Anda di halaman 1dari 12

RADIKALISASI DAN GENERASI MUDA

1. Kerentanan Pemuda Terhadap Radikalime

Alasan atau penyebab :


• Krisis Identitas (transisi)
• Cognitive Opening (sebuah proses micro-
sosilogis yang mendekatkkan meraka pada
penerimaan terhadap gagasan baru yang lebih
radikal (Quintan Wiktorowicz, 2005)
Propaganda Radikalisme

• Perguruan Tinggi
• Organisasi masyarakat
• Lingkup Pemerintahan (Penceramah dan
pengelola mesjid dibeberapa kementrian
dan Lembaga hingga BUMN, terindikasi
terpapar radikalisme
• Pengertian Radikalisme adalah suatu paham yang
menginginkan sebuah perubahan atau pembaruan
dengan cara drastis hingga ke titik paling akar,
bahkan, untuk mencapainya melibatkan banyak cara
hingga yang paling ekstrem yaitu kekerasan baik
simbolik maupun fisik.

• Radikalisme yang merupakan suatu pemahaman


baru yang dibuat oleh pihak tertentu mengenai suatu
hal, seperti agama, sosial, dan politik, seakan
menjadi semakin rumit karena berbaur dengan
tindakan yang cenderung melibatkan kekerasan
Ciri kelompok radikalisme (Rokhmad, 2012)

1. Mengklaim kebenaran itu tunggal sehingga terlalu


enteng menyesatkan kelompok lain yang tidak
sependapat dengannya
2. memprioritaskan hal-hal yang bersifat
furu’iyah(sekunder) sehingga mengesampingkan
persoalan primer
3. terlalu ektrem dalam beragama bahkan terkadang
tidak dapat menempatkan suatu perkara sesuai
dengan situasi dan kondisi .
Badan Nasional Penanggulanagan Terorisme
(BNPT), Ciri gerakan radikalisme :

1) Intoleran (tidak mau menghargai pendapat &


keyakinan orang lain),
2) Fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap
orang lain salah),
3) Eksklusif (membedakan diri dari umat Islam
umumnya) dan
4) revolusioner(cenderung menggunakan cara-cara
kekerasan untuk mencapai tujuan).
• Munculnya Radikalisme Agama (Islam), yang
bersumber dari :
1. Pemahaman keagamaan yang literal, sepotong-potong terhadap ayat Al
Quran.
2. Bacaan yang salah terhadap sejarah umat Islam yang dikombinasikan
dengan idealisasi berlebihan terhadap umat Islam pada masa tertentu.
3. Deprivasi politik, sosial dan ekonomi yang masih bertahan dalam
masyarakat.
4. Masih berlanjutnya konflik sosial bernuansa intra dan antar agama
dalam masa reformasi
5. Melalui internet, selain menggunakan menggunakan media kertas,
kelompok radikal juga memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan
buku-buku dan informasi mengenai jihad
Ada 3 faktor yang bisa digunakan untuk menjelaskan
fenomena radikalisme di kalangan kalangan anak muda :
(Azca, 2013:34).

1. Dinamika sosial politik di fase awal transisi menuju


demokrasi yang membuka struktur kesempatan politik
(political opportunity structure) yang baru di tengah
tingginya gejolak dan ketidakpastian.
2. Transformasi gerakan radikal Islam yang sebagian memiliki
geneologi pada awal kemerdekaan.
3. Tingginya angka pengangguran di kalangan kalangan anak
muda di Indonesia.
2. Menangkal Radikalisme dikalangan generasi muda

Membentengi generasi muda dari keterpengaruhan ajaran dan ajakan


kekerasan Yaiyu 3 institusi sosial yang sangat penting untuk
memerankan diri dalam melindungi generasi muda.

• Pendidikan, melalui peran lembaga pendidikan, guru dan kurikulum


dalam memperkuat wawasan kebangsaan, sikap moderat dan toleran
pada generasi muda.
• Keluarga, melalui peran orang tua dalam menanamkan cinta dan kasih
sayang kepada generasi muda dan menjadikan keluarga sebagai unit
konsultasi dan diskusi.
• Komunitas: melalui peran tokoh masyarakat di lingkungan masyarakat
dalam menciptakan ruang kondusif bagi terciptanya budaya
perdamaian di kalangan generasi muda.
Beberapa upaya Kementerian Agama dalam upaya mencegah paham
radikalisme, diantara upaya tersebut adalah:
 Membentuk Team Cyber Anti-Radikalisme dan Anti-Narkoba
 Mereview Kegiatan/Program yang tidak prioritas dan menggantinya
dengan Kegiatan Anti-Radikalisme.
 Mensosialisasikan ajaran Agama yang santun, saling menghargai,
saling menghormati, damai, toleran, hidup rukun, menerima
keberagaman dan kemajemukan, memiliki rasa cinta Tanah Air dan
bela Negara serta ajaran agama yang Rahmatan Lil’alamin
 Memberdayakan peran Penyuluh Agama Fungsional/Penyuluh Non-
PNS, Muballigh, Penceramah dan KUA Kecamatan dalam upaya
pencegahan paham Radikalisme
 Memberdayakan Lembaga Pendidikan Agama Formal (RA/BA, MI,
MTs dan MA) maupun Lembaga Pendidikan Agama Non-Formal
(TKQ, TPQ, DTA dan Pondok Pesantren) dalam upaya Pencegahan
Paham Radikalisme kepada Santri/Siswa
Pembinaan Agama bagi siswa di sekolah-sekolah melalui Guru
Pendidikan Agama untuk mencegah masuknya paham radikalisme.
Menjalin hubungan koordinatif dengan Lembaga/Ormas
Keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu
dalam upaya mencegah Paham Radikalisme
Bermitra dengan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan FKUB
dalam Mewujudkan Tri Kerukunan Agama.
Melakukan penanggulangan paham Radikalisme dengan edukasi
masyarakat, penyuluhan, bimbingan masyarakat di sekolah,
keluarga, pesantren, majelis taklim, serta sejumlah program
seperti dialog, workshop, dan diklat.
Melakukan pemulihan paham Radikalisme yang dilakukan dengan
penyuluhan dan konseling, misalnya,  terhadap eks-NAPI teroris. 
Generasi muda harus mempunyai imuntas dan daya
tangkal yang kuat dalam menghadapi pengaruh dan
ajakan radikal terorisme, dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut :

1) Tanamkan jiwa nasionalisme dan kecintaan


terhadap NKRI,
2) Perkaya wawasan keagamaan yang moderat,
terbuka dan toleran,
3. Bentengi keyakinan diri dengan selalu waspada
terhadap provokasi, hasutan dan pola rekruitmen
teroris baik di lingkungan masyarakat maupun dunia
maya,
4. Membangun jejaring dengan  komunitas damai
baik offline maupun online untuk menambah
wawasan dan pengetahuan dan
5. Bergabunglah di damai.id sebagai media
komunitas dalam rangka membanjiri dunia maya
dengan pesan-pesan perdamaian dan cinta NKRI.

Anda mungkin juga menyukai