Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM

PRADIK NERS
STIKES MARANAHA KUPANG
2021
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok
neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori
yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang
terjadi dari kumpulan gejala dengan demam .
(Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang demam sering juga disebut kejang demam
tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri
atau virus. tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat
maupun kelainan saraf lainnya (Sylvia A. Price, Latraine
M. Wikson, 1995).

infeksi bersifat ekstrakranium oleh infeksi diluar


susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media
akut, bronchitis, dll
ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
patologis
Dapat terjadi karena infeksi, kerusakan
jaringan otak dan faktor lain yang dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
NAMUN Sebagian kejang merupakan idiopati
(tidak diketahui etiologinya).
Kejang demam terjadi 2-4% pada anak usia 6 bulan
– 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam.
Kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Kejang demam simpleks Kejang demam kompleks
Kejang demam Kejang lama > 15 menit
berlangsung singkat, Kejang fokal atau parsial
kurang dari 15 menit, dan pada satu sisi, atau kejang
umumnya akan berhenti umum didahului kejang
sendiri. parsial
Kejang berbentuk umum Kejang berulang lebih dari
tonik dan/atau klonik, 1 kali dalam 24 jam
tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
Kejang demam simpleks
ini merupakan 80% dari
seluruh kejang demam.
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea.
Meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
Menyebabkan denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat karena aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat.
Lanjutan...
PATHWAY
Demam (kenaikan suhu)

Kenaikan metabolisme basal Kebutuhan O2 meningkat


10% - 15% 20%

Perubahan keseimbangan
Perubahan keseimbangan
Dari membran sel neuron
Dari membran sel neuron

Difusi dari ion K+ dan Na+

Lepas muatan listrik

Seluruh sel dan membran sel

Neurotransmiter

Kejang
Tanda dan gejala
Kejang parsial ( fokal, lokal )
Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal


berikut ini :
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah,
atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan
setipa kejang sama.
Tanda atau gejala otonomik: muntah,
berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus :
mendengar musik, merasa seakan jatuh dari
udara, parestesia.
Gejala psikis : dejavu, rasa takut,
Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguan kesadaran, walaupun
pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau
gerakan otomatik : mengecap –
ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan
menongkel yang berulang – ulang pada
tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan
terpaku
Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan
responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku
yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah
itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
Kejang mioklonik
Kejutan – kejutan involunter pada otot
atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selama
tidur tetapi bila patologik berupa
kejutan kejutan sinkron dari bahu, leher,
lengan atas dan kaki.
Umumnya berlangsung kurang dari 5
detik dan terjadi dalam kelompok
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
Kejang tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran
dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah
yang berlangsung kurang dari 1 menit
Dapat disertai hilangnya kontrol usus
dan kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada
ekstrenitas atas dan bawah.
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase
postictal
Pemeriksaan penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi
otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini
dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark,
hematoma, edema serebral, dan Abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk
meneliti kecurigaan meningitis
4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit
kejang demam.
(Suryati, 2008), ( Arif Mansyoer,2000),
(Lumbatobing,1989)
KOMPLIKASI
-. Apnea
-. Depresi pusal
-. Retardasi mental
-. Hemiparesis
-. Kelumpuhan
-. Epilepsi
Penatalaksanaan Medis
enatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang
perlu dikerjakan yaitu :

1. Pengobatan Fase Akut


Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu
kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas
harus bebas agar oksigennisasi terjadi.
Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi
jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan
kompres air dan pemberian antipiretik
Penatalaksanaan Medis CONT,
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang

diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3 - 0,5

mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20

mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan,

tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila

diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan

diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat

diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin

dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1

mg/kgBb/menit.
A.Pengkajian
Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam
keluarga.
Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf
sebelum anak menderita kejang demam.
Kaji TTU (suhu, pernapasan, denyut jantung, TD,
nadi).
Reaksi pupil (ukuran, reaksi terhadap cahaya,
kesamaan respons).
Tingkat kesadaran (kewaspadaan → respons
terhadap panggilan dan perintah), Iritabilitas,
letargi dan rasa ngantuk, orientasi terhadap
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Aktifitas kejang (jenis dan lamanya).
Fungsi sensoris (reaksi terhadap nyeri dan reaksi
terhadap suhu.
Refleks
Refleks tendon supervisial.
Refleks patologi (babinski).
Kemampuan intelektual (tergantung tingkat
perkembangan)
Kemampuan menulis dan menggambar.
Kemampuan membaca.
Diagnosa Keperawatan

Resiko terjadinya kejang ulang b/d


hipertermi
Resiko tinggi injuri b/d kurangnya
koordinasi otot
Gangguan rasa nyaman b/d hipertermi
Kurang pengetahuan keluarga b/d
keterbatasan informasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai