Anda di halaman 1dari 50

Keluarga Berencana

1
Alasan mempelajari KB :
Hubungan KB dan Kesehatan Reproduksi
• Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan
melalui pengendalian pertumbuhan penduduk,
Keluarga Berencana, dan dengan cara pengembangan
kualitas penduduk, melalui perwujudan Keluarga Kecil
Berkualitas.

• Keluarga Berencana sebagai pengendali pertumbuhan


penduduk telah banyak mengubah struktur
kependudukan Indonesia, tidak saja dalam arti
menurunkan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan
penduduk juga mengubah pandangan hidup penduduk
terhadap nilai anak serta kesejahteraan dan ketahanan
keluarga.
2
Alasan mempelajari KB :
Hubungan KB dan Kesehatan Reproduksi
Sehat:
kondisi seseorang yang bebas dari segala
bentuk penyakit dan kecacatan fisik,
mental dan sosial
Reproduksi:
Re = kembali, produksi = menghasilkan
 proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan
Kesehatan Reproduksi:
kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi
3
Alasan perlu mempelajari KB
ERH (Essential Reproductive Health):
1. Pelayanan Keluarga Berencana yg berkualitas
2. Kesehatan Ibu, bayi dan anak (MCH)
3. Pencegahan dan pengobatan infertilitas
4. Pencegahan dan manajemen komplikasi aborsi
5. Pengobatan Infeksi Saluran Reproduksi (IRS),
Infeksi Menular Seksual (IMS), dan gangguan
sistem reproduksi lainnya
6. Rujukan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

4
Alasan perlu mempelajari KB
Tujuan program KB dan Kesehatan Reproduksi
a. Pemenuhan hak-hak reproduksi
b. Promosi, pencegahan dan penanganan masalah-
masalah kesehatan reproduksi dan seksual
c. Kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan anak

Oleh karena itu:


Program KB dipandang sebagai bagian yang integral
dari persoalan Kesehatan Reproduksi

5
Alasan perlu mempelajari KB
• Pemerintah memikul tanggung jawab utama secara
finansial atas permintaan masyarakat terhadap
kontrasepsi

• Dengan mempelajari determinan prilaku pemakaian


kontrasepsi maka akan dapat diambil langkah-
langkah untuk mengurangi beban finansial tanpa
mengabaikan tujuan

• Pengertian tentang proses dan faktor-faktor


individual dan komunitas penting untuk
mengevaluasi program dan dampaknya

6
Teori Penurunan Fertilitas
(Freedman)
Ada 2 masalah utama untuk memahami
penurunan fertilitas :
1. Apa yang menyebabkan motivasi untuk
mempunyai anak sedikit
2. Jika motivasi ini ada, apakah konsep
dan sarana pengendalian fertilitas
secara otomatis akan tersedia dan pasti
digunakan?
7
Teori Penurunan Fertilitas (Friedman)
•Adalah bukan semata-mata model transisi demografi
klasik, yaitu karena perubahan variabel-variabel makro
seperti : urbanisasi, industrialisasi, literacy dsb

•Tetapi karena berkembangnya jaringan-jaringan


komunikasi dan transportasi efektif membuat
pergeseran pembagian kerja yang berpusat pada
keluarga ke masyarakat(lembaga-lembaga baru bukan
kekeluargaan.

•Keuntungan dan kepuasan yang diperoleh dari memliki


banyak anak berkurang, biaya pemeliharaan anak
meningkat, standar kehidupan yang semankin baik,
partisipasi dalam kegiatan. Orang tua ingin lebih banyak
waktu buat kegiatan bagi dirinya sendiri (aktualisasi).
8
Teori Penurunan Fertilitas
(Teori Caldwell)
1. Persebaran ide : penurunan fertilitas di
negara berkembang tidak tergantung
pada tersebarnya industrialisasi tapi
dipengaruhi modernisasi yang
memberikan lebih banyak dana utk
sekolah.
2. Perilaku fertilitas dipengaruhi oleh
unsur psikologis dan biologis
2. Fertilitas cenderung mendahului
industrialisasi, bukan mengikutinya
9
Teori Penurunan Fertilitas
(John Knodel)
• Sebelum fertilitas menurun, konsep KB
walaupun kadang-kadang sudah ada yang
menjalankan tetapi KB bukan persoalan
seluruh penduduk.

• Bahwa membatasi besar keluarga dalam


perkawinan itu adalah konsep yang sah dan
dimungkinkan.

• Perilaku KB bersifat pembaruan


menyebabkan fertilitas menyesuaikan diri
dengan keadaPasca Sarjana Kependudukan
& an sosial ekonomi. 10
25 Rintangan Komunikasi dalam KB:
(Donald J. Bogue :)

1. Perasaan takut bahwa kesehatan akan terganggu


karena terlalu lama pakai Pil. IUD atau alat
kontrasepsi lain

2. Perasaan takut akan akibat sampingan sementara


karena pakai Pil. IUD

3. Para pemimpin kurang menyadari bahwa rakyat


menginginkan KB

4. Perasaan takut tanpa alasan terhadap metode


vasektomi
11
25 Rintangan Komunikasi dalam KB:
(Donald J. Bogue :)
5. Kurangnya komunikasi suami istri tentang ukuran besar
keluarga ideal, jarak antar anak, metode kontrasepsi,
apakah sebaiknya mereka menjalankan KB

6. Kurangnya perhatian tentang perencanaan jarak anak di


kalangan generasi muda

7. Kesukaran memisahkan unsur seks dari KB dan


mengurangi perasaan malu tentang perilaku KB

8. Pengaruh negatif dari peer group dan orang-orang yg lebih


tua

9. Desas desus tentang KB

10. Kurangnya kesadaran tentang pelayanan KB 12


25 Rintangan Komunikasi dalam KB:
(Donald J. Bogue :)

11. Kegagalan dalam menyebarkan informasi tentang sumber-sumber


pelayanan KB yang bersifat pribadi dan komersial

12. Prasangka yang setuju dan yang menentang metode KB

13. Sikap masyarakat yang menganggap status wanita rendah dan


kurang mendukung perjuangan hak-hak wanita

14. Kebosanan dan kesembronoan, kelalaian dalam menggunakan


kontrasepsi

15. Keinginan untuk mempunyai keluarga besar karena alasan pribadi

16. Sikap menerima peranan nasib sebagai faktor penentu masa


depan
13
17. Kecemasan terhadap kegagalan alat kontrasepsi
25 Rintangan Komunikasi dalam KB:
(Donald J. Bogue :)
18. Keinginan memperoleh anak laki-laki
19. Mengabaikan pengawasan lingkungan, perkembangan
ekonomi nasional, kesejahteraan masyarakat sebagai
motif untuk menjalankan KB.
20. Perasaan tidak aman di hari tua
21. Mortalitas bayi yang tinggi
22. Ketidaksetiaan terhadap pasangan dan hubungannya
dengan KB
23. Nilai ekonomi anak yang terlalu dibesar-besarkan
24. Keseganan memberikan infomasi KB kepada remaja dan
orang dewasa yang belum nikah
25. Kurangnya penekanan mengenai keuntungan langsung
manfaat jangka pendek program KB
14
Perilaku KB

• Pemakaian (contraceptive use)

• Pemilihan (contraceptive choice)

• Kegagalan (contraceptive failure)

• Penggantian(contraceptive switching)

15
Kerangka pikir Perilaku KB

Kerangka hubungan antara berbagai


faktor yang diduga mempengaruhi
perilaku keluarga berencana baik pada
tingkat mikro/individu yaitu pasangan
suami istri dan pada tingkat makro yaitu
pada tingkat komunitas/wilayah

16
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi (Easterlin)

Framework sintesis penawaran dan permintaan terhadap


anak secara bersama sama mempengaruhi motivasi untuk
mengatur fertilitas. Pada suau waktu kemampuan supply
masyarakat bisa lebih besar daripada demand, atau
sebaliknya.
•Permintaan yang tinggi (excess demand) biasanya di
negara dengan pendapatan rendah
•Situasi persediaan lebih (excess supply) di negara dengan
pendapatan tinggi, keinginan anak sedikit, Persediaan anak
melebihi permintaan akan anak
•Pasangan suami istri menghadapi persoalan dengan
prospek memiliki jumlah anak yang tidak diinginkan
•Memotivasi suami istri untuk mengatur kelahiran anaknya
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Easterlin)

Motivasi dipengaruhi biaya psikis dan biaya


pasar
Psikis : ketidakpuasan terhadap ide atau
praktek pengaturan fertilitas
Pasar : akses terhadap metode-metode
kontrasepsi

Faktor ekonomi, sosial, demografi dan budaya


mempengaruhi motivasi melalui penawaran
dan permintaan terhadap anak
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Bulatao)
Framework pendekatan faktor-faktor :
• Tujuan kontrasepsi (contraceptive goal)

• Kompetensi kontrasepsi (contraceptive competency)

• Evaluasi kontrasepsi (contraceptive evaluation)

• Akses kontrasepsi (contraceptive access)

• Framework berfokus pada sifat-sifat individu sebagai


faktor –faktor yang menjelaskan variasi dalam
pemilihan kontrasepsi
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Bulatao)

Tujuan
• Tujuan dari pengaturan fertilitas adalah untuk
penjarangan atau pembatasan kelahiran
Faktor-faktor demografi, misalnya jumlah anak

Kompetensi :
• Kemampuan pasangan untuk menggunakan suatu
metode dengan efektif misalnya :
Usia perempuan, lama perkawinan, pendidikan istri dan
suami, status pekerjaan istri

20
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Bulatao)

Evaluasi :
Penilaian tentang pemakaian kontrasepsi tertentu baik secara praktis
maupun moral
• Aspek praktis : efek samping dan kenyamanan dalam pemakaian
kontrasepsi
• Aspek moral : aksesibiltas metode berhubungan dengan nilai-nilai
dan norma budaya

Akses
• Ketersediaan metode kontrasepsi serta informasi tentang
bagaimana mendapatkannya
• Ketersediaan pelayanan KB, metode yg diinginkan dan aktifitas
program di tempat tinggal akseptor

21
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Simon dan Phillips)
Bahwa permintaan dan transaksi klien sebagai determinan
antara untuk pengaturan kelahiran

• Transaksi klien
Interaksi antara program dan populasi klien

• Penggunaan alat/cara KB dipengaruhi oleh permintaan


dan persediaan alat/cara KB

• Menekankan pentingnya peran KB sebagai faktor-


faktor yang tidak langsung yang dapat menciptakan
permintaan alat/cara KB melaui interaksi cara atau
frekuensi antara program KB dan akseptor
22
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Palmore dan Bulatao)

Spectrum of possible methods


Pengerucutan karena
pertimbangan:
• Tehnologi dan biaya
• Supply kontrasepsi
• Faktor sosial budaya
• Selera
Spectrum
of chosen pribadi/perseorangan
methods

23
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian
kontrasepsi
(Palmore dan Bulatao)

• Pilihan alat/acara KB merupakan suatu proses


yang dapat digambarkan sebagai kerucut.
Berbagai alat/cara KB yang mungkin secara
perlahan-lahan dikurangi menjadi pilihan yang
lebih sedikit, dan akhirnya menjadi pilihan
tunggal menurut faktor budaya, ekonomi,
psikologis dan lainnya.

• Pentingnya prefernsi personal sebagai faktor


individu terakhir dalam suatu proses
penyaringan/pemilihan alat/cara KB
24
Pertimbangan pemilihan kontrasepsi di Indonesia
(BKKBN)

setiap pasangan mempertimbangkan penggunaan


kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien

• Pilihan yang rasional


*) dilandasi keinginan yang jelas, apakah untuk menunda
kelahiran anak pertama (postponing), menjarangkan anak
(spacing), atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan

*) Kejelasan maksud tersebut terkait dengan tersedianya teknologi


kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan
kembalinya fase kesuburan (fecundity), efektifitas dan
efisiensinya.

*) Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap

25
Pertimbangan pemilihan kontrasepsi di Indonesia
(BKKBN)

• efektif

*) pemilihan kontrasepsi yang didasari pada pertimbangan


efektifitas masing-masing jenis kontrasepsi berdasarkan
angka kegagalannya.

*) efektifitas masing-masing kontrasepsi  dapat dilihat dari


angka efektifitasnya secara teoritis (theoritical
effectivenes) dalam kondisi ideal dan efektifitas
penggunaan secara praktis di lapangan (used
effektivenes).

26
Pertimbangan pemilihan kontrasepsi di Indonesia
(BKKBN)

*) efektifitas tinggi (most efektif) :


- Implan angka kegagalan (0,2-1 kehamilan per 100
perempuan),
- AKDR (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan),
- Sterilisasi/Tubektomi (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan).

*) efektif :
- Pil
- Suntikan
- Metode Amenore Laktasi

*) efektifitas rendah (last efektif)


- kondom
- diafragma vaginal
- sanggama terputus. 27
Pertimbangan pemilihan kontrasepsi di Indonesia
(BKKBN)

Efisiensi
• Efisiensi dapat dinilai dari biaya kontrasepsi dalam memproteksi 
kehamilan per tahun penggunaan  dari seorang pasangan (Couple
Years Protection atau CYP).

• Angka alat kontrasepsi per CYP dapat dijadikan pertimbangan


dalam menentukan efisiensi setiap alat kontrasepsi.

Diakui walaupun ada banyak hal dalam pemilihan


kontrasepsi yang perlu dipertimbangkan secara rasional,
meskipun pada akhirnya keputusan terakhir pemilihan
jenis kontrasepsi harus tetap ditangan pengguna itu
sendiri.

28
Faktor sosial budaya

(Bertrand) Di Kenya 1989


• Perempuan termotivasi menggunakan
sterilisasi terutama krn pertimbangan
ekonomi dan rasa tanggung jawab pada
anak-anak yang telah dilahirkan

• Indikator :Tingkat pendidikan, status kerja,


tempat tinggal perkotaan, tempat tinggal
sudah menerima program KB atau tidak,
tingkat pendidikan suami dan status ekonomi
29
Pendidikan perempuan
• Lebih tinggi pendidikan cenderung memilih metode modern pil,
sterilisasi, pantang berkala
• Lama menjalani pendidikan positif berhubungan dengan
pemakaian kontrasepsi
• Pendidikan lebih tinggi dapat menerima dan lebih peka
terhadap informasi yang lebih baik
• Pendidikan lebih tinggi lebih berperan dalam menentukan
keputusan ber KB
• Pendidikan lebih tinggi cenderung untuk tidak bergantung pada
klinik KB untuk mendapatkan kontrasepsi

• Pendidikan lebih tinggi mempengaruhi penggantian kontrasepsi

30
Tempat tinggal
• Tinggal di daerah yang lebih berkembang
maju dapat mendorong keinginan yg lebih
besar untuk membatasi ukuran keluarga

• Mendapat pengetahuan yang lebih banyak


dan baik

• Akses pada pelayanan KB

• Akses terhadap pilihan metode yang


diinginkan
31
Pekerjaan perempuan dan status
ekonomi
• Penghasilan tinggi berkorelasi dengan
penggantian metode yang lebih modern
• Status ekonomi berpengaruh pada pemilihan
kontrasepsi
• Phillips (1989) di Bangladesh menggunakan
Indeks pemilikan tanah dan indeks kepemilikan
barang modern sebagai indikator status
ekonomi. Indeks pemilikan tanah secara
langsung berelasi dengan pemilihan pil, kondom
dan IUD
• Othman (1989) di Malaysia penghasilan keluarga
secara positif terhadap pemilihan pil, kondom,
sterilisasi
32
Faktor budaya

• Sikap,nilai dan kebiasaan mempengaruhi


perilaku pemakaian kontrasepsi

• Sikap agama yang berbeda

• Sikap yang berbeda terhadap peranan


perempuan dalam keluarga

• Sikap masyarakat yang pro natalis


33
Sikap agama, suku dan ras

• Agama Hindu dan Budha tidak menolak kontrasepsi tetapi


ada ide bahwa kontrasepsi tidak sesuai dengan jalan hidup
Budha karena mengarah pada kebebasan seksual

• Khatolik menolak kecuali pantang berkala

• Protestan baik untuk memakai teknologi kontrasepsi


sebagai berkat tuhan untukk menolong laki-laki dan
perempuan untuk membatasi kehamilan di dunia yang over
populasi

• Islam pro natalis, mengijinkan untuk merencanakan


keluarga mereka untuk alasan yang sesuai dan
pertanggungjawaban metode kontrasepsi selama
konsepsi tidak terjadi

34
Sistem keluarga

• Sistem keluarga tradisional mempengaruhi


ukuran keluarga yang diinginkan

• Keterlibatan laki-laki dalam pemakaian


kontrasepsi menguntungkan perempuan

• Hidup dalam keluarga inti atau keluarga batih

35
Faktor demografi
Usia perempuan
•Muda 15-24 tdk memakai metode permanen sedangkan
usia 40-49 permanen

•Hubungan usia dan pemakaian kontras spt U terbalik,


puncaknya usia 35 thn

•Usia juga berkaitan dgn penggantian kontrasepsi


sehubungan dengan keefektifan metode dan masalah
kesehatan

Jumlah anak yg masih hidup berrelasi dengan pemakaian


kontrasepsi yang tinggi efisiensinya seperti IUD dan
sterilisasi
36
Faktor demografi

• Lamanya perkawinan: mereka yang menikah


kurang dari 5 tahun dan punya anak lebih
banyak cenderung menggunakan metode
yang lebih efisien dibanding yang punya
anak sedikit.

• Pernikahan dengan jangka waktu lama


paritas pasangan mempunyai pengaruh yang
lebih kecil pada pemilihan metode
kontrasepsi, mungin disebabkan karena telah
tercapainya ukuran keluarga yang diinginkan
37
Faktor komunitas
1. Perilaku KB tidak hanya dipengaruhi karakteristik
individual tetapi juga karakteristik komunitas.

2. Karakteristik komunitas dimana individu hidup


mempengaruhi keputusan ber KB melalui biaya dan
keuntungan pilihan kontrasepsi.

3. Peranan pemerintah dalam mendukung program:


• peranan staf (dokter, Bidan dll) memotivasi pasangan
untuk memakai metode kontrasepsi yang paling cocok
• Mempermudah peraturan, menyetujui impor alat
kontrasepsi
• Menyediakan informasi kepada umum
• Memberikan incentives kepada petugas pelayanan dan
akseptor
38
Pengaruh Komunitas:
interaksi sosial dan jaringan sosial

Bongaarts dan Watkins:Interaksi sosial yang


mempengaruhi
• pertukaran informasi atau ide
dalam berinteraksi orang memindahkan /pertukaran
informasi dan ide dari satu kelompok kepada
kelompok lainnya
• evaluasi bersama tentang arti
Informasi/ide tersebut selanjutnya juga dievaluasi dan
diintepretasikan secara bersama dalam konteks
kelompok
• Pengaruh sosial (social influence)
Adanya pengaruh kekeuatan sosial di luar diri
seseorang yang mempengaruhi keputusan terhadap
perilaku KB. 39
Pengaruh Komunitas:
interaksi sosial dan jaringan sosial
Kohler, Beherman, Watkins

• Social learning
Belajar dari pengalaman orang lain sebelum memutuskan
untuk mempraktekkan metode kontras, yang sebelumnya
terdapat keraguan-raguan/ketidakpastian informasi
seperti mengenai efek samping dan manfaat memiliki
jumlah anak yg lebih sedikit

• Social influence
Adanya pengaruh normatif terhadap eprilaku yaitu bahwa
fertilitaspreferensi berkenaan dgn praktek metode
kontras dan jumlah anak dipengaruhi oleh opini dan
perilaku yang terkait dengan yang ada dilingkungan
sosialnya
40
Pengaruh Komunitas:
interaksi sosial dan jaringan sosial

Agyeman dan Casterline :


• Keterkaitan organisasi sosial dengan difusi sosial

• Perilaku reproduksi ditentukan secara sosial, berarti


keanggotaan dalam kelompok dapat menjelaskan keputusan
fertilitas di tingkat individu

• Proses interaksi sosial dan penyebaran inovasi

• Peningkatan pemakaian KB karena :


- Kedekatan dengan orang-orang yang terpelajar
- Keterpaparan secara teratur pada semua jenis media masa
- Ada minimal satu orang perempuan yang lebih tua dalam
rumah tangga

41
Metode pengukuran KB
• METODE LANGSUNG :
Menggunakan tabel kehidupan (life table
approach)
Angka Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi :
jumlah pemakai dan lama pemakaian
dibandingkan dengan jumlah orang dan
jumlah bulan terpapar

Jumlah yang pakai KB x jumlah bulan pakai KB


AKPR =
Populasi x bulan pemaparan
42
Metode pengukuran KB
METODE LANGSUNG :
Contoh :
Di kecamatan Harumanis sejak 1 Januari 2008 terdapat
100 orang istri yang bersama-sama mulai
menggunakan alat/cara KB (apapun metodenya).
Pada akhir tahun tanggal 31 Desember 2008 dalam
survey ditemukan 70 orang masih pakai KB, 20
orang berhenti sejak Juni dan 10 orang berhenti
sejak Oktober.

Angka Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi pada 1


Januari-31 Desember 2008 ?
43
Metode pengukuran KB
METODE LANGSUNG :
AKPR Kecamatan Harumanis pada 1 Januari-31
Desember 2008 adalah :
(70x 12) OB + (20x 6) OB + (10x 10) OB
AKPR =
(100 X 12 ) OB

= 840 OB +120 OB+ 100 OB

120 OB

= 0.83

44
Metode pengukuran KB
METODE LANGSUNG :

Angka Prevalensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan


CPR (Contraceptive Prevalence Rata)

Informasi tentang CPR sangat bermanfaat untuk


menetapkan kebijakan pengendalian
kependudukan , serta penyediaan pelayanan KB
baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan
kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD,
persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta
pelayanankonseling untuk menampung kebutuhan
dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi 45
Metode pengukuran KB
• METODE LANGSUNG :
Angka Prevalensi Kontrasepsi ini sering disebut dengan CPR
(Contraceptive Prevalence Rate).

Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk


menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan, serta
penyediaan pelayanan KB baik dalam bentuk mempersiapkan
pelayanan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan IUD,
persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling
untuk menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan
pemakaian kontrasepsi.

Pasca Sarjana Kependudukan & 46


Ketenagakerjaan UI
CPR tidak meningkat secara signifikan dalam 5 tahun
terakhir
Contraceptive Prevalence Rate (CPR)

80

75

70

65
60.3 61.4

60

55 57.4

49.7 54.7
50

45

40
1991 1994 1997 2002 2007

Sumber : SDKI

47
Disparitas CPR antar Propinsi

Penurunan CPR : 2002/2003 2007


DI Yogyakarta 75,1 66,9
Sulawesi Utara 70,1 69,2
Jatim 67 66,1
Jateng 65 63,7
DKI Jakarta 63,2 60,1
Banten 58,6 57,2
Riau 57,8 56,7

Pasca Sarjana Kependudukan & 48


Ketenagakerjaan UI
Metode pengukuran KB
METODE TIDAK LANGSUNG :
Pendekatan Bongaarts dan Rodriguez
Hubungan antara angka kegagalan (failure rate)
dengan efektifitas kontrasepsi (contraceptive
effectiveness)
f = angka kegagalan bulanan dinyatakan dalam % per bulan
e = efektifitas kontrasepsi, % penurunan risiko konsepsi bulanan
c = probababilitas bulanan konsepsi tanpa kontrasepsi

f
e = 100 –
c
Pasca Sarjana Kependudukan & 49
Ketenagakerjaan UI
Sampai jumpa minggu depan

Pasca Sarjana Kependudukan & 50


Ketenagakerjaan UI

Anda mungkin juga menyukai