Anda di halaman 1dari 27

APRAKSIA

Hilangnya atau terganggunya fungsi berbahasa akibat


adanya kerusakan pada bagian otak khususnya di
hemisfer serebral
 Anatomi Pusat Bahasa  pada area perisylvian dari hemisfer dominan

 Right handed  hemisfer kiri dominan (90-95% populasi)


MACAM AFASIA
PROSES BERBAHASA
VERBAL

INPUT AUDITORI INPUT VISUAL


PUSAT BAHASA

1. Area Broca 2. Area Wernicke 3. Fasikulus 4. Angulus Gyrus


(area 44, 45) arkuata 5. Exner’s center
(area 22)  Terletak di
 Terletak : di
Area bahasa Area bahasa perseptif Menghubungkan lobus parietalis
tengah gyrus
motorik (inferior (girus temporal antara area broca inferior, dekat
superior) frontal
lobus frontalis) dg area wernicke area visual
VASKULARISASI AREA
PERISYLVIAN

Medial Cerebral
Artery (MCA)

Superior Inferior
division Division

Anterior Posterior
language area language area
TEKNIK PEMERIKSAAN AFASIA

Syarat: tidak ada penurunan kesadaran

2.
2. Pemahaman
Pemahaman 3.
3. Pengulangan
Pengulangan 4. Pemberian 5. Menulis 6. Membaca
1. Kelancaran berbahasa nama benda Penderita Biasanya px yang
bahasa (Repetition) Penderita disuruh
disuruh
berbahasa (comprehensive)
(comprehensive) Mempersilahkan
Mempersilahkan pasien
pasien (Naming) menulis kata atau bisa
bisa menulis
menulis bisa
bisa
(fluently).. Pasien
Pasien Dilihat
Dilihat pemahaman
pemahaman px px mengulang
mengulang apa
apa yang
yang Menyiapkan benda- kalimat. Fungsi : juga
juga membaca.
membaca.
ditanya dalam menjawab diucapkan
diucapkan pemeriksa,
pemeriksa, benda
benda sederhana
sederhana di mengetahui Penderita diperintah
ditanya nama,
nama, pertanyaan (verbal) mulai
di mengetahui
alamat, mulai satu
satu kata,
kata, sekitar
sekitar pemeriksa
pemeriksa atau kemampuan untuk membaca
alamat, berada
berada dan beberapa
beberapa kata
kata atau
atau
dimana, dsb. dan isi/kualitas
isi/kualitas atau pasien, tanya nama mengkopi
mengkopi dari
dari bahasa
bahasa huruf, kalimat atau
bahasanya. kalimat
kalimat visual
benda
benda tsb.
tsb. visual ke
ke area
area bahasa
bahasa paragraf
KLASIFIKASI AFASIA
1.
1. Afasia
Afasia Broca
Broca (motorik)
(motorik)
2. Afasia Wernicke (sensorik) 3.
3. Afasia
Afasia global
global
Kelainan
Kelainan di
di anterior
anterior perisylvian
perisylvian area
area Lesi di posterosuperior lobus temporal Lesi
Lesi merusak
merusak semua
semua area
area bahasa
bahasa perisylvian
perisylvian central
central atau
atau
Ciri-ciri
Ciri-ciri :: px
px tidak
tidak bisa
bisa bicara
bicara lancar,
lancar, px
px bisa
bisa mengerti
mengerti bila
bila Ciri-ciri
Ciri-ciri :: Px
Px mampu
mampu bicara
bicara lancar
lancar tp
tp tdk
tdk paham
paham merusak
merusak secara terpisah Postero-inferior frontal dan
secara terpisah Postero-inferior frontal dan
diperintah
diperintah (pemahaman
(pemahaman baik),
baik), px
px dpt
dpt mengeidentifikasi
mengeidentifikasi artinya, Px tdk mendengar kata-kata, Px masih postero-superior
postero-superior temporal.
temporal.
benda
benda tp
tp tdk
tdk bisa
bisa menyebut
menyebut nama
nama benda
benda tsb,
tsb, Px
Px tidak
tidak bisa
bisa mengenal
mengenal suara
suara dan
dan bisa
bisa mendengar,
mendengar, Px
Px tidak
tidak bisa
bisa Ciri-ciri:
Ciri-ciri: Tidak
Tidak lancar
lancar bicara,
bicara, Tidak
Tidak paham,
paham, Tidak
Tidak bisa
bisa
membaca dan menulis
membaca dan menulis menyebut mengulang, Tidak bisa membaca dan menulis
mengulang, Tidak bisa membaca dan menulis
menyebut nama,
nama, membaca
membaca dan
dan menulis.
menulis.

4.
4. Afasia
Afasia konduksi
konduksi 5.
5. Afasia
Afasia anomik
anomik 6. Afasia Transkortikal Motorik
Kelainan
Kelainan sebelah
sebelah luar
luar area
area bahasa
bahasa (fasiculus
(fasiculus arcuata)
arcuata) Ciri
Ciri :: Mampu
Mampu bicara
bicara lancar,
lancar, Mengerti/memahami,
Mengerti/memahami, Ciri:
Ciri: Px tdk
Px tdk lancar
lancar bicara,
bicara, Px
Px mampu
mampu paham
paham Px
Px
Ciri: Px bisa bicara lancar, Px bisa paham Bisa mengulang kata, Bisa membaca, Tidak bisa
mampu mengulang kata, Px tidak bs menulis dan
Tidak
Tidak mampu
mampu mengulang
mengulang kata,
kata, Sering
Sering tdk
tdk bisa
bisa menyebut
menyebut nama
nama suatu
suatu benda
benda Kelainan
Kelainan diluar
diluar area
area membaca
menyebut nama, Bisa membaca dan menulis bahasa atau lesi dibagian bawah lobus temporal

7. Afasia Transkortikal Sensorik


Ciri: Px mampu bicara lancar, Px tdk paham Px
mampu mengulang, Px tdk mampu menulis dan
membaca
ANALISA PEMERIKSAAN
AFASIA
APRAKSIA
ANATOMI - AREA ASOSIASI

Definisi Apraksia :
Gangguan/
ketidakmampuan
untuk melakukan
gerakan yang
bertujuan (gerakan
kompleks) yang
diperintah

13
BEDSIDE TESTING OF PRAXIS
Syarat pemeriksaan:
1. Motorik intak
Praxis Test 2. Sensorik intak
3. Pasien sadar,
kooperatif

Limbs Orofacial
Ask the patients to: Ask the patient to:
-Mime the use of pen, -Whistle
comb, and toothbrush -Put tongue out
-Imitate the examner’s Serial actions -Blow out cheeks
use of the same object -Cough
Ask the patient to:
-Use the actual objects - Mime putting the
address on a letter 
seal it  put a stamp
on it
14
JENIS-JENIS APRAKSIA

1. Apraksia ideasional
2. Apraksia ideomotor
3. Apraksia bucofacial

4. Apraksia simpatetik
5. Apraksia kinetik ekstremitas
( limb kinetic )

6. Apraksia konstruksional
7. Apraksia konseptual
8. Dressing apraxia

15
1. APRAKSIA IDEOMOTOR
Definisi: diskoneksi antara pusat
bahasa/visus yang memahami  Tidak dapat melaksanakan
perintah dan area motorik perintah yg diperintahkan
 Lesi parietal hemisfer dominan tetapi mampu untuk
 Tidak mampu utk menirukan menirukannya
bagaimana cara
menggunakan/mengimplementasi
kan secara bersama (palu, sikat
gigi, sisir) atau bagaimana cara
menendang atau melempar bola
 Contoh : Tes menyisir rambut
cara menyisir rambut dengan
memakai jari-jari tidak dengan
sisir
16
2. APRAKSIA IDEASIONAL
 Ketidakmampuan untuk merencanakan
serangkaian gerakan kompleks
(tidak paham tujuan gerakan) (defect on
motor planning)
 Ketidakmampuan
mengerjakan/mengkoordinasikan
serangkaian gerakan pada urutan tertentu
 Tes : mengirim surat tapi tidak bisa urut-
urutannya
 Lesi : left posterior temporoparietal junction 17
3. APRAKSIA BUCOFACIAL
 Lesi pada kedua hemisfer
 Px tidak dapat melakukan gerakan kompleks
diperintah yang melibatkan bibir, mulut dan muka,
tanpa ada kelemahan dari mulut, bibir dan muka
Gerakan spontan (+)
 Tes: bersiul, batuk, mengeluarkan lidah,
mengerutkan bibir

18
4. APRAKSIA SIMPATETIK
Ketidakmampuan penderita
melakukan gerakan motorik
kompleks pada anggota gerak
yang normal ( non paretic limb) Tes : px diperintah
adanya lesi hemisfer unilateral melambaikan tangan
dominan yang sehat ( pd px
karena : serat penghubung hemiplegi / hemiparese)
area bahasa hemisfer kiri
dengan area motorik hemisfer Interpretasi: px tidak bs
kanan terganggu melambaikan tangan
Penderita mengerti perintah &
tdk ada kelemahan pd tangan walaupun tidak ada
kiri tp tidak bisa melakukan kelemahan motorik
karena hemisfer kanan tidak
menerima perintah
19
5. APRAKSIA LIMB KINETIC
 Kesulitan dengan kontrol motorik halus
 Disfungsi primer pada jalur motorik, lesi ringan
pada traktus kortikospinalis
 Bentuk sederhana

 Jarang ditemukan

20
6. APRAKSIA KONSTRUKSIONAL

 Terjadi pada lesi lobus parietal


non dominan
 Gangguan pada kemampuan
pemahaman spatial relationship
(hubungan antar ruang)
 Terganggunya ketrampilan
visuospasial
 Test pemeriksaan :
sederhana gambar segiempat
menggambar 2/3 dimensi ex:
rumah dg atap dan cerobong
asap
21
7. APRAKSIA KONSEPTUAL

 Gangguan pada pengetahuan/knowledge tentang


bagaimana menggunakan, memilih suatu benda / alat
dengan benar
 Tidak dapat recall tipe spesifikasi alat dan kegunaannya
 Tidak mampu untuk mendeskripsikan fungsi suatu
alat(mechanical knowledge)
 Lesi : lobus parietal caudal

ex: ask to demonstrate the use of screwdriver either


pantomimic or using tools, the patient may pantomime a
hammering movement or use screwdriver as a hammer

22
8. DRESSING APRAXIA

 Kehilangan
kemampuan
berpakaian dengan
benar
 (pendapat lain :
bagian dr neglect
syndrome)
 Lesi lobus parietal
non dominan
 Tes : memakai baju

23
TERIMAKASIH

SEMOGA BERMANFAAT
Annisa 2013
25

Kleist K: Gehirnpathologie. In: Handbuch der ärztlichen Erfahrungen im Weltkrieg 1914/18, vol. IV, Barth, Leipzig,
1922−1934 dalam Baehr, Mathias. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology 2005: 376
M1 - Pars Sphenoid
Intra cerebral Haemorrhage
artery (a.
Lenticulostriata)

M2 - Pars Sylvii M3 - Pars Cortical

Anda mungkin juga menyukai