Anda di halaman 1dari 12

KAIDAH KHUSUS

DI BIDANG AL-
AHWAL AL-
SYAHKSIYAH

Kelompok 6
• Imas Nurdini
• Indra Nugraha
• Imam Arip Rida Rahman
• Lina Amalia
• Lina Yuliana
• Jayyidan Izzul Haq
Pokok Kajian Bidang
Ahwal Syahsiyah 1
Dalam hukum islam, hukum ini meliputi: pernikahan, waris, wasiat, wakaf dzurri
(keluarga). Adapun pengertian dari masing-masing sub bahasan adalah sebagai
berikut:
• Pernikahan adalah akad yang menghalalkan • Wasiat adalah pesan seseorang terhadap
pergaulan antara seorang laki-laki dan sebagian hartanya yang diberikan kepada
seorang perempuan serta menetapkan hak- orang lain atau lembaga tertentu, sedangkan
hak dan kewajiban diantara keduanya. pelaksanaannya ditangguhkan setelah ia
meninggal dunia.
• Mawaris mengandung pengertian tentang
hak dan kewajiban ahli waris terhadap • Wakaf adalah penyisihan sebagaian harta
harta warisan, menentukan siapa saja yang benda yang kekal zatnya dan mungkin
berhak menerima warisan, bagaimana cara diambil manfaatnya untuk maksud kebaikan.
pembagiannya masing-masing. Fikih Dalam kitab fikih dikenal adanya wakaf
mawaris disebut juga ilmu faraidh, karena dzurri yaitu wakaf untuk keluarga, dan wakaf
berbicara bagian-bagian tertentu yang khairi yaitu wakaf untuk kepentingan umum.
menjadi hak ahli waris.
3
Ruang Lingkup
Ahwal Al-Syakhsiyah 2
“ a. Hak dan kewajiban pribadi sebagai subjek
hukum (ahliyyatul wujub dan ahliyyatul ada’)
b. Pernikahan termasuk kegiatan pra-nikah yaitu
khitbah.
c. Tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga.
d. Perceraian.
e. Hak asuh anak akibat perceraian.
f. Masa penantian setelah cerai (masa ‘iddah) dan
ketentuan rujuk setelah bercerai.
g. Ketentuan-ketentuan tentang waris termasuk
5
wasiat, hibah, dan wakaf.
Kaidah – Kaidah
dibidang Al Ahwal Al
Syakhsiyah 3
‫اع التّحْ ري ُم‬
ِ ‫ض‬َ ‫األَصْ ُل في اإلَ ْب‬
1. “Hukum asal pada masalah seks adalah haram”
Maksud kaidah ini adalah dalam hubungan seks, pada asalnya haram sampai sebab-sebab yang
jelas dan tanpa keraguan lagi yang menghalalkannya, yaitu dengan adanya akad pernikahan.
Contohnya, Apabila seorang laki-laki diberi tahu bahwa dia sepersusuan dengan keluarga B, maka
dia tidak boleh nikah dengan yang sepersusuan dari keluarga B, kecuali ada bukti yang meyakinkan
bahwa dia tidak sepersusuan dengan keluarga B lagi.

َ
ِ ‫للز ْو َج ِة َع َلى َز ْو ِج َها إالّ فِي حُ ُد ْو ِد أ َوام ِِر ال ّش‬
‫رع فِ ْي َما َيمْ سِ ى‬ ّ ‫اج َوالَ َح ّق‬ ْ ‫وج ِت ِه إالّ فِي ح‬
ّ ‫ُدو ِد َيمْ سِ ى‬
ِ ‫للز َو‬ َ ‫للز ْو َج َعلَى َز‬
َّ ‫الَ َح َّق‬
‫اج‬ ّ
ِ ‫الز َو‬
2. “Tidak ada hak bagi suami terhadap istrinya kecuali dalam batas-batas pernikahan dan tidak
adahak bagi istri terhadap suaminya kecuali dalam batas-batas syariah yang berhubungan
denganpernikahan”
Kaidah diatas menggambarkan kedudukan yang seimbang antara suami dan istri yang sama
sebagai subjek hukum yang penuh. Contohnya, Apabila suami memberikan sesuatu sebagai hibah
kepada istrinya atau sebaliknya, maka seorangpun tidak bisa mencampurinya. Masing-masing pihak,
suami atau istri tidak boleh menarik kembali hibahnya setelah penyerahan atau ijab kabul terjadi.
َ ‫ت َع َلي ِه األ ُ ْخ َرى َفالَ َيجُو ُز‬
‫الجمْ ُع َب ْي َن ُه َما‬ ْ ‫ت إحْ دَا ُه َما َذ َكرً ا َوحُرِّ َم‬
ْ ‫ْن َل ْوقُ ِّد َر‬
ِ ‫ُك ّل ا ْم َرأ َتي‬
3. “setiap dua orang wanita apabia salah satunya satunya (dianggap) sebagai laki-laki
dandiharamkan untuk nikah di antara keduanya, maka kedua wanita haram dimadu”
Contohnya, haram memadu seorang wanita dengan bibinya, karena apabila bibi itu
kita menganggap laki-laki, maka haram dia menikahi keponakannya.

ِ ‫النِّ َكا ُح الَ يُ ْف ِس ُد بِفَ َسا ِد الص َد‬


‫اق‬
4. “Akad nikah tidak rusak dengan rusaknya mahar”
Contohnya, apabila seseorang mewakilkan dalam akad nikah dengan menyebut
maharnya kemudian si wakil menambah mahar tadi, misalnya dari 10 gram emas menjadi
15 gram emas, maka nikahnya tetap sah dan kepada wanita tadi diberikan mahar mitsil.

‫ق أَ ْولَى‬ ْ ّ‫ُك ّل ُعضْ ٍو َح ّر َم الن‬


ً ‫ظ َر إلَ ْي ِه ح ّر َم َم ّسهُ بِطَ ِر ْي‬
5. “Setiap anggota tubuh yang haram dilihat, maka lebih-lebih haram pula dirabanya”
ً‫ الَيُ َج ِّو ُز ُم ْسلِ ُم َكافِ َرة‬ 
6. “Wali yang muslim tidak boleh menikahkan wanita yang kafir”
Contohnya, seorang ayah yang muslim memiliki anak yang beragama kafir, maka ia tidak
boleh atau tidak boleh menjadi ali anaknya yang kafir tadi. Wanita yang kafir tidak memiliki wali
nasab.
َ ‫ق الطَاَل‬
‫ق بصف ِة ل ْم يَقَع ُد وْ نَ وجُوْ دهَا‬ َ َ‫َم ْن عل‬
7. “Barang siapa yang menggantungkan suatu sifat, maka talak tidak jatuh tampat terwujudnya
sifat tadi”
Talak menjadi jatuh apabila ta’liq talaknya terwujud dengan syarat istri tidak rela dan
mengajukan gugatan ke pengadilan.

ُ‫تو َجبُ ال ِع ّدة‬ ٍ ‫أو فَس‬


ْ ‫ْخ بَ ْع َد ال َوط ِء‬ ْ ‫ق‬ٍ ‫ُك ّل فِرقَ ٍة ِم ْن طَاَل‬
8. “Setiap perceraian kerena talak atau fasakh sebelum campur, maka wajib iddah”
Sama seperti perceraian, ketika fasakh nikah sesudah campur maka wanita tersebut wajib
beriddah. Sudah tentu waktu menunggunya bermacam-macam menurut perbedaan keadaan istri
yang diceraikan atau yang ditinggal mati suaminya.
‫بوجو ِدهَا‬
ْ ‫بو ِسطَ ٍة فاَل يَ ِرث‬
َ ‫ك‬َ َ‫كُلّ َم ْن َع ْد لَى إلَى الهَال‬
9. “Setiap orang yang melawan yang melewati melalui perantaraan, maka dia tidak mewarisi selama
perantara itu ada”
Contohnya antara kakek dan bapak. Kakek tidak dapat waris selama bapak yang meninggal
masih ada, karena kakek tidak dapat meninggal melalui bapak.

‫ُقو ِق ِه‬ َ
ْ ‫ورث شيْئا َو َرثهُ بِح‬ ْ ‫ُك ّل‬
‫من‬
10. “Setiap orang yang mewarisi sesuatu, maka dia mewarisi pula hak-haknya (yang bersifat harta)”
Contohnya, hak khiyar terhadap barang, karena hak khiyar tetap ada dalam jual beli. Demikian
pula hak terhadap utang atau gadai atau juga hak cipta yang diwariskan. Kedudukan ahli waris dalam
hal ini menduduki kedudukan orang yang meninggal.

ُ‫األقوى قرابة يَحجبُ األض َعف ِم ْنه‬


َ ّ
‫أن‬
11. “Kekerabatan yang lebih kuat menghalangi kekerabatan yang lebih lemah”
Contohnya, saudara laki-laki seibu sebapak menghalangi saudara laki-laki sebapak dalam
mendapatkan warisan.
ِ ‫التركة إاّل َبع َد س َدا ِد ال ّدي‬
‫ْن‬
12. “Tidak ada sah wasiat dengan kedudukan keseluruhan harta”
Artinya, sebelum utang-utang orang yang meninggal, wasiat dan pengurusan jenazah
belum dibayar lunas, maka tidak ada harta warisan.

ِ ‫الوصيّة ب ُك ِّل ال َم‬


‫ال‬ َ ‫اَل يَصِ ّح‬
13. “tidak ada sah wasiat dengan kedudukan keseluruhan harta”
Dhabith ini kemudian diperjelas oleh hadis nabi yang menyebutkan maksimal wasiat
adalahsepertiga dari harta warisan dan sepertiga itu sudah banyak.

‫ال‬ ِ ‫وارث َل ُه ف َمالُ ُه لِ َب ْي‬


ِ ‫ت ال َم‬ ِ ‫مات مِن المُسل ِميْن اَل‬
َ ْ‫ُك ّل َمن‬
14. “setiap orang islam yang meninggal tanpa meninggalkan ahli waris, maka hartanya
diserahkankepada bait al-mal”
Menurut mazhab imam syafi’i, seandainya seseorang sama sekali tidak mempunyai ahli
waris, maka hartanya diserahkan kepada baitul mal.
KESIMPULAN

Dalam hukum Islam, hukum keluarga ini meliputi: pernikahan, waris, wasiat,
wakaf dzurri (keluarga), dan hibah di kalangan keluarga. Ruang lingkup
pembahasan ahwal al-syakhsiyah yaitu terdiri dari: 1)Hak dan kewajiban
pribadi sebagai subjek hukum, 2)Pernikahan termasuk kegiatan pra-nikah
yaitu khitbah, 3)Tanggung jawab suami sebagai kepala keluarga,
4)Perceraian, 5)Hak asuh anak akibat perceraian, 6)Masa penantian setelah
cerai (masa ‘iddah) dan ketentuan rujuk setelah bercerai dan 7)Ketentuan-
ketentuan tentang waris termasuk wasiat, hibah, dan wakaf. Sedangkan
kaidah-kaidah yang khusus di bidang hukum keluarga antara lain terdiri dari
14 kaidah.

12

Anda mungkin juga menyukai