DALAM
KEDARURATAN
KELOMPOK 2 KESLING
Intan Permata Sari (19011071)
Salsabilla Ghina Musfita (19011051)
Sonia Agustiyani (19011050)
Zulfa Aswawiah (19011086)
Dosen Pengampu:
Raviola, SKM, M.Kes
B. Kegiatan Belajar 3
Mampu menjelaskan tujuan penyediaan makanan ketika bencana, keamanan pangan saat bencana, faktor-
faktor yang mengganggu keamanan pangan, cara pengawasan keamanan pangan, tingkat
penyiapan/pengolahan makanan komsumsi, dapur umum, keuntungan penyediaan bahan baku makanan,
ketenagaan dapur umum, fasilitas dapur umum, perencanaan distribusi makanan, perkiraan kebutuhan
makanan berdasarkan pertimbangan, dan perkiraan kebutuhan komposisi makanan sehari
2. Uraian Materi
Bencana alam yang menimpa khususnya negara Indonesia merupakan bagian dari kehidupan yang sulit untuk
dikendalikan, manusia hanya bisa mencegah dan mengatasi dampaknya apabila bencana sudah terjadi.
Berbagai macam bencana seperti banjir, tsunami, gempa, gunung meletus seringkali terjadi dan biasanya
menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan serta masyarakat setempat. Untuk mengatasi kondisi
rawan pangan yang disebabkan oleh bencana, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu salah
satunya dengan mengonsumsi pangan darurat sebelum pasokan makanan stabil dan dapur umum sudah
dapat digunakan secara efektif.
Tujuan utama dari pangan darurat ialah mengurangi
timbulnya penyakit atau jumlah kematian diantara para
pengungsi dengan menyediakan pangan bergizi lengkap
sebagai sumber energi satusatunya selama lima belas (15)
hari. Waktu tersebut dihitung mulai dari pengungsian terjadi.
Pangan tersebut harus memenuhi karakteristik pangan
darurat agar dapat disebut sebagai pangan darurat.
Bencana di Indonesia Topografi wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan
terhadap bencana alam dengan intensitas yang cukup tinggi. Bencana alam yang
terjadi di beberapa daerah di Indonesia menyebabkan banyak korban mengungsi dan
tinggal di tempat-tempat darurat. Menurut data BNPB, sejak tahun 2015 sampai
pertengahan 2019 jumlah bencana di Indonesia mencapai 12.254 kejadian meliputi
bencana banjir, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, gelombang pasang/abrasi,
puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, gempa
bumidan tsunami, serta letusan gunung api. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana
alam tidak hanya memakan korban jiwa dan harta benda, melainkan adanya kerusakan
infrastruktur yang dapat menghambat segala proses distribusi bantuan khususnya
LANJUT…
bantuan pangan sehingga korban bencana kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Biasanya korban bencana yang mengungsi untuk dapat mengolah bahan
pangan mendirikan dapur umum untuk memasak, namun banyaknya kendala seperti
tidak tersedianya alat memasak, kekurangan air bersih serta kondisi lingkungan yang
tak memungkinkan menjadi halangan untuk mencukupi kebutuhan makanan di tempat
pengungsian . Terdapat berbagai macam bantuan yang diberikan oleh pemerintah
ataupun masyarakat lain yang tidak terdampak bencana, yaitu berupa kebutuhan
sandang, pangan dan juga papan. Produk pangan yang dapat menjadi solusi bagi
permasalahan tersebut yaitu produk pangan darurat. Pangan darurat sengaja
dirancang untuk dapat memenuhi Deretan bencana gempa yang terjadi di tanah air
meninggalkan duka berkelanjutan. Pilu atas gempa Lombok belum berakhir kini
menyusul gempa di Palu dan Donggala.
Pelajaran paling penting yang dapat dipetik ialah mencegah agar korban seminimal
mungkin dan menghindari krisis makanan pengungsi dengan penyediaan makanan
darurat. Lewat sistem manajemen bencana yang lebih baik, pemerintah patut merancang
dan merevitalisasi fungsi makanan darurat. Penyediaan makanan darurat siap santap
harus direncanakan lebih serius dan berkelanjutan mengingat Indonesia kerap dilanda
gempa, banjir dan bencana alam lainnya.
LANJUT…
Penyediaan makanan darurat yang bersifat ready to eat sangat dibutuhkan pada
kondisi tidak dapat hidup normal. Produk tersebut hendaknya tidak sekedar
menjadi pengganjal perut, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengganti fungsi sarapan dan makanan lengkap yang mampu memberi energi
dalam jumlah yang cukup. Jumlah kalori ini hanya memenuhi sekitar 15% dari
kalori yang dibutuhkan para pengungsi. Pemberian mi instan bagi pengungsi
yang mengalami beban fisik, stres oksidatif dan kelelahan mental akan
menurunkan daya tahan dan vitalitas mereka.
Produk ini sangat prospektif karena memiliki umur simpan yang relatif lebih lama dan
dapat didistribusikan lewat jalur udara. Arah pengembangan makanan darurat
membutuhkan penelitian lanjutan untuk memilih bahan baku berbasis sumberdaya
lokal yang tepat dan mereformulasi kandungan gizinya. Penambahan kandungan
lemak, protein, mineral dan vitamin antioksidan yang sesuai kebutuhan para
pengungsi menjadi pertimbangan utama.
Gizi merupakan salah satu fokus pembangunan kesehatan dalam Sustainable Development Goals
(SDG‟s) tahun 2016-2030. Gizi menjadi faktor kunci dalam keberhasilan perbaikan status kesehatan
masyarakat Indonesia dan dunia. Gizi yang baik meningkatkan standar kesehatan masyarakat. Tidak
semua wilayah di Indonesia memiliki sarana infrastruktur yang baik dan memudahkan masyarakat dalam
mengakses makanan yang baik dan sehat. Sebagian wilayah Indonesia berada dalam lokasi rawan
bencana yang dapat datang sewaktu-waktu dan menyebabkan tertutupnya akses untuk mendapatkan
makanan. Anak-anak yang berada di lokasi rawan bencana dapat menjadi mengalami penurunan status
gizi karena kekurangan energi yang disebabkan akses yang buruk terhadap makanan berkualitas. Hal
tersebut juga terkait dengan belum tercapainya ketahanan pangan secara nasional maupun global yang
menjadi salah satu tujuan dalam SDG‟s.
LANJUT…
Untuk wilayah Jawa Barat, dampak bencana gempa meliputi 15 kabupaten/kota, yakni:
Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan,
KabupatenMajalengka, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Subang, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, dan Kota Sukabumi; meliputi 296 kecamatan
atau 47% dari seluruh kecamatan di Jawa Barat. Namun, kerusakan yang lebih besar
dengan korban jiwa yang signifikan dialami wilayah Jawa Barat bagian Selatan,
terutama di Kabupaten Cianjur, Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan
Kabupaten Bandung, serta Kabupaten Sukabumi. Selain mengakibatkan korban
kematian dan berbagai kerusakan lainnya yang ditimbulkan oleh bencana gempa,
bencana tersebut juga mengganggu ketersediaan pangan di daerah rawan bencana dan
mengakibatkan kerawanan pangan. Dalam mengolah beras atau mie instant menjadi
makanan yang siap konsumsi diperlukan ketersediaan air bersih yang memadai,
sementara dalam keadaan darurat, ketersediaan air bersih sering menjadi kendala.
Kualitas dan kuantitas air yang tidak sesuai standar konsumsi manusia dapat menjadi
sumber masalah baru bagi kelompok masyarakat terdampak bencana.
Menururt US Agency of International Development , pangan darurat atau emergency food
harus memiliki sifat aman dikonsumsi, palatable, mudah didistribusikan, mudah dikonsumsi,
dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup. Pangan Darurat adalah produk pangan yang
dapat memenuhi kebutuhan energy manusia yang di butuhkan dalam keadaan tertentu serta
memiliki nilai gizi yang di rancang khusus sesuai dengan kebutuhkan dalam situasi darurat.
Pangan darurat ini sebaiknya memiliki daya simpan yang panjang, mudah didistribusikan, nilai
nutrisi yang tidak mudah rusak karena dalam lingkungan posko pengaman, suhu dan faktor
lingkungan lainnya tidak menentu. Pengembangan Produk pangan darurat ini tidak hanya
terpaku dalam bentuk padat atau berbentuk makanan pada umumnya, namun dapat juga di
kembangkan dalambentuk pasta atau minuman yang di tujukan untuk konsumen khusus
misalnya untuk balita,ibu menyusui dan anak anak. Didalam kondisi darurat, anak-anak adalah
objek yang paling terkena dampak dari bencana. Pemberian suplemen makanan yang
dikombinasikan dengan program pendampingan nutrisi secara intensif serta penyuluhan
terkait kesehatan, merupakan gagasan yang diharapkan dapat memberikan hasil yang positif
dalam menangani anak dengan kondisi gizi yang buruk pada daerah terdampak bencana.
Nutrisi pendamping dalam keadaan darurat bencana atau pangan siap guna/ready-to-usefoods
biasa digunakan untuk mengintervensi status gizi anak balita yang mengalami gizi buruk
akibat bencana. RUF biasanya diproduksi dengan memanfaatkan baku lokal yang mudah di
dapatkan meskipun pada umumnya produk pangan darurat ini memiliki nilai ekonomis yang
lebih tinggi hal itu disebabkan karena di rancang khusus.
Salah satu makro nutrient dalam formulasi pangan darurat yaitu protein. Sumber
protein yang akan kami kaji dalam hal ini adalah Whey Protein dari limbah pengolahan
susu. Whey atau serum susu merupakan cairan sisa hasil proses pembuatan keju.
Protein dan laktosa yang terdapat didalam whey memiliki peran yang penting didalam
pembentukan struktur pada produk pangan termasuk didalamnya pangan darurat.
Perlakuan panas pada whey protein akan menghasilkan agregat dan menyebabkan
perubahan sifat produk seperti peningkatan tingkat kekerasan , kekeruhan,
peningkatan viskositas dan pengendapan partikel. Perubahan ini akan menjadi lebih
signifikan pada formulasi pangan dengan konsentrasi protein yang tinggi yang
menyebabkan produk lebih sulit untuk dikonsumsi. Desa Nagrak Jaya berada di
bagian selatan Pulau Jawa yang termasuk ke dalam daerah rawan bencana alam
tanah bergerak. Kondisi akses yang sulit menuju pasar lokal, tingginya jumlah anak
balita serta rendahnya jumlah orang tua yang berpendidikan menjadi permasalahan
tersendiri yang juga memerlukan perhatian. Desa ini mempunyai topografi
pegunungan sehingga sangat cocok untuk dijadikan lahanpertanian.
LANJUT…
Gambar 2. Kondisi rumah dan fasilitas
kesehatan di desa Nagrak Jaya
Kecamatan Curug Kembar Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat
Karakteristik orang tua balita warga
desa Nagrak Jaya Kecamatan Curug
Kembar Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat
LANJUT…