Mikrobiologi (Mikroba Penyebab Infeksi GI) - Bu Yuli
Mikrobiologi (Mikroba Penyebab Infeksi GI) - Bu Yuli
panas
Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC)
1. UPEC
90% ISK mulai dari sistitis sampai pielonefritis
Bakteri berkolonisasi d feses/ daerah perineum
saluran urine yg msk ke kandung kemih
Wanita yg terinfeksi : 14 X dr laki-laki.
Protein yg berperan : P-fimbria/PAP
Produksi siderofor : peran kolonisasi.
2. NMEC
usus kecil.
Penyebab : alkohol, rokok, stress & takut (aktivitas
invasif bakteri).
Gejala klinis : Nausea, vomiting, nyeri perut.
Patogenisitas:
Helicobacter pylori : Gram negatif, spiral, motil.
H. pylori : faktor virulensi kolonisasi lambung
faktor resiko.
Diagnosis : Urea Breath Test (UBT), PCR.
Serologi : pemeriksaan Antibodi (darah), uji Antigen pd feses
penderita, ELISA (serum & saliva penderita).
Patogenisitas :
Bakteri ini mgunakan flagel & tubuhnya bbtk spiral utk tembus mukosa
usus produksi adhesin (menempel pd reseptor) bbrp senyawa
reseptor adhesin: fosfatidiletanolamin, hemaglutinin, laminin, &
asam sialat
Enzim Urease tdp : bagian luar & dalam Sitoplasma bakteri yg dpt
menguraikan urea amonia & karbonat (ubah asam pd lambung).
Produksi : urease (sifat toksik pd sel hospes), protease,katalse,
fosfolipase (merusak lapisan sel-sel epitel mukosa saluran cerna).
LPS : menghambat glikosilase lapisan mukosa usus, mempengaruhi
pertahanan lapisan mukosa shg sel-sel epitel sangat rentan thd
asam lambung, menstimulai sekresi pepsinogen pd usus.
4. Cholera
Patogenesis
◦ Memiliki antigen O dan H, berdasarkan faktor antigen O yang dikandungnya dibagi
lagi atas : Inaba [mengandung antigen AC], Hikojima [antigen ABC] dan Ogawa
[antigen AB]
◦ Enterotoksin menyebabkan peningkatan adenil siklase dan konsentrasi AMP siklik,
hipersekresi usus kecil menyebabkan diare masif dan kehilangan cairan yang hebat
[sampai 20 liter/hari pd kasus berat] dan hipokloremia. Pada Vibrio cholera biotip El
Tor menghasilkan soluble hemolysin yang melisiskan SDM.
◦ Feses yang dihasilkan berbentuk cair seperti cucian beras/ rice water stools dan
mengandung gumpalan lendir, sel epitel dan sel bakteri
Gejala klinis
◦ Masa inkubasi 1-4 hari
◦ Gejala : mual, muntah, kejang perut, dehidrasi, kolaps sirkulasi dan anuri
Pemeriksan laboratorium
◦ Bahan pemeriksaan : tinja, muntahan, usap dubur
◦ Isolasi & identifikasi pada media khusus dan serologi
Pengobatan
◦ Rehidrasi dengan cairan elektrolit
◦ Antibiotik : tetrasiklin untuk mempersingkat pemberian cairan
Vibrio cholera biotip El Tor
Pertama kali diisolasi dari peziarah stasiun
karantina Tor di Semenanjung Sinai.
Epidemi di Asia Tenggara
Perbedaan antara Vibrio kolera klasik dengan
Vibrio El Tor
Vibrio parahaemolyticus
Merupakan kuman halofilik enteropatogenik. Pertama diisolasi dari Jepang
dan India menyebabkan keracunan makanan
Generation time : 9-15 menit [penting untuk epidemiologi gastroenteritis]
Memiliki antigen O dan K
Patogenesis = mirip dengan V. choloera,
Gejala klinis
◦ Gastroenteritis yang self limiting sampai yang berat
◦ Diare timbul sangat cair, tanpa mukus dan darah
◦ Gejala rata-rata 72 jam -10hr, sakit kepala dan panas. Terdapat infiltrasi lemak dan
cloudy swelling pada hati
Pemeriksaan laboratorium
◦ Bahan pemeriksaan : feses , usap dubur harus segera dibiakkan pada media
Pengobatan
◦ Self limitting
◦ Pada kasus berat : rehidrasi cairan elektrolit
◦ Antibiotik : Kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin dan sefalolotin
Bentuk sel Vibrio spp
Bentuk koloni Vibrio spp
Vibrio vulnificus
Morfologi :
Famili Vibrionaceae
Sifat : Gram negatif, flagel.
Habitat : perairan laut, plankton, kerang-kerangan laut.
Infeksi: pada lambung, luka pd kulit, penyebab
septisemia
Faktor Virulensi :
1. Kapsul bakteri
2. Pili & Fimbria yg mengandung senyawa N-
metilfenilalanin
3. LPS
4. Beberapa enzim : hemolisin (sitolisin),
protease,kolagenase, musinase,enterase,
kondroitinase,hialuronidase,DNAse & sulfatase
Patogenisitas :
Epidemiologi
V. vulnificus adalah penyebab infeksi vibrio serius yang yang paling umum
terjadi di AS. Di daerah pantai kejadian tahunan infeksi V. vulnivicus sekitar
0.5 kasus per 100.000 penduduk; sekitar 2/3 dari kasus ini adalah
septikemia primer. Penderita V. vulnivicus telah dilaporkan terjadi dari
berbagai tempat didunia (misalnya; Jepang, Korea, Taiwan, Israel, Spanyol,
Turki).
5. Shigella dysentriae
Ciri : Demam, kram perut, & prifilaksis.
Patogenisitas :
- Shigella kolonisasi sel usus kecil sbbkan diare, Shigellosis invasi sel2
usus besar.
Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan:
Ciproflokxacin, azitthromisin, atau rifaximin.
Antimikroba jangka pendek : mengurangi penyebaran Shigella utk
kontak pasien.
Vaksin utk S. flexneri.
6. Traveller’s Diarrhea
a. Bakteri Patogen & Faktor Virulensi:
E. coli: kelompok bakteri colon (coliform), Fakultatif aerob &
anaerob, Gram negatif, batang, fermentasi laktosa + gas slm 48
jam (laktosa broth suhu 35C).
Hidup ditanah & tumbuhan (merusak), ttp adanya di air (kotoran).
Ag : O, H, & K.
Strain : O157, O111, H8 & H7.
Strain virulen memiliki gen (transmisible) plasmid: fimbriae,
adhesins & varietas toksin (mampu kolonisasi di jaringan &
penyakit).
Toxin bahaya: Shiga like toxin E. coli O157 & H7 m’hambat
sintesis protein, kegagalan ginjal kematian.
Patogen …’
E. coli O157 & H7 sistem sekresi tipe III.
Sekresi protein m’ganggu metabolisme sel hospes melekat pd sel
mmbran sitoplasma & membtk receptor (melekat tambahan E. coli)
b. Patogenesitas
Diare timbul 24 – 48 jam stl menelan bakteri enteroroksin via
sistem sekresi tipe III enterotoksin (Negara berkembang) Diare
pediatric.
Shiga-like toxin melekat pd permukaan netrofil sebar tubuh
kematian sel hospes & jaringan.
Differential diagnosa
◦ Kuman berbentuk batang bengkok, berukuran 0,2-0,5 µ x 0,5 - 5
µ
◦ Memiliki satu flagel di satui atau kedua ujung sel dan tumbuh pada
perbenihan Butzler [agar tioglikolat, darah domba dan beberapa
antibiotik] atau perbenihan Skirrow [agar darah, darah kuda dan
beberapa antibiotik]
◦ Bersifat Gram negatif terlihat langsing, berbentuk ulir atau seperti
hurus S, ujungnya meruncing.
◦ Bersifat zoonosis, pada kambing, anjing, kucing dll
Patogenesis
◦ Dahulu disebut Vibrio fetus, telah berkembang menjadi penyebab
penyakit diare akut yang penting,
◦ Gambaran klinik infeksinya bervariasi dari tak bergejala sampai
penyakit yang berat.
◦ Masa inkubasi berkisar antara 2-7 hari
◦ Pada bayi feses biasanya berdarah, tetapi diare sedikit.
◦ Beberapa penderita mengalami artritis aseptik atau kolesistitis
sesudah menderita enteritis oleh Campylobacter
Campylobacter jejuni
◦ Kuman dapat diasingkan sampai 7 minggu sesudah sakit dari
penderita yang tidak diberi kemoterapi.
◦ Kuman menyerang selaput lendir usus halus dan usus besar,
beberapa jenis diantaranya dapat membentuk enterotoksin yang
tahan pemanasan
Diagnosa laboratorium
◦ Bahan pemeriksaan berupa feses segar atau usap dubur, dibiakkan
pada media Butzlerr atau Skirrow.
◦ Koloni akan berbentuk bulat, berkilat rata cenderung menyebar
sepanjang goresan ose
Pengobatan
◦ Eritromisin dosis 50mg/kg/hari pada anak-anak dan dua kali
sehari 500 mg pada orang dewasa
Bentuk sel & koloni
Campylobacter jejuni
Diagnosis, Ppengobatan & Pencegahan :
Ciprofloxacin/Azitromisin.
Tidak ada vaksin.
Hindari Kontaminasi air dengan feces :
Diagnosis : feces
Demam typhoid : demam 40C, kelemahan, nyeri abdominal, sakit
kepala, & kurang nafsu makan.
Pengobatan : ganti cairan & elektrolit.
Antimikroba : Amfisilin/ Ciprofloksasin.
Pencegahan: masak air, hindari feces yg melekat pd telur, & hindari
buah2an yg dimakan + kulit, kebersihan thd binatang peliharaan +
kandang.
KERACUNAN BAKTERI PADA MAKANAN
(INTOKSKASI)
Intoksikasi keracunan makanan yg disbbkan
toksin bakteri.
Botulism intoksikasi (pengaruh sistem saraf).
Staphylococcus suhu ruang/ berkembang &
sekresi toksin.
makanan).
Pengobatan: ganti cairan & elektrolit.
Pencegahan : penanganan maknan.
Clostridium perfringens
Diagnosa laboratorium
◦ Spesimen dari luka, pus, jaringan atau makanan
◦ Mikroskopis: Gram +/P, batang tanpa spora
◦ Biakan: di tanam pada agar tioglikolat, agar darah secara an
aerob
Pengobatan
◦ Pembersihan luka secara bedah pada jaringan nekrotik
◦ Antibiotik : Penisilin
◦ Hyperbaric oxygen
Clostridium botulinum
Terdapat secara luas di alam, kadang terdapat pada feses binatang
Berdasarkan sifar biokimia ada 2 jenis : Proteolitik [jenis A, B dan F], jenis sakarolitik dan
tidak proteolitik [Jenis C, D, dan E ] semua jenis kelompok ini menghasilkan sulfida
Dosis letal untuk manusia : 1 mikrogram
Tidak menyebabkan infeksi luka, tetapi menyebabkan keracunan makanan, akibat toksin
yang termakan. Umumnya makanan yang tercemar adalah makanan yang berbumbu,
diasap, kalengan tanpa dimasak terlebih dahulu.
Kerja toksin akan memblokir pembentukan/pelepasan acetyl cholin pada hubungan saraf
otot sehingga terjadi kelumpuhan otot.
Gejala 18-96 jam makan toksin dengan keluhan penglihatan, hal ini terjadi karena tidak
ada koordinasi. Sulit menelan, sulit bicara. Kematian terjadi karena paralisis otot
pernafasan atau kelumpuhan jantung [cardiac arrest]
Diagnosa laboratorium : mendeteksi toksin yang ada didalam serum penderita atau dari
sisa makanan. Pendeteksian dilakukan dengan reaksi Netralisasi antigen-antibodi secara
agglutinasi SDM yang dilapisis antiserum. Percobaan mencit yang disuntikkan bahan
tersangka.
Pengobatan:Pemberian antitoksin polivalen [tipe A,B dan C] secara IV dan secara
simptomatik terutama untuk pernafasan
Pencegahan: Makanan yang diawetkan harus dimasak dahulu secara baik, makanan
yang perlu diperhatikan : Kacang-kacangan, jagung, ikan asap atau ikan segar dalam
plastik
Bentuk sel Clostridium spp
Bentuk koloni Clostridium spp
Bacillus cereus
Morfologi:
Bakteri penyebab keracunan makanan, familia
Ptogenisitas:
Keracunan terjadi krn mengkonsumsi makan yg
oral cavity.
Infeksi : HSV msk via membran mukosa sel-sel
yg terkontaminasi.
Kontaminasi :fomites, pisau cukur, skat gigi,
thn.
Virus msk sistem pernafasan multiplikasi
Norwalk.
Rotavirus: dsRNA, Reoviridae, sferis.
Spikes glikoprotein menempel (endositosis)
Epidemiologi:
Norovirus: 90% (nonbakterial gastroenteritis) & 10%
(gastroenteritis).
Gastroenteritis : R.perawatan, sekolah, RS, R.
anak-anak.
Diagnosis, Pengobatan & Pencegahan
Uji Serologi : feces, Ag (Calicivirus, Astrovirus &
Rotavirus).
Pengobatan : ganti cairan & elektrolit.
Pencegahan : penanganan kotoran tepat,
vagina.
HDV : sebar (HBV).
Epidemiologi
HCV : 170 juta dunia
Transmisi ; seksual & jarum suntik.
HCV : transfusi darah.
HEV : air yg terkontaminasi (enterik hepatitis).
abdomen
Uji Serologi: Ag/Ab hepatitis (cairan tubuh)
Uji fungsi hati & biopsi hati.
Mikroskopis : partikel dane, sferis & filamentous.
Pengobatan : istirahat & mengurangi inflamasi. Ig,
(obat), tattoo.
Penggunnaan darah (hhrs di skrining)
Vaksin utk HAV (6-12 bln).
Imunisasi (usia 1 & 2 thn).
Tidak ada vaksin uutk HCV,HDV, & HEV
Daftar Pustaka