Anda di halaman 1dari 25

KESLING BENCANA

DALAM
KEDARURATAN
KELOMPOK 2 KESLING
Intan Permata Sari (19011071)
Salsabilla Ghina Musfita (19011051)
Sonia Agustiyani (19011050)
Zulfa Aswawiah (19011086)

Dosen Pengampu:
Raviola, SKM, M.Kes
B. Kegiatan Belajar 3

1. Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Mampu menjelaskan tujuan penyediaan makanan ketika bencana, keamanan pangan saat bencana, faktor-
faktor yang mengganggu keamanan pangan, cara pengawasan keamanan pangan, tingkat
penyiapan/pengolahan makanan komsumsi, dapur umum, keuntungan penyediaan bahan baku makanan,
ketenagaan dapur umum, fasilitas dapur umum, perencanaan distribusi makanan, perkiraan kebutuhan
makanan berdasarkan pertimbangan, dan perkiraan kebutuhan komposisi makanan sehari

2. Uraian Materi
Bencana alam yang menimpa khususnya negara Indonesia merupakan bagian dari kehidupan yang sulit untuk
dikendalikan, manusia hanya bisa mencegah dan mengatasi dampaknya apabila bencana sudah terjadi.
Berbagai macam bencana seperti banjir, tsunami, gempa, gunung meletus seringkali terjadi dan biasanya
menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan serta masyarakat setempat. Untuk mengatasi kondisi
rawan pangan yang disebabkan oleh bencana, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu salah
satunya dengan mengonsumsi pangan darurat sebelum pasokan makanan stabil dan dapur umum sudah
dapat digunakan secara efektif.
Tujuan utama dari pangan darurat ialah mengurangi
timbulnya penyakit atau jumlah kematian diantara para
pengungsi dengan menyediakan pangan bergizi lengkap
sebagai sumber energi satusatunya selama lima belas (15)
hari. Waktu tersebut dihitung mulai dari pengungsian terjadi.
Pangan tersebut harus memenuhi karakteristik pangan
darurat agar dapat disebut sebagai pangan darurat.
Bencana di Indonesia Topografi wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan
terhadap bencana alam dengan intensitas yang cukup tinggi. Bencana alam yang
terjadi di beberapa daerah di Indonesia menyebabkan banyak korban mengungsi dan
tinggal di tempat-tempat darurat. Menurut data BNPB, sejak tahun 2015 sampai
pertengahan 2019 jumlah bencana di Indonesia mencapai 12.254 kejadian meliputi
bencana banjir, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, gelombang pasang/abrasi,
puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, gempa
bumidan tsunami, serta letusan gunung api. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana
alam tidak hanya memakan korban jiwa dan harta benda, melainkan adanya kerusakan
infrastruktur yang dapat menghambat segala proses distribusi bantuan khususnya
LANJUT…
bantuan pangan sehingga korban bencana kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Biasanya korban bencana yang mengungsi untuk dapat mengolah bahan
pangan mendirikan dapur umum untuk memasak, namun banyaknya kendala seperti
tidak tersedianya alat memasak, kekurangan air bersih serta kondisi lingkungan yang
tak memungkinkan menjadi halangan untuk mencukupi kebutuhan makanan di tempat
pengungsian . Terdapat berbagai macam bantuan yang diberikan oleh pemerintah
ataupun masyarakat lain yang tidak terdampak bencana, yaitu berupa kebutuhan
sandang, pangan dan juga papan. Produk pangan yang dapat menjadi solusi bagi
permasalahan tersebut yaitu produk pangan darurat. Pangan darurat sengaja
dirancang untuk dapat memenuhi Deretan bencana gempa yang terjadi di tanah air
meninggalkan duka berkelanjutan. Pilu atas gempa Lombok belum berakhir kini
menyusul gempa di Palu dan Donggala.
Pelajaran paling penting yang dapat dipetik ialah mencegah agar korban seminimal
mungkin dan menghindari krisis makanan pengungsi dengan penyediaan makanan
darurat. Lewat sistem manajemen bencana yang lebih baik, pemerintah patut merancang
dan merevitalisasi fungsi makanan darurat. Penyediaan makanan darurat siap santap
harus direncanakan lebih serius dan berkelanjutan mengingat Indonesia kerap dilanda
gempa, banjir dan bencana alam lainnya.
LANJUT…
Penyediaan makanan darurat yang bersifat ready to eat sangat dibutuhkan pada
kondisi tidak dapat hidup normal. Produk tersebut hendaknya tidak sekedar
menjadi pengganjal perut, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengganti fungsi sarapan dan makanan lengkap yang mampu memberi energi
dalam jumlah yang cukup. Jumlah kalori ini hanya memenuhi sekitar 15% dari
kalori yang dibutuhkan para pengungsi. Pemberian mi instan bagi pengungsi
yang mengalami beban fisik, stres oksidatif dan kelelahan mental akan
menurunkan daya tahan dan vitalitas mereka.

Tidak menutup kemungkinan mi instan yang datang sudah ada yang


kedaluwarsa karena jarak distribusi cukup jauh dari sumber bantuan ke lokasi
pengungsian. Selain bahan bakunya, gandum yang diimpor dengan biaya mahal,
juga karena kandungan gizinya kurang tepat bagi pengungsi yang acap
mengalami stres tinggi karena kelelahan mental. Di tengah kondisi bencana,
diperlukan makanan darurat yang siap saji dan dapat memenuhi kebutuhan
energi harian. Produk ini dapat dikembangkan dari pangan semi basah, yang
dikenal cukup baik oleh masyarakat.
Hal lain yang patut diperhatikan dalam pengembangan makanan darurat adalah sifat
produknya yang aman untuk kesehatan dan memiliki zat gizi yang mampu
mengembalikan kebugaran akibat kelelahan fisik dan mental. Untuk itu, makanan
darurat harus memenuhi spesifikasi mutu

1) Dapat dikonsumsi tanpa perlu prosesmemasak.


2) Memenuhi kebutuhan gizi untuk usia di atas 6 bulan dengan acuan kebutuhan kalori
2.150 kaoril/hari.
3) Dapat diterima oleh semua etnik dan agama, sertatidak menggunakan bahan yang
dapat menimbulkan alergi pada orang tertentu.
4) Dapatdijatuhkan dari udara tanpa merusak produk.
5) Mempunyai gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan gizi mikro (vitamin,
mineral dan antioksidan) yang memadai.
6) Memiliki kestabilan dalam organoleptik dan mikrobiologis.
.
LANJUT…
Selain keenam sifat tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu teknik
pengawetan untuk mendapat nilai aw guna mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri
patogen dalam jangka waktu relatif lama. Penerimaan masyarakat terhadap produk
pangan tersebut akan semakin besar karena merupakan bagian dari kehidupan
sosial dan spiritual yang melekat di sana. Indonesia memiliki berbagai jenis bahan
baku yang berpeluang besar dikembangkan sebagai makanan darurat mulai dari
umbi-umbian, sorgum, pisang, dan sagu. Ketiga, untuk masyarakat yang suka
mengonsumsi nasi, pengembanganmakanan darurat dalam bentuk saset berisi nasi
dengan lauk pauk cukup menarik dilakukan.

Produk ini sangat prospektif karena memiliki umur simpan yang relatif lebih lama dan
dapat didistribusikan lewat jalur udara. Arah pengembangan makanan darurat
membutuhkan penelitian lanjutan untuk memilih bahan baku berbasis sumberdaya
lokal yang tepat dan mereformulasi kandungan gizinya. Penambahan kandungan
lemak, protein, mineral dan vitamin antioksidan yang sesuai kebutuhan para
pengungsi menjadi pertimbangan utama.
Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan dalam Sustainable Development Goals
(SDG‟s) tahun 2016-2030. Gizi menjadi faktor kunci dalam keberhasilan perbaikan status kesehatan
masyarakat Indonesia dan dunia. Gizi yang baik meningkatkan standar kesehatan masyarakat. Tidak
semua wilayah di Indonesia memiliki sarana infrastruktur yang baik dan memudahkan masyarakat dalam
mengakses makanan yang baik dan sehat. Sebagian wilayah Indonesia berada dalam lokasi rawan
bencana yang dapat datang sewaktu-waktu dan menyebabkan tertutupnya akses untuk mendapatkan
makanan. Anak-anak yang berada di lokasi rawan bencana dapat menjadi mengalami penurunan status
gizi karena kekurangan energi yang disebabkan akses yang buruk terhadap makanan berkualitas. Hal
tersebut juga terkait dengan belum tercapainya ketahanan pangan secara nasional maupun global yang
menjadi salah satu tujuan dalam SDG‟s.
LANJUT…

Ketahanan pangan global tengah mengalami


kesulitan akibat dampak anomali cuaca,
sehingga harga pangan meningkat tajam.
Kebijakan tentang pangan mengamanatkan
bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
yang memberikan manfaat secara adil,
merata, dan berkelanjutan berdasarkan
kedaulatan pangan, kemandirian pangan,
dan ketahanan pangan nasional.
LANJUT…

Untuk wilayah Jawa Barat, dampak bencana gempa meliputi 15 kabupaten/kota, yakni:
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan,
KabupatenMajalengka, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Subang, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, dan Kota Sukabumi; meliputi 296 kecamatan
atau 47% dari seluruh kecamatan di Jawa Barat. Namun, kerusakan yang lebih besar
dengan korban jiwa yang signifikan dialami wilayah Jawa Barat bagian Selatan,
terutama di Kabupaten Cianjur, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan
Kabupaten Bandung, serta Kabupaten Sukabumi. Selain mengakibatkan korban
kematian dan berbagai kerusakan lainnya yang ditimbulkan oleh bencana gempa,
bencana tersebut juga mengganggu ketersediaan pangan di daerah rawan bencana dan
mengakibatkan kerawanan pangan. Dalam mengolah beras atau mie instant menjadi
makanan yang siap konsumsi diperlukan ketersediaan air bersih yang memadai,
sementara dalam keadaan darurat, ketersediaan air bersih sering menjadi kendala.
Kualitas dan kuantitas air yang tidak sesuai standar konsumsi manusia dapat menjadi
sumber masalah baru bagi kelompok masyarakat terdampak bencana.
Menururt US Agency of International Development , pangan darurat atau emergency food
harus memiliki sifat aman dikonsumsi, palatable, mudah didistribusikan, mudah dikonsumsi,
dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup. Pangan Darurat adalah produk pangan yang
dapat memenuhi kebutuhan energy manusia yang di butuhkan dalam keadaan tertentu serta
memiliki nilai gizi yang di rancang khusus sesuai dengan kebutuhkan dalam situasi darurat.
Pangan darurat ini sebaiknya memiliki daya simpan yang panjang, mudah didistribusikan, nilai
nutrisi yang tidak mudah rusak karena dalam lingkungan posko pengaman, suhu dan faktor
lingkungan lainnya tidak menentu. Pengembangan Produk pangan darurat ini tidak hanya
terpaku dalam bentuk padat atau berbentuk makanan pada umumnya, namun dapat juga di
kembangkan dalambentuk pasta atau minuman yang di tujukan untuk konsumen khusus
misalnya untuk balita,ibu menyusui dan anak anak. Didalam kondisi darurat, anak-anak adalah
objek yang paling terkena dampak dari bencana. Pemberian suplemen makanan yang
dikombinasikan dengan program pendampingan nutrisi secara intensif serta penyuluhan
terkait kesehatan, merupakan gagasan yang diharapkan dapat memberikan hasil yang positif
dalam menangani anak dengan kondisi gizi yang buruk pada daerah terdampak bencana.
Nutrisi pendamping dalam keadaan darurat bencana atau pangan siap guna/ready-to-usefoods
biasa digunakan untuk mengintervensi status gizi anak balita yang mengalami gizi buruk
akibat bencana. RUF biasanya diproduksi dengan memanfaatkan baku lokal yang mudah di
dapatkan meskipun pada umumnya produk pangan darurat ini memiliki nilai ekonomis yang
lebih tinggi hal itu disebabkan karena di rancang khusus.
Salah satu makro nutrient dalam formulasi pangan darurat yaitu protein. Sumber
protein yang akan kami kaji dalam hal ini adalah Whey Protein dari limbah pengolahan
susu. Whey atau serum susu merupakan cairan sisa hasil proses pembuatan keju.
Protein dan laktosa yang terdapat didalam whey memiliki peran yang penting didalam
pembentukan struktur pada produk pangan termasuk didalamnya pangan darurat.
Perlakuan panas pada whey protein akan menghasilkan agregat dan menyebabkan
perubahan sifat produk seperti peningkatan tingkat kekerasan , kekeruhan,
peningkatan viskositas dan pengendapan partikel. Perubahan ini akan menjadi lebih
signifikan pada formulasi pangan dengan konsentrasi protein yang tinggi yang
menyebabkan produk lebih sulit untuk dikonsumsi. Desa Nagrak Jaya berada di
bagian selatan Pulau Jawa yang termasuk ke dalam daerah rawan bencana alam
tanah bergerak. Kondisi akses yang sulit menuju pasar lokal, tingginya jumlah anak
balita serta rendahnya jumlah orang tua yang berpendidikan menjadi permasalahan
tersendiri yang juga memerlukan perhatian. Desa ini mempunyai topografi
pegunungan sehingga sangat cocok untuk dijadikan lahanpertanian.
LANJUT…
Gambar 2. Kondisi rumah dan fasilitas
kesehatan di desa Nagrak Jaya
Kecamatan Curug Kembar Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat
Karakteristik orang tua balita warga
desa Nagrak Jaya Kecamatan Curug
Kembar Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat
 
LANJUT…

Masyarakat Desa Nagrak Jaya untuk mendapatkan sumber pangan memiliki


keterbatasan dikarenakan tidak tersedianya pasar yang dekat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Jarak dari Desa Nagrak Jaya untuk mengakses pasar
cukup jauh, pasar terdekat dari Desa Nagrak Jaya terdapat di Sagaranten, Pasar
Curug Kembar,dan Pasar Pura Baya. Akan tetapi masyarakat Nagrak Jaya yang
biasa pergi ke pasar memilih Pasar Sagaranten karena jaraknya paling dekat
untuk diakses. Jauhnya jarak tempuh membuat sebagian warga mengurungkan
niatnya untuk pergi ke pasar danjauhnya jarrak serta kondisi jalan yang kurag
bagus berimplikasi pada mahalnya tarif ojek dimana untuk sampai ke pasar yang
satu kali PP bisa mencapai Rp.50.000,00 – Rp. 60.000,00. Mahalnya ongkos dan
jauhnya jarak tempuh membuat sebagian besar warga memilih berbelanja
kebutuhan akan pangan dari warung di dekat rumah dan hal ini berdampak pada
pola makan warga desa, maupun anak-anak balitanya dimana para orangtua
akan membeli berbagai bahan makanan yang tersedia di warung tersebut,
LANJUT…
Pola makan balita di Desa Nagrak Jaya dipengaruhi dari
beberapa faktor, yaitu faktor orang tua, faktor
lingkungan, dan faktor dari balita sendiri. Selain itu,
lingkungan juga berpengaruh terhadap pola makan
balita, hal itu berpengaruh dikarenakan ketersediaan
makanan yang ada di lingkungan seperti makanan yang
selalu tersedia di warung , orang-orang yang berperan
sebagai teman ataupun tetangga dekat juga memiliki Kondisi infrastruktur jalan di
pengaruh karena makanan yang dikonsumsi oleh desa Nagrak Jaya Kecamatan
tetangga akan mempengaruhi kemauan anak untuk Curug Kembar Kabupaten
memilih suatu makanan, adanya gengsi yang dimiliki Sukabumi Jawa Barat
antarwarga dimana hal tersebut merupakan pengaruh
terbesar atas pola jajan yang dimiliki oleh anak
sehingga orangtua akan memberikan uang dengan
alasan agar anak tidak menangis merupakan sebuah
pernyataan yang selalu dijadikan jawaban atas tindakan
tersebut, tangisan anak yang disebabkan meminta jajan
kepada orangtua dianggap suatu hal yang memalukan.
Kondisi anak balita dan
suasana pada saat
Ketika terjadi bencana tanah bergerak
masyarakat Desa Nagrak Jaya yang terkena dilaksanakaanya FGD
bencana langsung mengungsi ke posko
yang telah disediakan oleh pemerintah.
Mengungsi dilakukan pada malam hari,
sedangkan untuk siang hari warga kembali
ke rumahnya masing-masing. Ketika terjadi
bencana, masyarakat Nagrak Jaya tetap
bisa mendapatkan memanfaatkan kebun
sebagai sumber bahan makanan.
Kondisi posko
penampungan pengungsi
Dalam menghadapi bencana, masyarakat hanya menyimpan bahan
makanan yang bisa bertahan lama terutama makanan pokok seperti
padi, itu pun biasa dilakukan sebelum terjadi bencana. masyarakat juga
tidak memiliki strategi khusus dalam menghadapi bencana, strategi
mereka hanya tetap melakukan kegiatan bekerja seperti hari-hari biasa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Masalah lainnya yang dihadapi balita saat bencana diantaranya :


1. Bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari
 
ibunya.
2. Bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan.
3. Terbatasnya ketersediaan pangan lokal
4. Bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang mendekati atau
melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada
keterangan halal
5. Melimpahnya bantuan susu formula bayi dan botol susu.
6. Kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal
khususnya untuk bayi dan balita.
Kebutuhan energi harian manusia dalam keadaan darurat dan dapat
langsung dikonsumsi . Deskripsi Pangan Darurat Menurut Zoumas et al.
pangan darurat merupakan pangan khusus yang dikonsumsi pada saat
darurat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian manusia .
Karakteristik pangan darurat yaitu harus aman dikonsumsi, memiliki
warna, kenampakan, aroma dan juga rasa yang dapat diterima serta dapat
memenuhi nutrisi yang cukup dan mudah dipindahkan dan didistribusikan.
Diharapkan adanya stok pangan darurat yang disediakan sehingga bisa
dimanfaatkan kapanpun terjadi bencana. Pemberian produk pangan
darurat dilakukan bersama-sama dengan pemberian air minum untuk
menurunkan tekanan osmotik pangan berkalori tinggi ini.
Pemberian produk ini bermanfaat untuk mempertahankan kehidupan
sampai isolasi daerah dapat dibuka atau ketika kehidupan normal telah
berlangsung. Bahan baku pangan darurat yang akan dikembangkan untuk
korban bencana alam dapat berasal dari bahan baku lokal yang dapat
meminimalkan biaya produksi. Pangan darurat yang diberikan diharuskan
sesuai dengan kebutuhan manusia berdasarkan Angka Kecukupan Gizi ,
yaitu 2.100 kkal/hari .
Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi pada produk
pangan darurat di samping lemak, memberikan rasa manis,
menghasilkan sifat-sifat fisik yang diinginkan pada produk dan juga
berperan penting dalam penyerapan natrium untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit tubuh. Sumbangan energi lemak, protein, dan
karbohidrat ini diperoleh dari nilai energi masing-masing makronutrien
terhadap total energi per bar dikalikan 100 persen . 59 Pengembangan
Pangan Darurat di Indonesia Menurut Nurhayati et al. pada saat
situasi darurat seperti bencana perlu disediakannya stok produk
pangan darurat siap santap yang tidak selalu menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat
B.Kriteria Kritis yang Harus Diperhatikan dalam
Pengembangan Pangan Darurat Menurut Zoumas et al.
memiliki warna, aroma, tekstur, dan penampakan yang
dapat diterima kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan
menyusui tidak dimasukkan dalam perhitungan
pembuatan pangan darurat, tetapi diasumsikan bahwa
mereka harus mengonsumsi pangan darurat melebihi
asupan energi rata-rata per harinya .
A.Potensi Pangan Lokal di Indonesia sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Pangan Darurat Menurut
Rauf et al. potensi bahan pangan di Indonesia
sangatlah melimpah dan menempati posisi ketiga
sebagai negara dengan jenis bahan makanan
terbanyak didunia. Indonesia merupakan penghasil
berbagai jenis tanaman pangan sebagai sumber
karbohidrat seperti sorgum, sagu, jagung, ubi jalar,
ubi kayu, dansebagainya. Namun di beberapa
daerah tertentu bahan pangan tersebut dijadikan
sebagai bahan makanan pokok meskipun hanya
digunakan oleh sebagian kecil masyarakat di
Indonesia.
D. Tahapan Pengolahan Produk Pangan Darurat
C.Jenis Produk Pangan Darurat Menurut Zoumas Berdasarkan karakteristik jenis pangan darurat yang
et al. (2002) ada beberapa bahan yang telah dijelaskan, dapat diketahui bahwa jenis
direkomendasikan sebagai sumber gizi: 1. sumber pangan darurat yang paling direkomendasikan
adalah pangan darurat food bars dikarenakan
karbohidrat: tepung terigu, jagung, oats, dan
ketahanannya yang tinggi, daya awet yang cukup
tepung beras 2. sumber protein: produk-produk lama, memiliki struktur yang kokoh, tidak mudah
kacang seperti konsentrat atau isolat protein; susu hancur, dan tidak mudah rapuh sehingga
bubuk seperti kasein dan turunannya; campuran memudahkan pada saat proses distribusi. Berikut
antara bahan dasar serealia dan protein harus akan dibahas tahapan-tahapan untuk
memiliki skor asam amino ≥ 1.0 3. sumber lemak: membuat/mengolah food bars bebas gluten yang
hidrogenasi parsial dari kacang kedelai, minyak terbuat dari tepung mocaf dan tepung beras. Tepung
mocaf (Modified Cassava Fluor) adalah tepung ubi
kanola, minyak bunga matahari 4. gula: glukosa,
kayu yang dimodifikasi, dikatakan sebagai proses
high fructose corn syrup, maltodekstrin 5. vitamin modifikasi sebab pada pembuatan mocaf dilakukan
dan mineral juga dapat ditambahkan untuk proses khusus yang disebut dengan fermentasi atau
meningkatkan profil produk Pangan Darurat telah pemeraman yang menggunakan jasa mikrobia atau
dikembangkan di berbagai negara termasuk di enzim tertentu sehingga selamaproses fermentasi
Indonesia. berlangsung terjadi perubahan yang luar biasa
dalam masa ubi baik dari aspek perubahan fisik,
kimiawi, dan mikrobiologis serta inderawi.
Surveilans Gizi Darurat
Registrasi pengungsi perlu dilakukan secepat mungkin untuk mengetahui jumlah
kepala keluarga, jumlah jiwa, jenis kelamin, usia, kelompok rentan . Selanjutnya
dilakukan kegiatan penapisan apabila diperlukan intervensi Pemberian makanan
Tambahan darurat terbatas dan PMT terapi. Secara khusus, penanganan tersebut
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan petugas dalam pemberian makanan
bayi dan baduta dalam keadaan darurat dan meningkatkan kemampuan petugas
dalam mendukung terhadap pemberian makanan yang baik dalam keadaan darurat.
Berdasarkan tahapan penanggulangan bencana, upaya penyelesaian masalah
pengungsi dibagi menjadi upaya penyelamatan, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Pada tahap penyelamatan, langkahlangkah yang dilakukan adalah :
○ Evakuasi korban baik yang terlibat konflik dengan kekerasan maupun yang
hanya kena dampaknya ke tempat aman.
○ pengamanan dan pengambilan langkah-langkah preventif untuk
penyelamatan korban luka, dll.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai