Anda di halaman 1dari 37

Tuberculosis (TBC)

Grup 1:
1. Novia Erlin
2. Ema Jihan Fazira
3. Risa Andriani
4. L. Ahmad Durmah Yahya
Enjoy your stylish business and campus life with BIZCAM
DEFINISI
Tuberculosis

Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh mycobacterium, yang berkembang biak di
dalam bagian tubuh dimana terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya menyebar
melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara utama menyerang paru-paru.

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain
yang rentan (Ginanjar, 2008).
ETIOLOGI
Tuberculosis

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis


BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya.
PATOFISIOLOGI
Setelah seseorang menghirup Mycobakterium
Tuberkolosis,
kemudiam masuk melalui mukosiliar saluran
pernafasan,
akhirnya basil TBC sampai ke alveoli (paru), kuman
mengalami
multiplikasi di dalam paru-paru disebut dengan
Focus Ghon,
melalui kelenjar limfe basil mencapai kelenjar
limfe hilus.
Focus Ghon dan limfe denopati hilus membentuk
Kompleks Primer.
Melalui kompleks Primer inilah basil dapat
menyebar melalui pembuluh
darah sampai keseluruh tubuh.
Klasifikasi
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru
dibagi dalam :
1)
Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif
adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-)
dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+)
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi
berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBCekstra-paruringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe,
pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang),
sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa duplex, TBC tulang
belakang, TBC usus, TBC saluran
kencing dan alat kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberculosis dan
telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak
spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent
(menghasilkan sputum)
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot
dan keringat di waktu di malam hari
KARAKTERISTIK
Karakteristik Individu
1. Umur
semakin tua umur seseorang maka semakin rentan terkena
penyakit TBC
2. Jenis kelamin
Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena
merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
menurunkansistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah
terpapar dengan agent penyebab TB Paru.
1. soniazid
Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya
ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel
mikobakterium.
2. Rifampisin
Mekanisme rifampisin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein, terutama
pada tahap transkripsi. Rifampisin menghalangi pelekatan enzim RNA polimerase dengan berikatan dengan
sisi aktif enzim tersebut.
3. Pirazinamid
Pirazinamid di dalam tubuh di hidrolisis oleh enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif
sebagai tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam. Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan
menghambat pembentukan asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri.
4. Ethambutol
Ethambutol merupakan tuberkuloslatik dengan mekanisme keria menghambat sintesis RNA.
5. Streptomisin
Streptomisin merupakan obat antibiotik yang termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat
membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein.
Terapi non Farmakologi
• Istirahat yang cukup
• Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan
vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan
meningkatkan sistem imun.
• Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
• Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti
dengan udara yang baru.
• Berolahraga, seperti jalan santai di pagi hari.
• Mencegah penularan
• Memulihkan kondisi pasien
• Pembedahan untuk mengambil jaringan yang rusak permanen
FASE
FASE INTENSIF
KATEGORI KASUS Tiap Hari
LANJUTAN
3 x Seminggu
Kategori I Kasus baru BTA positif; BTA negatif/rontgen 2HRZE 4H3R3
positif dengan kelainan parenkim luas; Kasus
TB ekstra paru berat

Kategori II Relaps BTA positif; gagal BTA 2HRZES 5H3R3E3

positif; Pengobatan terputus


1HRZE
Kategori III Kasus baru BTA negatif/rontgen positif sakit 2HRZ 4H3R3
ringan; TB ekstra paru ringan

Sisipan Bila pada ahir fase intensif, pengobatan 1HRZE


pasien baru BTA positif dengan kategori 1
atau pasien BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif.

E=Etambutol; H=Isoniazid; R=Rifampisin; Z=Pirazinamid; S=Streptomisin.


Dosis Panduan OAT-KDT
Catatan :
 Untuk pasien yang berumur 60 tahun
ke atas, dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan berat badank
 Untuk wanita hamil, lihat
pengobatan TB dalam keadaan
khusus
 Cara melarutkan streptomisin vial 1
gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7 mL sehingga
menjadi 4 mL (1 mL = 250 mg)
Dosis KDT sisipan ( HRZE )
Pengobatan TB pada anak
Pengobatan Pengobatan TB pada Anak Adapun dosis untuk
pengobatan TB jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1) 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2) 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2
bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali
seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada
resistensi terhadap INH). Pengobatan TB pada anak-anak jika INH dan
rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10
mg/kgbb dan mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
3. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus :
•TB tidak berat
•INH : 5 mg/kgbb/hari
•Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
•TB berat (milier dan meningitis TB)
•INH : 10 mg/kgbb/hari
•Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
•Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Study kasus
Tuan Faisal adalah penderita TB putus obat dan 2 hari yang lalu datang ke RS dengan keluhan batuk berdahak, sesak
nafas, tidak nafsu makan dan lemas.
Data pasien yang diperoleh:
Usia : 58 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 160 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Hasil laboratorium:
BTA positif
Foto rontgen infiltrate
Tes kultur jaringan dan resistensi didapatkan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman resisten terhadap golongan
antibiotic rifampisin, aminoglikosida dan kuinolon.
Diagnosa dokter: pasien TB MDR

TB MDR (Tuberculosis Multi Drug Resistance):


Pasien resisten terhadap Isoniazid dan Rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain. Contoh :
• resisten INH dan Rifampisin (HR)
• resisten INH, Rifampisin dan Etambutol (HRE)
• resisten INH, Rifampisin, Etambutol dan Streptomisin (HRES)
ANALISIS SOAP

1. Subjektif
Batuk berdahak, sesak nafas, tidak nafsu makan, lemas
2. Objektif
- Usia : 58 tahun
- Berat badan : 45 kg
- Tinggi badan : 160 cm
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- BTA positif
- Foto rontgen infiltrate
- Tes kultur jaringan Mycobacterium tuberculosis positif
3. Assesment

Ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, dapat dikarenakan pasien lupa minum obat menyebabkan pasien menjadi resisten
terhadap Rifampisin dan antibiotic golongan Kuinolon.
Plan
• Pasien resisten terhadap Fluorokuinolon (FQ) → pasien diberikan paduan individual → paduan terdiri dari 3 obat grup A dan
2 obat grup B
• Levofloxacin. Moxifloxacin harus dimasukkan ke dalam pengobatan pasien MDR pada paduan pengobatan jangka panjang →
tidak dapat dilakukan karena pasien
resisten terhadap kuinolon
• Bedaquiline harus dimasukkan ke paduan pengobatan TB-MDR jangka panjang untuk pasien >18 tahun
• Linezolid harus dimasukkan ke paduan pengobatan TB-MDR jangka panjang
• Clofazimin dan Cycloserin dapat dimasukkan ke dalam pengobatan pasien MDR yang menggunakan paduan TBRO jangka
panjang
• Jika paduan tidak dapat dibentuk dari obat grup A dan B saja, maka obat grup C ditambah untuk melengkapi paduan
pengobatan
• Etambutol dapat dimasukkan ke dalam pengobatan pasien MDR dengan paduan TBRO jangka panjang
Plan Pengobatan
Nama Obat Kode Grup Dosis

Bedaquiline Bdq A Minggu 1-2 : 400mg/hari, minggu 3-24 : 200mg/hari


3x seminggu

Linezolid Lzd A

Clofamizin Cfz B 100mg

Cycloserin Cs B 500mg/hari

Etambutol E C 800-1200mg/hari

Paduan jangka panjang dengan Bdq :


Total lama pengobatan :minimal 20 bulan
Pemberian setelah konversi : 16 bulan
Tidak ada tahap awal
1. Evaluasi Klinik 3. Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan
Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 pengobatan)
bulan pertama pengobatan selanjutnya ● Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan
setiap 1 bulan pada:
● Evaluasi : respons pengobatan dan ada ● Sebelum pengobatan
tidaknya efek samping obat serta ada ● Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus
yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan
tidaknya komplikasi penyakit
dapat dilakukan 1 bulan pengobatan)
● Evaluasi klinik meliputi keluhan , berat ● Pada akhir pengobatan
badan, pemeriksaan fisik. 4. Evaluasi efek samping secara klinik
● Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa
2. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan fungsi hati, fungsi ginjal dan darah lengkap
pengobatan) ● Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin,
● Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya ● fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah ,
konversi dahak serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta
atau efek samping pengobatan
● Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan
● Asam urat diperiksa bila menggunakan
mikroskopik pirazinamid
- Sebelum pengobatan dimulai ● Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase menggunakan etambutol (bila ada keluhan)
intensif) ● Pasien yang mendapat streptomisin harus
- Pada akhir pengobatan diperiksa uji keseimbangan dan audiometri (bila
● Bila ada fasiliti biakan : dilakukan ada keluhan)
pemeriksaan biakan dan uji resistensi
5. Evalusi keteraturan berobat
● Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan
diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat.
Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan
lingkungannya.
● Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
6. Evaluasi pasien yang telah sembuh
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal dalam 2
tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak dan foto
toraks. Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada
gejala) setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan
setelah dinyatakan sembuh.
Sebagian besar pasien menyelesaikan pengobatan tuberculosis
tanpa efek samping yang bermakna, namun sebagian kecil
mengalami efek samping. Oleh karena itu pengawasan klinis
terhadap efek samping harus dilakukan. Pemeriksaan
laboratorium tidak harus dilakukan secara rutin. Efek samping
obat antituberkulosis dapat dibagi menjadi efek samping
mayor dan minor jika timbul efek samping minor maka
pengobatan dapat diteruskan dengan dosis biasa atau kadang-
kadang dosis perlu diturunkan. Dapat diberikan pengobatan
simptomatik. Jika timbul efek samping berat atau mayor maka
pengobatan harus ditangani pada pusat pelayanan khusus
(BPOM, 2017) . Untuk efek samping dari obat tuberkulosis dan
penanganannya dapat dilihat pada tabel.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai