Anda di halaman 1dari 46

Kebakaran dan

Ledakan di Industri
T E K N I K K E S E H ATA N D A N K E S E L A M ATA N K E R J A
D E PA RT E M E N T E K N I K K I M I A
U N I V E R S I TA S S U M AT E R A U TA R A
Don’t Try This
Kita dapat mematikan rokok yang menyala dengan memasukkannya
ke dalam wadah tertutup yang terisi penuh bensin!
Tapi sebaliknya, bila kita masukkan puntung rokok menyala ke dalam
wadah yang sama tetapi bensinnya telah dipindahkan (tinggal
uapnya saja), hampir yakin ledakan dahsyat akan dihasilkan.
Jadi, tampak jelas suatu bahan akan aman pada kondisi fisik tertentu,
tetapi dapat mencelakakan pada kondisi fisik yang lain.
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Semua bahan mempunyai rentang daerah perbandingan bahan: udara
yang aman, di luar daerah perbandingan itu bahan akan meledak.
Jadi, bila terlalu sedikit bahan (terlalu banyak udara) atau terlalu
banyak bahan (dengan kata lain terlalu sedikit udara), ledakan
(pembakaran) tidak akan terjadi.
Rentang inilah yang disebut rentang kedapatbakaran atau peledakan
(flammability or explosion limits, FL/EL).
Semakin luas rentang FL/EL, semakin tinggi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Kebakaran, terjadi bila bahan kimia yang mudah terbakar (pelarut
organik dan gas) berkontak dengan sumber panas. Sumber panas
dapat berupa api terbuka, logam panas, bara api atau loncatan listrik.
Kebakaran dapat pula menimbulkan ledakan lain yang lebih dahsyat
atau dapat juga menghasilkan bahan lain yang bersifat racun.
Ledakan, yaitu suatu reaksi yang amat cepat dan menghasilkan gas
dalam jumlah yang besar. Ledakan dapat terjadi oleh reaksi yang
amat cepat dari bahan peledak, atau gas yang mudah terbakar atau
reaksi dari berbagai peroksida organik. Dapat juga terjadi karena
adanya gas cair pada tekanan tinggi yang tidak terkendali.
Difference between fires and explosions
Rate of energy release
Fires release energy slowly, explosions release energy rapidly
Fires can result from explosions, explosions can result from fires
Analogy example: automobile tire.
Compressed air within tire contain energy.
If energy is release slowly through nozzle, tire is harmlessly deflated.
But if tire ruptures suddenly and all energy within the compressed tire releases
rapidly, the result is dangerous explosion
Tire explosion
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Materi mudah terbakar (flammable material) : padat, cair, uap, atau
gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila
dipaparkan pada sumber nyala, misalnya pelarut (solvent) seperti
benzena, etanol, debu aluminum, gas hidrogen, dan metan.
Materi yang spontan terbakar (spontaneously ignitable material) :
padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber
nyala, misalnya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan
oksidasi atau kegiatan lain seperti aktivitas mikrobiologis. Contoh
materi ini misalnya fosfor putih.
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Bahan Peledak (explosive) : materi kimia ini dapat meledak, biasanya
karena adanya kejutan (shock), panas, atau mekanisme lainnya.
Contoh materi ini misalnya dinamit dan trinitrotoluen (TNT).
Pengoksidasi (oxidizer) : Materi yang menghasilkan oksigen, baik
dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas.
Contoh materi ini adalah amonium nitrat dan benzoil peroksida.
Gas bertekanan: yaitu gas yang disimpan dalam tekanan tinggi baik
gas yang ditekan, gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut di
bawah tekanan.
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Materi tersebut kadangkala menjadi lebih berbahaya bila berada dalam
kondisi tercampur dengan bahan lain.
Kadangkala secara tidak sengaja terjadi pencampuran antara 2 materi
yang asalnya tidak berbahaya.
Pencampuran bahan berbahaya dapat menyebabkan:
o Timbulnya bahan toksik
o Timbulnya gas bakar yang dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan,
atau
o Panas akibat reaksi kimia yang terjadi akan dapat membakar bahan
mudah terbakar di sekitarnya.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk bahan toksik:
Bila kita mencampur larutan asam yang banyak digunakan secara
komersial untuk menghilangkan karat atau untuk membersihkan
wastafel atau WC dengan pemutih cucian atau disinfektan yang
digunakan dalam kolam renang.
Reaksi yang terjadi akan berlangsung secara spontan, menghasilkan
gas klorin yang sangat toksik melalui pernafasan.
Tubuh manusia mentolerir konsentrasi bahan ini dengan konsentrasi
tidak lebih dari 1 ppm di udara.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk nyala atau bahan eksplosif:
Bahan logam natrium akan dapat terbakar dengan sendirinya bila
terdapat uap air yang berkontak dengannya, karena reaksi yang
terjadi akan menghasilkan gas hidrogen yang dapat terbakar tanpa
adanya pemantik api.
Misalnya gudang penyimpan logam natrium terbakar.
Bila api yang dipadamkan dilakukan dengan air, maka kebakaran akan
tambah besar, karena dihasilkan gas hidrogen.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk panas:
Bahan-bahan pengoksidasi adalah contoh bahan berbahaya yang
siap bereaksi dengan bahan mudah terbakar, menyebabkan
terjadinya swa-kebakaran.
Bila larutan asam nitrat (oksidator) tercampur dengan tepung beras,
akan memungkinkan bahan tepung tersebut secara spontan akan
terbakar.
Interaksi Bahan
Beberapa bahan kimia yang amat korosif, seperti asam sulfat, asam
klorida, natrium hidroksida, dapat merusak wadahnya. Kerusakan ini
menyebabkan interaksi antar bahan sehingga menimbulkan reaksi-
reaksi berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau menimbulkan
racun.
Interaksi antara zat oksidator dan reduktor dapat menimbulkan
ledakan dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan garam
dapat menimbulkan gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan
yang mungkin bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk panas:
Bahan-bahan pengoksidasi adalah contoh bahan berbahaya yang
siap bereaksi dengan bahan mudah terbakar, menyebabkan
terjadinya swa-kebakaran.
Bila larutan asam nitrat (oksidator) tercampur dengan tepung beras,
akan memungkinkan bahan tepung tersebut secara spontan akan
terbakar.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk panas:
Bahan-bahan pengoksidasi adalah contoh bahan berbahaya yang
siap bereaksi dengan bahan mudah terbakar, menyebabkan
terjadinya swa-kebakaran.
Bila larutan asam nitrat (oksidator) tercampur dengan tepung beras,
akan memungkinkan bahan tepung tersebut secara spontan akan
terbakar.
Interaksi Bahan
Interaksi bahan membentuk panas:
Bahan-bahan pengoksidasi adalah contoh bahan berbahaya yang
siap bereaksi dengan bahan mudah terbakar, menyebabkan
terjadinya swa-kebakaran.
Bila larutan asam nitrat (oksidator) tercampur dengan tepung beras,
akan memungkinkan bahan tepung tersebut secara spontan akan
terbakar.
Rentang Kedapatbakaran atau Peledakan
Contoh: n-pentana, yang merupakan komponen penting, baik di
premium maupun elpiji.
N-pentana akan terbakar di udara dalam rentang nilai persen volume
n-pentana = 1,5 - 7,5 %. Bila kita kenakan percikan api atau nyala
pada campuran pentana dan udara di luar rentang tersebut, ledakan
atau kebakaran tidak akan terjadi.

Ada bahan yang memiliki rentang FL/EL yang cukup lebar.


Hidrogen memiliki rentang dari 4 - 74 %
Asetilen (gas yang digunakan para pengelas karbit) memiliki rentang
2,5 - 80 %.
Rentang Kedapatbakaran atau Peledakan
The minimum concentration of a particular combustible gas orvapor
necessary to support its combustion in air is defined as theLower
Explosive Limit (LEL) for that gas.
Below this level, the mixture is too “lean” to burn.
The maximum concentration of a gasor vapor that will burn in air is
defined as the Upper ExplosiveLimit (UEL).
Above this level, the mixture is too “rich” to burn.
The range between the LEL and UEL is known as the flammable
range for that gas or vapor.
Rentang Kedapatbakaran atau Peledakan
The values shown in the table are valid only for the conditions under
which they were determined (usually room temperature and
atmospheric pressure using a 2 inch tube with spark ignition).
The flammability range of most materials expands as temperature,
pressure and container diameter increase.
Rentang Kedapatbakaran atau Peledakan
Suhu Nyala (Flash Point)
Selain rentang FL/EL, ada dua sifat fisik lain yang penting dan
berhubungan dengan pembakaran serta ledakan, yakni suhu nyala
(Flash point) dan suhu swa-nyala (Autoignition Point).
Suhu nyala suatu zat adalah suhu di mana zat tersebut akan
menghasilkan uap dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan
pembakaran yang kontinu.
Dengan kata lain, zat tersebut menghasilkan uap sehingga
perbandingan zat dan udara paling tidak berada di batas bawah
rentang FL. Semakin rendah suhu nyala, semakin mudah bahan
terbakar.
Suhu Nyala (Flash Point)
Ambil contoh premium.
Bahan bakar ini mempunyai suhu nyala di bawah 0 C sehingga
dengan mudah tercapai keadaan yang memungkinkan terjadinya
pembakaran.
Premium yang tersimpan di tangki mobil atau di jerigen akan
mempunyai nilai perbandingan premium udara di atas rentang FL
sehingga tidak akan terbakar.
Pembakaran baru dapat terjadi bila uap premium tadi dikontakkan
dengan udara segar sehingga tercapai nilai perbandingan premium
udara di rentang FL.
Suhu Nyala (Flash Point)
Minyak tanah mempunyai suhu nyala 46 C.
Oleh sebab itu, pada lampu petromaks yang menggunakan minyak
tanah diperlukan spiritus untuk memulai terjadinya pembakaran.
Spiritus dengan suhu nyala 13 C, relatif lebih mudah dibuat
mencapai keadaan pembakaran, cukup dengan panas dari korek api.
Panas hasil pembakaran spiritus ini kemudian akan memanaskan
minyak tanah sehingga pembakaran kontinu dapat terjadi.
Suhu Nyala (Flash Point)
Tetapi, mengapa lampu tempel atau kompor yang juga menggunakan
minyak tanah tidak perlu didahului dengan menyalakannya dengan
spiritus?
Di sini yang berperan adalah sumbu pada lampu tempel atau kompor
minyak tersebut.
Sumbu lampu atau kompor itu terbuat dari bahan yang berserat dan
berpori-pori.
Bahan dengan sifat berserat dan berpori tadi bertindak seolah
banyak tabung-tabung sangat mini (kapiler) sehingga minyak tanah
dapat naik dengan spontan (lewat gaya kapiler).
Suhu Nyala (Flash Point)
Pada saat minyak tanah mencapai ujung sumbu yang tidak tercelup
minyak, butiran minyak tanah tadi akan bersentuhan dengan udara
yang lebih banyak dan memungkinkannya dengan cepat membentuk
uap.
Akibat dari hal itu, dengan nyala korek pun suhu nyala di atas sumbu
dapat tercapai.
Dengan kata lain, adanya sumbu membuat suhu nyala minyak tanah
diturunkan.
Suhu Nyala (Flash Point)
Hal yang sama dapat digunakan untuk menjelaskan mudahnya kita
menyalakan lilin yang bersumbu dibandingkan lilin tanpa sumbu atau
yang sumbunya terlalu pendek (sampai rata dengan permukaan
lilinnya).
Suhu Swa-Nyala (Autoignition Point)
Nah apakah selalu kita perlukan percikan api atau nyala api untuk
mengawali pembakaran? Tidak!
Dengan adanya panas dari luar, misalnya kontak dengan sesuatu
yang panas atau sengaja diberi kalor dari luar, zat dapat juga
terbakar.
Mesin disel bekerja dengan cara seperti ini.
Campuran solar dan udara dipanaskan dengan cara menaikkan
tekanan dengan menekan piston.
Bila campuran sudah cukup panas, solar akan terbakar dengan
sendirinya tanpa perlu percikan api.
Suhu Swa-Nyala (Autoignition Point)
Suhu di mana terdapat panas yang cukup untuk
menyebabkan bahan dengan spontan mulai terbakar
tanpa perlu bantuan percikan api disebut dengan suhu
swa-nyala (auto-ignition point). Fire point (self-
ignition temperature)

Semakin rendah suhu swa-nyala semakin mudah bahan


terbakar.
Suhu swa-nyala:
Minyak tanah = 250 C ; Premium = sekitar 430 C.
Kasus Kebakaran PT Petrowidada,
Gresik
Kebakaran besar yang terjadi pada Selasa sore, 20 Januari 2004,
yakni ledakan (kebakaran) di PT Petrowidada yang memproduksi
anhidrida ftalat (Phthalic Anhydride/PA) dan anhidrida maleat
(Maleic Anhydride/MA).
Senyawa FL (%) Suhu Swa-Nyala (C)
Maleic Anhydride/MA 1,4 - 7,1 477
Phthalic Anhydride/PA 1,7 - 10,5 570

MA dan PA suhu swa-nyalanya cukup tinggi, tetapi suhu nyalanya


relatif rendah dan mempunyai rentang FL yang relatif sempit.
Kasus Kebakaran PT Petrowidada,
Gresik
Salah satu kemungkinan mekanisme kebakaran adalah:
Tekanan dalam tabung terlalu tinggi sehingga tabung tak dapat
menahan MA/PA.
MA/PA bercampur dengan udara mencapai komposisi di daerah
rentang FL, ada percikan api dan atau daerah swa-nyala tercapai
karena banyaknya jumlah MA/PA sehingga ledakan atau kebakaran
hebat terjadi
Kasus Kebakaran PT Petrowidada,
Gresik
Salah satu kemungkinan mekanisme kebakaran adalah:
Tekanan dalam tabung terlalu tinggi sehingga tabung tak dapat
menahan MA/PA.
MA/PA bercampur dengan udara mencapai komposisi di daerah
rentang FL, ada percikan api dan atau daerah swa-nyala tercapai
karena banyaknya jumlah MA/PA sehingga ledakan atau kebakaran
hebat terjadi
Safety in Biogas Plant
Raw biogas usually consists of the following components:
• Methane (50mol% to 80mol%)
• Carbon dioxide (20 mol% to 50 mol%)
• Water vapor (0 mol% to 12 mol%)
• Nitrogen (0 mol% to 5 mol%)
• Oxygen (0 mol% to2 mol%)
• Hydrogen sulfide (0.01 mol% to 0.4mol%(100 to 4000 ppm(v)),
• and traces of ammonia, hydrogen and higher hydrocarbons.
Safety in Biogas Plant
Triangular Diagrams
Safety in Biogas Plant
Safety in Biogas Plant
The LEL and UEL of methane in air are read off on the
left side of the diagram.
The values are LEL = 4.3 mol% and UEL = 16.3 mol%
in this case.
The air fraction at the apex of the explosion region is
used to determine the limiting oxygen concentration
(LOC).
The air fraction is found with 65 mol%. This
corresponds to an oxygen concentration of 13.6 mol%.
Safety in Biogas Plant
Some basic statements can already be made by using these key data.
In case of leakages and the accidental release of biogas into the
surrounding atmosphere an explosive mixture can only be formed if
the lower explosion limit of methane is exceeded.
Furthermore, it is only possible to obtain an explosive mixture in case
of ingress of air into a biogas vessel, if the LOC is exceeded. The LOC
of 13.6 mol% refers to a dry biogas, in which the water vapor portion
is negligible.
Safety in Biogas Plant
For the digesters, in which the biogas contains major portion of water vapor
at temperatures up to 50 °C, the LOC drops down to 12.4 mol%. This value is
determined from the methane-water vapor-air explosion diagram[9].
The straight line shown in Figure 4 corresponds to a biogas with a methane
content of 70 mol% and a carbon dioxide content of 30 mol%.
During addition of air to this mixture the composition of the mixture moves
from the right side along the straight line through the explosion region to
the lower left corner which corresponds to pure air. The flammability limits
(explosion range) of this type of biogas (70/30) can be obtained from the
intersection points of the line with the explosion region.
P– O –A– C
Prinsip utama dalam sistem manajemen bahan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang berupa pengawasan.
Dalam hal pengadaan perlu perencanaan yang baik dan benar untuk
menghindari penumpukan dan penggunaan yang tidak benar yang berpotensi
untuk terjadinya kecelakaan.
Pengadaan bahan harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap kegiatan yang
akan dilaksanakan, selain itu harus memperhatikan stok yang masih ada.
Untuk itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol dalam menyusun
rencana kebutuhan bahan kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada.
Selain itu juga dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang akan diadakan sehingga
dalam pengelolaan maupun penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang
telah ditentukan.
P– O –A– C
Dalam pelaksanaannya, prosedur pengelolaaan B3 harus ditetapkan dan
penempatan/penggudangan yang baik harus memenuhi persyaratan.
Hal ini sangat penting karena penggudangan yang tidak memenuhi persyaratan
dan kegiatan pemakaian/ penggunaan tanpa adanya prosedur sering
menimbulkan kecelakaan kerja.
Selain itu dalam penanganan B3 perlu adanya instruksi kerja dan rekaman serta
mendapatkan pengawasan melalui inspeksi, audit dan pengujian oleh organisasi
yang berwewenang ataupun oleh manajemen yang lebih tinggi agar bila terjadi
sesuatu dapat tertelusur.
Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani bahan kimia berbahaya adalah
faktor penyimpanan.
P– O –A– C
Banyak sekali kebakaran dan ledakan berasal dari tempat penyimpanan.
Untuk dapat memahami cara penyimpanan yang aman, maka selain harus
mengetahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya, juga perlu
memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan.
Untuk zat tertentu seperti Eter, parafin cair, dan olefin membentuk peroksida
jika berkontak dengan udara dan cahaya.
Semakin lama disimpan semakin besar jumlah peroksida yang terbentuk.
Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah
inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama 6 bulan.
P– O –A– C
Secara umum penyimpanan B3 harus memenuhi persyaratan juga
tersedia alat pelindung seperti sarung tangan, masker, pelindung
badan/jas lab dll.
Untuk bahan yang reaktif harus disimpan dalam keadaan tertutup
rapat dan terpisah dengan bahan yang lain untuk mencegah agar
tidak terjadi kontak dengan udara maupun bahan lain disamping
persyaratan diatas.
Hal ini dilakukan karena bahan reaktif bersifat bahaya (dapat
bereaksi spontan) akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai,
bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat
eksotermik sehingga eksplosif.
P– O –A– C
Beberapa bahan reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas
beracun.
Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan
bahan-bahan yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel.
Contoh:
Asetilen yang akan bereaksi hebat dengan Klorin
Asam Nitrat akan bereaksi dengan cairan yang mudah terbakar
seperti etanol/alkohol.

Anda mungkin juga menyukai