Curd production
Milk treatment
o Susu yang akan digunakan untuk sebagian besar jenis keju sebaiknya dipasteurisasi
sebelum dipompa ke dalam tangki keju (cheese tank) atau Cheese vat.
o susu untuk keju Swiss Emmenthal tradisional atau keju Parmesan adalah
pengecualiannya.
o Susu yang dibuat untuk keju ini biasanya tidak dihomogenisasi kecuali jika susu tersebut
dibuat dari susu recombined
o Hal ini disebabkan karena homogenisasi menyebabkan kemampuan mengikat air
menjadi meningkat, sehingga sangat sulit untuk menghasilkan semi- hard dan hard-
cheese
o Hilangnya lemak dan padatan kering di dalam whey jadi meningkat.
o Untuk Blue dan Feta Cheese yang terbuat dari susu sapi , lemaknya dihomogenisasi
dalam bentuk krim 15-20%. Tujuannya untuk membuat produk lebih putih dan
membuat lemak susu dapat diakses oleh aktivitas lipolitik dimana terbentuk asam
lemak bebas ; yang merupakan komponen penting untuk flavour kedua jenis keju ini.
Cheese Processing
Filling
o Dalam semua pembuatan keju, masuknya udara harus dihindari saat susu
dimasukkan tangki pembuat keju, karena ini akan mempengaruhi kualitas koagulum
dan cenderung menyebabkan hilangnya lemak dan kasein dalam whey.
o Sebaiknya susu dimasukkan kedalam tangki melalui kombinasi pipa saluran masuk &
keluar bagian bawah untuk mengurangi busa.
Starter addition
o Kultur Starter biasanya ditambahkan ke susu pada suhu renneting, sambil tangki keju diisi
susu.
Ada dua alasan untuk dosis in-line awal starter:
1. Untuk mencapai distribusi bakteri yang baik dan seragam
2. Memberi waktu bakteri untuk menyesuaikan diri dengan media baru.
o Waktu yang dibutuhkan dari inokulasi hingga awal pertumbuhan, disebut dengan waktu
pre-ripening, sekitar 30 hingga 60 menit, khususnya jika menggunakan deep frozen kultur.
o Jumlah starter yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai dengan jenis keju.
Cheese Processing
Pre-stirring
o Segera setelah pemotongan, butiran curds sangat sensitif terhadap perlakuan mekanis
, oleh karena itu pengadukan harus lembut.
o Jika harus dilakukan, itu harus cukup cepat itu harus cepat cukup untuk menjaga butiran
curds terpisah dengan whey.
o Sedimentasi curds di bagian bawah cheese vat menyebabkan pembentukan gumpalan. Hal ini
menyebabkan mekanisme pengadukan yang dilakukan harus sangat kuat.
o Curd rendah lemak memiliki kecenderungan kuat untuk tenggelam ke dasar cheese vat, yang
berarti pengadukan harus lebih intens daripada curd dengan kandungan lemak tinggi.
o Gumpalan dapat memengaruhi tekstur keju, sekaligus menyebabkan hilangnya kasein ke
dalam whey.
o Perlakuan mekanis curd dan produksi lanjutan asam laktat oleh bakteri membantu
mengeluarkan whey dari butiran curd.
Cheese Processing
Traditional semimanual
cheese vat
A Stirring
B Cutting
C Whey Drainage
D Pressing
Heating/cooking/scalding
o Perlakuan panas diperlukan selama proses pembuatan keju untuk mengatur ukuran dan
pengasaman curd.
o Pertumbuhan bakteri penghasil asam dibatasi oleh panas, yang digunakan untuk mengatur
produksi asam laktat.
o Selain efek bakteriologis, panas juga mendorong kontraksi curd yang disertai dengan
pengeluaran whey (sineresis).
o Tergantung pada jenis keju, pemanasan dapat dilakukan dengan cara:
o Waktu dan suhu untuk pemanasan ditentukan oleh metode pemanasan dan jenis keju.
o Pemanasan hingga suhu di atas 40 ° C,terkadang juga disebut memasak (cooking), biasanya
berlangsung dalam dua tahap.
o Pada suhu 37 -38 ° C, aktivitas bakteri asam laktat mesofilik terhambat, dan pemanasan
dihentikan untuk memeriksa keasaman, setelah itu pemanasan dilanjutkan sampai
memperoleh suhu akhir yang diinginkan.
Cheese Processing
Heating/cooking/scalding
o Di atas 44 ° C, bakteri mesofilik benar-benar dinonaktifkan, dan mereka dimatikan pada suhu
52 ° C selama 10 dan 20 menit.
o Cheddar Cheese dimasak dengan steam di jaket cheese tank/cheese vat. Slope pemanasan
biasanya 0,2 - 0,5 ° C / menit.
o Pemanasan melebihi 44 ° C biasanya disebut scalding
o Beberapa tipe keju, seperti Emmenthal, Gruyère, Parmesan dan Grana, dipanaskan pada suhu
setinggi 50 - 56 ° C. Hanya bakteri penghasil asam laktat yang tahan panas yang dapat
bertahan dari perlakuan ini . Salah satunya adalah Propionibacterium freudenreichii ssp.
shermanii, yang sangat penting untuk pembentukan karakter keju Emmenthal.
Final stirring
o Sensitivitas butiran curd menurun saat proses pemanasan dan pengadukan.
o Lebih banyak whey yang keluar dari butiran curd selama proses pengadukan terakhir,
terutama karena pembentukan asam laktat yang berkelanjutan , sama halnya dengan efek
mekanis pengadukan mekanis.
o Durasi pengadukan akhir tergantung pada keasaman dan kandungan air yang diinginkan
dalam keju.
Cheese Processing
o whey, ketika berada didalam campuran curd dan whey, ada dalam tiga bentuk:
??????
Cheese Processing
Drainage principles
o Whey bebas mudah dialirkan dengan meningkatkan kekompakan block curd melalui
pressing.
o Whey di dalam butiran lebih sulit untuk dikeluarkan, namun dengan meningkatnya keasaman
akan memberi tekanan pada butiran curd, whey ini akan dikeluarkan dan menjadi whey
bebas.
o Whey yang terikat dengan protein tidak dapat dikeluarkan di dalam prosedur pembuatan keju
yang normal.
o Sangat penting untuk proses drainase bahwa pelepasan whey dilakukan
dengan perlahan dengan tidak memberikan tenaga yang berlebihan pada curd.
o Selama drainase whey, butir curd berubah bentuk dan sebagian menyatu karena tekanan
statis dikolom atau vat pre-press.
o Tergantung pada bagaimana butiran curd diperlakukan setelah pemisahan whey, akan
diperoleh 4 jenis keju yang berbeda yaitu :
Jika butir curd diisi ke cetakan dan selanjutnya dipres, hasilnya adalah keju dengan
struktur terbuka atau butiran, mis. Tilsiter
Jika butir curd dikumpulkan dalam bentuk layer selama proses pengasaman,
menghasilkan keju dengan tekstur tertutup, mis. Cheddar, mozzarella
Jika curd dicuci dengan air dan didinginkan, lalu dicampur dengan krim atau saus,
Produk akhirnya adalah cottage cheese.
Jika curd dijaga di bawah permukaan whey selama proses kombinasi darining dan pre-
Cheese Processing
Drainage principles
Parameter yang terkait dengan kualitas keju, yang harus dikontrol sebelum proses produksi
dilanjutkan :
o Kadar air
o Suhu
o Kandungan lemak
o Keasaman
o Ukuran butiran curd dan distribusi ukuran
o Kekuatan curd dan deformabilitas
o Cetakan dan tutupnya yang mempunyai lubang kecil , bagian dalamnya dipasang dengan
jaring. /kain cheese
o Jaring dapat digantung bebas atau dimasukkan ke dalam cetakan.
o Lobang pada cetakan bagian dalam berkontribusi dalam pembentukan kulit cheese dan
memberikan drainase yang baik.
Cheese Processing
Cheese moulds
o Sebagian besar cetakan keju terbuat dari plastik, tetapi pada beberapa pabrik masih
menggunakan cetakan stainless steel.
o Desainnya harus sangat kaku, tahan terhadap tekanan yang diterapkan, pengangkutan dan
penanganan mekanis.
o Setiap cetakan dan penutup digunakan beberapa kali selama proses produksi.
o Cetakan harus juga tahan terhadap deterjen pembersih biasa saat melewati bagian
pembersihan (cleaning) dalam lingkaran produksi.
Cheese Processing
Cheese Processing
Pressing
o Kecepatan pengepresan dan tekanan yang diterapkan disesuaikan dengan masing-masing
jenis keju.
o Pressing harus dilakukan secara bertahap pada awalnya, kare tekanan yang tinggi akan
menekan lapisan permukaan dan dapat mengunci cairan ke dalam kantong yang terdapat di
dalam cheese.
o Tekanan yang diterapkan pada keju harus dihitung per satuan luas dan bukan per keju, karena
setiap keju dapat bervariasi ukurannya, mis. 300 g / cm2.
o Tekanan yang digunakan tergantung pada:
• Dimensi keju
• Suhu curd
• Kandungan lemak
• Tingkat keasaman
• Tipe cetakan
• Jumlah whey yang tersisa dalam keju
• Waktu yang digunakan untuk pressing
o Kebanyakan pengepres keju adalah pengepres tunggal, kecuali untuk cheddar, dalam hal ini
menggunakan cetakan ditumpuk.
Cheese Processing
Pressing
o Tekanan, hidrolik atau pneumatik, digunakan untuk menekan silinder - satu untuk setiap
cetakan.
o Keju bisa di press per batch atau per baris dalam kondisi di mana press konveyor digunakan.
o Trennya sekarang ini adalah ke arah sytem press yang close system.
o Keuntungannya lebih baik kontrol diatas suhu ruangan dan alat pressing bisa dibersihkan
menggunakan system CIP total.
Moulding
o keju Pasta Filata sering tersedia dalam berbagai bentuk - bola, pir, sosis, dll - sulit untuk
menggambarkan proses pencetakan.
o Namun otomatis mesin moulding tersedia dalam bentuk kotak atau persegi panjang, yang
umum untuk pizza cheese
Cheese Processing
Moulding
o Elastis curd dimasukkan ke cetakan pada suhu 55 - 65 ° C.
o Untuk menstabilkan bentuk keju dan memudahkan pengosongan cetakan, cetakan keju
harus didinginkan.
o Untuk mempersingkat periode pendinginan / pengerasan, hardening tunnel harus
dihubungkan dengan Pasta Filata komplit line.
Salting
o Dalam pembuatan cheese garam sselain berfungsi sebagai bumbu, garam juga memiliki efek
penting lainnya, seperti memperlambat aktivitas kultur starter dan bakteri yang terkait
dengan proses ripening cheese .
o Penambahan garam ke curd menyebabkan lebih banyak cairan yang dikeluarkan, baik
melalui efek osmotic dan efek penggaraman pada protein.
o Tekanan osmotik menciptakan hisapan pada permukaan curd yang menyebabkan cairan
ditarik keluar,kecuali jika kandungan garam keju adalah 0,5 - 2,0%.
o Blue cheesee dan varian white pickled (Feta, Domiati, dll.), biasanya memiliki kadar garam
3 - 7%.
Cheese Processing
Salting
o Pertukaran kalsium untuk natrium dalam parasaseinat yang dihasilkan dari proses salting juga
memiliki pengaruh yang baik pada konsistensi keju yang menjadi lebih halus.
o Secara umum, untuk semi-hard cheese , curd diberi garam pada pH 5,3 - 5,6, yaitu sekitar. 5 -
6 jam setelah tambahan starter vital, asalkan susu tidak mengandung bakteria atau zat
penghambat lainnya.
o Metode salting bisa dilakukan melalui dry salting, brine salting
Ripening (curing)
o Setelah mengental, semua keju, selain keju segar, akan mengalami rangkaian proses yang
bersifat mikrobiologi, biokimia dan fisik secara alamiah.
o Perubahan ini mempengaruhi laktosa, protein dan lemak, dan merupakan siklus ripening
yang sangat bervariasi antara hard-cheese, medium-soft dan soft-cheese.
o Perbedaan yang cukup besar terjadi bahkan di dalam kelompok ini.
Cheese Processing
Lactose decomposition
o Teknik-teknik yang telah didisain dalam pembuatan berbagai jenis keju selalu diarahkan
untuk mengontrol dan mengatur pertumbuhan dan aktivitas bakteri asam laktat.
o Dengan cara ini, dimungkinkan untuk secara bersamaan mempengaruhi tingkat dan
kecepatan fermentasi laktosa.
o Dalam proses cheddaring, laktosanya sudah difermentasi sebelum dadih dimasukkan ke
dalam hoops.
o Hal ini konsen nya berlaku juga untuk jenis keju yang lain, fermentasi laktosa harus dikontrol
sedemikian rupa sehingga sebagian besar dekomposisi laktosa terjadi selama proses pressing
cheese, paling lambat, selama minggu pertama, atau mungkin dua minggu pertama pada saat
proses penyimpanan (storage ).
o Asam laktat yang dihasilkan sebagian besar dinetralkan oleh komponen penyangga susu, yang
sebagian besar dimasukkan ke dalam curd.
o Asam laktat ada dalam bentuk laktat di keju dan pada tahap selanjutnya, laktat menjadi
substrat yang sesuai untuk bakteri asam propionat, yang merupakan bagian penting dari
microflora Emmenthal, Gruyère dan jenis keju serupa.
Cheese Processing
Lactose decomposition
o Selain asam propionat dan asam asetat, karbon dioksida juga cukup banyak diproduksi,
yang merupakan penyebab langsung dari pembentukan round-eyes yang besar pada jenis
keju yang disebutkan di atas.
o Laktat juga dapat diuraikan oleh bakteri asam butirat. Jika kondisi sebaliknya menguntungkan
untuk fermentasi ini, hydrogen berevolusi, terjadi penambahan asam lemak volatil tertentu
dan karbon dioksida.
o Fermentasi yang salah ini muncul pada tahap akhir, dan hidrogen sebenarnya bisa
menyebabkan keju pecah.
o Kultur starter biasanya digunakan dalam produksi kebanyakan hard dan medium-soft cheese
tidak hanya menyebabkan laktosa fermentasilaktosa tetapi juga memiliki kemampuan untuk
menyerang asam sitrat dalam keju secara simultan. Hal ini akan menghasilkan karbon
dioksida yang berkontribusi pembentukan baik round maupun granular eyes.
o Fermentasi laktosa disebabkan oleh enzim laktase yang ada dalam laktat bakteri asam.
Cheese Processing
Protein decomposition
Cheese Processing
Protein decomposition
o Pada medium-soft cheese seperti Tilsiter dan Limburger, dua proses ripening diproses
berjalan paralel satu sama lain, seperti ripening normal hard rennet cheese dan proses
ripening di smear (pelumuran) yang terbentuk pada permukaan.
Dalam proses berikutnya (ripening kedua), dekomposisi protein berproses lebih jauh sampai
terbentuk amonia sebagai hasil aktifitas proteolitik yang kuat dari bakteri smear
Storage
o Tujuan penyimpanan adalah untuk menciptakan kondisi eksternal yang ada diperlukan untuk
mengontrol siklus ripening keju sejauh mungkin.
o Untuk setiap jenis keju, kombinasi suhu dan kelembaban relative (RH), sirkulasi udara dan
kecepatan udara harus dijaga dalam perbedaan ruang penyimpanan selama berbagai tahap
ripening.
o Jenis keju yang berbeda membutuhkan suhu dan kelembabab relatif (RH) yang berbeda pula
selama di ruang penyimpanan.
Cheese Processing
Storage
o Kondisi iklim yang baik merupakan hal penting umtuk tingkat ripening , penurunan berat
,pembentukan kulit dan perkembangan permukaan flora (di Tilsiter, Romadur dan lainnya) ,
dengan kata lain mempengaruhi sifat atau karakteristik total dari keju.
o Keju dengan kulit biasanya tipe hard dan semihard dapat disiapkan dengan shrinkable plastic
bag, parafin atau lapisan lilin.
o Keju tanpa kulit ditutup dengan plastic film atau dikemas dalam shrinkable plastic bag ,
sebagian besar dalam kondisi vakum.