/4776/2021
Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi
tentang Penetapan
COVID-19 serta Perubahannya Jenis Vaksin Untuk
pada PMK 18 Tahun 2021 dan Pelaksanaan Vaksinasi
PMK 19 Tahun 2021 COVID-19

Peraturan-peraturan ini menjadi dasar hukum dan acuan standar


prosedur pelaksanaan vaksinasi COVID-19
PENTAHAPAN PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19
(KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/4638/2021)

1 2 3

MASYARAKAT
TENAGA RENTAN DARI
KESEHATAN, LANSIA ASPEK
ASISTEN GEOSPASIAL,
TENAGA SOSIAL DAN
KESEHATAN EKONOMI DAN
MASY. LAIN
DAN TENAGA
SELAIN
PENUNJANG DI PETUGAS KELOMPOK
FASYANKES PRIORITAS
PUBLIK
TAHAP 1 DAN 2

Vaksinasi Tahap 1 telah dilaksanakan pada periode


Januari-Februari 2021
Vaksinasi COVID-19

• Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif dalam mencegah penyakit akibat
infeksi virus seperti COVID-19.
• Untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity), Indonesia perlu
merencanakan vaksinasi terhadap 181.554.465 penduduk.
• Vaksin yang saat ini ada di Indonesia adalah vaksin dari Sinovac, AstraZeneca dan
Moderna.
• Vaksinasi COVID-19 pada kelompok khusus seperti:
- lansia (usia >60 tahun),
- pasien dengan komorbid,
- penyintas COVID-19, dan
- ibu menyusui
dapat diberikan mengikuti petunjuk surat edaran kemenkes HK.02.02/I/368/2021.
Vaksinasi COVID-19
 Kelompok lansia diberikan 2 dosis dengan interval pemberian 28 hari.
Selain itu, terdapat beberapa pertanyaan tambahan berdasarkan skor kerapuhan
(frailty)

 Individu dengan komorbid dapat diberikan vaksinasi ditentukan oleh dokter ahli di
bidang terkait, atau konsulkan terlebih dahulu sebelum pemberikan vaksin COVID-19
Perhatikan penggunaan obat-obatan rutin apakah tidak berhubungan dengan
pembentukan antibodi pasca vaksinasi.

Penyintas COVID-19 dapat divaksinasi jika sudah lebih dari 3 bulan sejak dinyatakan negatif.

Ibu menyusui dapat diberikan vaksinasi.


Vaksinasi COVID-19

• Individu yang ditunda vaksinasinya apabila terdapat:


Reaksi alergi berupa anafilaksis dan reaksi alergi berat akibat vaksin COVID-19
dosis pertama ataupun akibat dari komponen yang sama dengan yang
terkandung dalam vaksin COVID-19
Individu yang sedang mengalami infeksi akut. Jika Infeksinya sudah teratasi maka
dapat dilakukan vaksinasi COVID-19. Pada infeksi TB, pengobatan OAT perlu
diberikan dulu minimal 2 minggu sebelum dilakukan vaksinasi
Individu dengan penyakit imunodefisiensi primer

• Apabila terdapat keraguan, maka konsultasikan dengan dokter yang merawat,


dan bila diperlukan dapat meminta surat layak vaksin dari dokter yang merawat
tersebut
Vaksinasi COVID-19

• Setelah pemberian vaksin dapat muncul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

• Beberapa KIPI non-serius atau wajar yang sering muncul meliputi demam, lemas,
mengantuk, nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, dan nyeri di tempat penyuntikan.

• Selain itu, perlu diperhatikan juga kemungkinan terjadinya reaksi lain seperti reaksi
alergi berupa gatal dan bengkak, reaksi anafilaksis, serta syncope atau pingsan.

• Reaksi KIPI yang muncul umumnya ringan, sementara, dan tidak selalu ada;
bergantung pada kondisi tubuh.

• Perlu ditekankan bahwa walaupun terdapat risiko terjadinya KIPI, manfaat vaksin
masih jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit COVID-19 akibat tidak divaksin.
Vaksinasi COVID-19

• Individu yang sudah divaksin masih mungkin terinfeksi COVID-19 karena:


 tidak ada vaksin yang mencegah infeksi COVID-19 secara penuh (100%).
Pada individu yang baru menerima dosis pertama, antibodi terbentuk masih
dalam jumlah rendah atau mungkin pada saat penyuntikan dosis pertama itu
sudah masuk dalam masa imkubasi dari COVID-19
Meskipun kekebalan tubuh sudah lebih meningkat setelah dosis kedua, bila
terdapat paparan terhadap virus dalam jumlah banyak dan berulang kali, maka
individu tersebut masih mungkin terinfeksi.
Kemungkinan vaksin COVID-19 efikasi atau efektivitasnya berkurang atau
menurun terhadap variant baru ?
• Penting: meskipun sudah mendapat vaksin COVID-19 sebanyak dua dosis,
protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan secara ketat !!!
Masalah Update:

Apakah vaksin yang sudah ada dapat melindungi


dari variant baru?
Mutasi, Variant
dan Strain
• Kesalahan pada RNA sebuah virus  Mutasi.
• Virus yang memiliki mutasi tersebut

Variants.
• Variants bisa terjadi karena satu mutasi atau
lebih.
• Ketika sebuah variants memiliki karakteristik
fisik yang berbeda  secara fungsi dan
perilaku dari virus aslinya, disebut Strain.

Slide Prof. Iris


Meningkatkan transmisi/
WHO: lebih mudah menular
Variant of
Concern / VOC Menjadi lebih virulens dan
menyebabkan penyakit
lebih parah
Adalah: Secara signifikan
Varian Covid-19 dengan variasi
mengurangi netralisasi
yang terbentuk dapat meningkatkan oleh antibodi
risiko terhadap manusia, dan
menunjukkan setidaknya satu dari
kriteria berikut: Virus dapat mengurangi
efektivitas pengobatan,
vaksin atau diagnosis

Slide Prof. Iris


Vaksin yang saat ini ada masihkah bisa
menangani Varian Baru?
Pfizer dan Oxford-AstraZeneca sedang
meng-update vaksin mereka

Pfizer dikatakan efektif melawan varian


B117 di penelitian di Israel

Vaksin masih efektif melawan varian-varian


baru (walau tidak se-efektif dengan varian
lama)
Vaksin tetap dapat mencegah perawatan di
RS dan kematian

Semakin banyak tervaksin  menurunnya


penularan  berkurang timbulnya
varian- varian baru
https://www.umms.org/coronavirus/covid-vaccine/facts/strain

Slide Prof. Iris


Masalah Update:

Vaksinasi COVID-19 pada Anak


Maka Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan sebagai berikut:
1. Dapat dilakukan percepatan vaksinasi Covid-19 pada anak menggunakan vaksin Covid-19
inactivated buatan Sinovac, karena sudah tersedia di Indonesia dan sudah ada uji klinis
fase 1 dan 2 yang hasilnya aman dan serokonversi tinggi.
2. Berdasarkan prinsip kehati-hatian sebaiknya imunisasi dimulai untuk umur 12 – 17 tahun
dengan pertimbangan:
a. Jumlah subjek uji klinis memadai.
b. Tingginya mobilitas dan kemungkinan berkerumun di luar rumah.
c. Mampu menyatakan keluhan KIPI bila ada.
3. Dosis 3 ug (0,5 ml), penyuntikan intra muskular di otot deltoid lengan atas, diberikan 2 kali
dengan jarak 1 bulan.
4. Untuk anak umur 3 - 11 tahun menunggu hasil kajian untuk menilai keamanan dan dosis
dengan jumlah subjek yang memadai.
5. Kontraindikasi:
a. Defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol*
b. Penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute demyelinating
encephalomyelitis.
c. Anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi*
d. Sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat.
e. Demam 37,5⁰C atau lebih.
f. Sembuh dari Covid-19 kurang dari 3 bulan.
g. Pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan.
h. Hamil.
i. Hipertensi tidak terkendali.
j. Diabetes melitus tidak terkendali.
k. Penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital tidak terkendali*
*Imunisasi untuk anak dengan kanker dalam fase pemeliharaan, penyakit kronis atau autoimun yang terkontrol dapat mengikuti panduan imunisasi umum
dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter penanggung jawab pasien sebelumnya.
Maka Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan sebagai berikut:

6. Imunisasi dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan mematuhi panduan imunisasi


dalam masa pandemi yang telah disusun oleh Kemkes, IDAI dan organisasi profesi lain.

7. Pelaksanaan imunisasi dapat dimulai setelah mempertimbangkan kesiapan petugas


kesehatan, sarana, prasarana dan masyarakat.

8. Imunisasi bersamaan untuk semua penghuni rumah lebih baik.

9. Dilakukan pencatatan vaksinasi secara elektronik diintegrasikan dengan pencatatan


vaksinasi orangtua.

10. Melakukan pemantauan kemungkinan KIPI.


Masalah Update:

Booster Vaksinasi untuk Tenaga Kesehatan


Peningkatan SDM Kesehatan Semakin LATAR
kasus yang telah meluasnya
terkonfirmasi mendapatkan penyebaran BELAKANG
COVID-19 vaksinasi dua COVID-19 di
dosis lengkap KEBIJAKAN
tinggi, termasuk masih terinfeksi
hampir seluruh VAKSINASI
pada Sumber COVID-19 provinsi, angka DOSIS KETIGA
Daya Manusia semakin BOR tinggi,
(SDM) SDM Kesehatan BAGI SDM
meluasnya
Kesehatan penyebaran di fasyankes KESEHATAN
COVID-19 di sangat berisiko
hampir seluruh tinggi terpapar
provinsi COVID-19
Kajian Epidemiologi
• Efikasi Sinovac 65,3% dibanding vaksin lain > 70%.
• Efikasi akan menurun dan melemah seiring waktu, sekarang
sudah 6 bulan sejak pemberian vaksin pertama bagi nakes
bulan Januari 2021
• Menurut data vaksin Moderna atau mRNA-1273 memiliki
efikasi 94,1%
• Indonesia mendapat hibah empat juta dosis vaksin Moderna
dari Amerika Serikat.
• BPOM-RI telah menyetujui penggunaan izin darurat (EUA)
vaksin Moderna beberapa hari yang lalu

Vaksin Covid-19 inactivated (Sinovac) 2x, booster vaksin mRNA (Moderna)

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57581787
Kajian ITAGI: Vaksinasi Dosis Ketiga Bagi SDMK
 Vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada tenaga
kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga
penunjang yang memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan
Kebijakan kesehatan berusia ≥18 tahun yang telah mendapatkan dua
Pelaksanaan dosis vaksinasi COVID-19 lengkap
Vaksinasi Dosis
Ketiga (Booster)  Vaksinasi dosis ketiga dapat menggunakan
bagi SDMK vaksin dengan platform yang sama atau
platform yang berbeda, dengan interval minimal
pemberian vaksinasi dosis ketiga adalah 3 bulan setelah dosis
kedua diberikan
Dapat menggunakan
Sinovac (Platform Inaktif)
atau Moderna (Platform
mRNA)
Kesimpulan
Vaksinasi merupakan salah satu upaya efektif dalam penangulangan penyebaran COVID-19,
selain upaya 3T dan penerapan protokol kesehatan yang ketat

Vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilaksanakan bertahap dengan prioritas terutama pada individu
paling rentan dan banyak menimbulkan kematian (sesuai juga dengan pedoman WHO)

Sementara ini vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia adalah vaksin Sinovac dengan efikasi
antara 50,3% - 90,25% (penelitian di Indonesia 65,3%)

Untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yang diinginkan, Indonesia perlu
merencanakan vaksinasi terhadap 181.554.465 penduduk.

Sehubungan dengan banyaknya tenaga kesehatan yang terinfeksi COVID-19 dan beberapa
diantaranya meninggal, meskipun sudah mendapatkan vaksinasi baik dua atau satu dosis, maka
dipandang perlu dilakukan booster dosis ketiga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai