Anda di halaman 1dari 15

Analisis Jurnal Matematika

Bahasa Inggris
Disusun oleh :
Anita Permatasari 20188300020
Title, Writer, Name of Journal, Volume and Year
• Title of the Article :
• “Generative Learning Model in Mathematics : A Solution to Improve
Problem Solving and Creative Thinking skill”
• Writer, From :
• Kusairi, Syaiful, Haryanto.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/IJSME/article/view/6378
• Name of Journal:
• Indonesian Journal of Science and Mathematics Education
• Volume, Year, and rank of journal : 8, November 30, 2020
The Essence of Articles
Part of the Article
• Background (Latar Belakang)
• Theoretical Background (Kajian Teori)
• Research Method (Metodologi Penelitian)
• Findings and discussions (Temuan dan Pembahasan)
• Conclusion (Kesimpulan)
• Suggestions (Saran)
Background (Latar Belakang)
Kemampuan berpikir siswa dapat dilatih melalui kebiasaan mandiri dalam
memecahkan masalah, sehingga siswa mampu meningkatkan berbagai
kompetensi yang ada pada dirinya. Kemampuan memecahkan masalah pada
dasarnya merupakan tujuan utama dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir
matematis pada tingkat yang lebih tinggi adalah kemampuan berpikir kritis
matematis dan kemampuan berpikir kreatif matematis. Sebelumnya banyak
penelitian yang mengungkapkan bahwa cara siswa memecahkan masalah
merupakan hasil dari pengetahuan dan pengalaman siswa, oleh karena itu
guru harus dapat membantu siswa memberikan pengalaman belajar
matematika yang bermakna dan membangun kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa untuk memperdalam pemahaman siswa dalam matematika.
Theoretical Background (Kajian Teori)
Salah satu model pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
dan pemecahan masalah matematis siswa adalah model Pembelajaran Generatif. Pembelajaran
generatif didasarkan pada konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun
dalam pikiran siswa. Pembelajaran generatif menggunakan teori konstruktivisme yang
berpandangan bahwa siswa bukanlah penerima informasi yang pasif, tetapi siswa harus
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan dalam mengkonstruksi makna dari informasi
yang diterimanya. Artinya, pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa dan tidak dapat ditransfer
dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dalam penelitian ini model pembelajaran Generatif
dikolaborasikan dengan LKS yang berisi materi kubus dan balok, serta tugas dan soal untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif matematis
siswa.Kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kreatif matematis sangat penting
bagi siswa, kemampuan tersebut akan membuat siswa terbiasa berpikir secara mandiri. Oleh karena
itu, kami mencoba mengkaji hasil penerapan model pembelajaran Generatif dalam proses
pembelajaran. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pengaruh pembelajaran Generatif
terhadap pemecahan masalah matematis dan keterampilan berpikir kreatif matematis.
Research Method (Metodologi Penelitian)
Penelitian ini merupakan quasi-experiment dengan post test only. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDIT Al-Azhar Jambi,
dengan jumlah sampel 75 siswa yang dipilih dengan teknik random sampling.
Penelitian ini berlangsung selama satu bulan dengan 8 pertemuan dalam proses
pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes akhir pembelajaran. Dalam penelitian
ini terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel sedang. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
Pembelajaran Generatif, variabel terikatnya adalah keterampilan pemecahan
masalah matematis, dan variabel sedang adalah keterampilan berpikir kreatif
matematis. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
generatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Findings and discussions (Temuan dan Pembahasan)

Prinsip dasar lain yang juga diterapkan dalam penelitian ini adalah proses
pembelajaran tidak berarti mengkonsumsi (dalam hal ini berarti siswa hanya menerima
pengetahuan), sehingga dalam penerapan model pembelajaran generatif, kami
memastikan bahwa siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. berpikir kreatif
(berpusat pada siswa). Maka tidak heran jika model pembelajaran generatif memberikan
pengaruh yang besar terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Temuan ini
juga didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Supriyanti yang
menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Generatif dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematis lebih baik daripada pembelajaran penemuan. Hasil penelitian
lain juga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran Generatif lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran discovery. Dengan demikian, pembelajaran generatif dapat menjadi
solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Conclusion (Kesimpulan)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)
terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Generatif
dan penggunaan lembar kerja siswa terhadap keterampilan
pemecahan masalah matematis siswa kelas V SDIT Al-Azhar
Jambi, (2) Ada pengaruh model pembelajaran Generatif
terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas V
SDIT Al-Azhar Jambi.
Suggestions (Saran)
Tidak semua model pembelajaran cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika, oleh karena itu perlu adanya pemilihan
model pembelajaran yang sesuai dengan topik. Namun, model
pembelajaran Generatif dapat menjadi alternatif yang baik dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
berpikir kreatif matematis siswa.
Title, Writer, Name of Journal, Volume and Year
• Title of the Article:
• “Practicality Analysis of PBL-Based Mathematics in circle Material”
• Writer, From:
• Puji Lestari, Mardiyana, Isnandar Slamet.
• http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/IJSME/article/view/7271
• Name of Journal :
• Indonesian Journal of Science and Mathematics Education
• Volume, Year, and rank of journal : 10, November 30, 2020
Background (Latar Belakang)
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting untuk membangun sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Dalam
pendidikan formal dan informal, matematika merupakan mata pelajaran yang penting bagi
siswa di setiap jenjang pendidikan. Matematika tidak hanya mendukung siswa dalam
mempelajari mata pelajaran lain tetapi juga membantu siswa memecahkan masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Matematika melatih siswa untuk berpikir logis, sistematis,
analitik, dan kreatif. Sayangnya, matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disukai
oleh siswa karena masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sulit untuk
dipelajari. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal atau
soal matematika. Berdasarkan hasil PISA 2018 (Program for International Student Assessment)
bidang matematika, Indonesia menduduki peringkat 72 dari 78 negara dengan skor rata-rata
379, sedangkan total skor rata-rata semua negara adalah 489. TIMSS 2015 (Tren Pendidikan
Matematika dan Sains Internasional), Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 50 negara.
Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan matematika siswa di Indonesia.
Theoretical Background (Kajian Teori)
Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa komponen pembelajaran yang
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Suparman, ada komponen dasar
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: peserta didik, lulusan yang kompeten seperti yang
diharapkan, proses atau instruksi pembelajaran, guru, kurikulum, dan bahan ajar.
Kementerian Pendidikan Nasional mengatakan bahwa “bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar”. Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang sengaja
dirancang untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah modul.
Modul harus memiliki: mandiri, instruksional, berdiri sendiri, user friendly, dan adaptif.
Materi dalam modul disusun/dikemas dalam satu kesatuan yang utuh, tidak bergantung pada
bahan ajar atau media lain, dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
mudah digunakan sehingga peserta didik mampu belajar sendiri dan tidak bergantung pada
pihak lain.
Research Method (Metodologi Penelitian)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek yang termasuk
dalam penelitian ini adalah 15 orang. 2 guru matematika dan 13 siswa kelas VIII.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Jumapolo. 13 siswa kelas VIII yang terdiri
dari satu kelas dipilih secara acak. Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-
kelompok kecil (dipilih secara acak), kemudian siswa diberikan modul matematika
pembelajaran berbasis masalah, setelah siswa belajar menggunakan modul maka
siswa diminta untuk mengisi lembar angket kepraktisan yang disediakan. Kuesioner
kepraktisan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner terdiri dari lembar angket kepraktisan
untuk guru dan lembar angket kepraktisan untuk siswa yang digunakan untuk menilai
modul matematika berbasis pembelajaran berbasis masalah. Lembar angket
kepraktisan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Perhitungan data respon subjek
dihitung berdasarkan perhitungan skor skala likert
Findings and discussions (Temuan dan Pembahasan)

Analisis kepraktisan menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam modul


matematika berbasis problem based learning mudah dipahami dan sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usia siswa. Sesuai dengan sintaks model pembelajaran berbasis
masalah, penjelasan konsep materi didahului dengan menggunakan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang kemudian dilanjutkan dengan sintaks
pembelajaran berbasis masalah berikutnya. Modul matematika berbasis problem based
learning akan membantu siswa lebih mudah memahami materi lingkaran dan
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi lingkaran. Menurut Lasmiyati
& Harta, kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul yang didesain menarik,
mudah dipelajari dan membangkitkan motivasi belajar siswa, sedangkan tujuan akhir
dari PBL adalah membantu siswa menjadi termotivasi secara intrinsik. Sehingga
pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis masalah
secara intrinsik akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Conclusion (Kesimpulan)
Sesuai dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
modul matematika berbasis masalah pembelajaran materi
lingkaran termasuk dalam kriteria praktis, dan dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran matematika kelas VIII materi
lingkaran.

Anda mungkin juga menyukai