Anti Tuberkulosis
Anti Tuberkulosis
• Obat ini bersifat bakterisida, diberikan secara oral dan dapat menembus lesi TB secara
baik.
KONTRAINDIKASI
INDIKASI
• Terapi semua bentuk tuberkulosis aktif • Hipersensitifitas
• Dapat digunakan tunggal atau bersama-
sama dengan antituberkulosis lain.
Mekanisme kerja
• Mekanisme kerja isoniazid yang terutama adalah dengan menghambat biosintesis dari
asam mikolat, yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.
• Isoniazid kadar rendah mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang
yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat.
• Isoniazid juga menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstraksi oleh methanol dari mikobakterium.
Farmakokinetik
• Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral, kadar puncak
dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
• Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini
dipengaruhi oleh faktor genetik yang secra bermakna mempengaruhi kadar obat dalam
plasma dan masa paruhnya.
• Perbedaan kecepatan asetilasi ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan toksisitas
isoniazid bila obat ini diberikan setap hari.
Farmakokinetik
• Isoniazid mudah berdifusi kedalam sel dan semua cairan tubuh.
• Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalu urin dalam waktu 24 jam dan hampir
seluruhnya dalam bentuk metabolit.
• Ekskresi terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses
asetilasi, dan asam isonikotinat yang merupakan metabolit proses hidrolisis.
Efek Samping
• Reaksi Hipersensitivitas : demam
• Reaksi hematologik: agranulosis, eosinofilia, trombositopenia, dan anaemia.
• Neuritis Perifer, paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 5 mg/KgBB/hari. Bila
diberikan dosis lebih tinggi, pada sekitar 10% sampai 20% pasiendapat terjadi neuritis
perifer.
• Profilaksis dengan pemberian piridoksin mencegah terjadinya neuritis perifer.
Efek Samping
• Isoniazid juga dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat
terjadinya nekrosis multilobular.
• Efek samping lain yang terjadinya ialah mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati,
dan retensi urin.
INTERAKSI OBAT
• Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis.
Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.
• Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh, Kerjanya menghambat DNA
dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan
menekan awal terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.
Farmakokinetik
• Setelah diserap saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan kemudian
mengalami sirkulasi enterohepatik.
• Masa paruh eliminasi rifampisin bervariasi antara 1,5 sampai 5 jam dan akan
memanjang bila ada kelainan fungsi hepar.
• Pada pasien asetilator lambat, masa paruh memendek bila rifampisin diberikan bersama
isoniazid.
• Obat ini berdifusi baik ke berbagai jarngan termasuk cairan otak. Luasnya distribusi ini
tercermin dari warna merah pada urin.
EFEK SAMPING
• Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
• Sindrom saluran cerna berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat • Hipersensitivitas terhadap etambutol
lain, sesuai regimen pengobatan jika
diduga ada resistensi. • Anak <6 tahun
• Neuritis optik
• Gangguan visual.
CARA KERJA
• Bersifat bakteriostatik
Dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan
streptomisin.
• Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
EFEK SAMPING
• Gangguan penglihatan
Berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk
dideteksi
INTERAKSI OBAT
• Garam Aluminium hidroksida antasida (dispepsia), dapat mengurangi absorpsi
etambutol.
• Jika dieprlukan garam alumunium agar diberikan dengan jarak beberapa jam (4
jam)
PIRAZINAMID (Z)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Terapi tuberkulosis dalam • Gangguan fungsi hati parah
kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
• Hipersensitivitas.
CARA KERJA
• Bersifat bakterisid
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
• Mekanisme kerja
Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
EFEK SAMPING
• Efek samping utama ialah
Hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus).
Nyeri sendi dan kadang- kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
INTERAKSI OBAT
• bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan
memberikan warna ungu muda – sampai coklat.
STREPTOMISIN (S)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Sebagai kombinasi pada
pengobatan TB bersama
isoniazid, Rifampisin, • Hipersensitifitas terhadap
dan pirazinamid, streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lainnya.
• Penderita yang dikontra
indikasi dengan 2 atau
lebih obat kombinasi
tersebut.
CARA KERJA
• Bersifat bakterisid
Dapat membunuh kuman yang sedang membelah.
• Mekanisme kerja
berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
EFEK SAMPING
• Efek samping utama:
Kerusakan N VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping
tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
• Dosis:
siprofloksasin 750mg 2 x sehari oral
Ofloksasin 300mg 2 x sehari
Levofloksasin 500 – 750mg dosis tunggal sehari.
Asam Paraaminosalisilat
FARMAKOKINETIK
• Mudah diserap melalui saluran cerna
• Masa paruh obat sekitar 1 jam
• 80% dieksresi melalui ginjal, 50% diantaranya dalam bentuk
terasetilasi
• Pasien dengan insufisiensi ginjal tidak dianjurkan
menggunakan PAS karena ekskresinya terganggu
EFEK SAMPING
• Mual dan gangguan saluran cerna (10%)
• Pasien tukak peptik tidak dianjurkan
• Reaksi hipersensitivitas : demam atau sakit sendi
• Kelainan darah : leukopenia, agranulositopenia,
eosinofilia,limfositosis, sindrom mononukleosis atipik dan
trombositopenia pernah terjadi
SEDIAAN
• Tablet 500mg dengan dosis oral 8 – 12 g/hari
Sikloserin
FARMAKOKINETIK
• Setelahpemberian oral absorbsinya baik, kadar puncak dalam darah
dicapai 4 – 8 jam setelah pemberian obat
• Dengan dosis 20 mg/kgbb diperoleh kadar dalam darah sebesar 20 –
35 µg/mL pada anak-anak. Dengan dosis 750 mg tiap 6 jam pada
orang dewasa akan diperoleh kadar lebih dari 50 µg/mL
• Karena obat ini terkonsentrasi di urin, maka tidak diperlukan dosis
besar untuk mengobati TB saluran kemih
• Ekskresi
maksimal tercapai dalam 2 – 6 jam setelah pemberian obat
dan 50% diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh selama 12 jam
pertama
SEDIAAN
• Dalam bentuk kapsul 250 mg diberikan 2 x sehari (reaksi toksik kecil)
• Hasil terapi paling baik bila dicapai kadar lembah dalam plasma sebesar 25 – 30
µg/mL
• Sikloserin dosis besar (250-500 mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila
diberikan bersama piridoksin atau depresan SSP
EFEK SAMPING
• Somnolen
• Sakit kepala
• Tremor
• Disatria
• Vertigo
• Gangguan tingkah laku
• Paresis
• Serangan psikosis akut
• Konvulsi
Etionamid
FARMAKOKINETIK
•Pemberian per oral etionamid mudah diabsorpsi
• Kadar puncak tercapai dalam 3 jam dan kadar terapi bertahan selama 12 jam.
• Digunakan sebagai OAT lini-kedua yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang
telah resisten terhadap streptomisin
FARMAKOKINETIK
• Melalui saluran cerna amikasin tidak di absorpsi
EFEK SAMPING
• Vertigo
• Nefrotoksik
• Gangguan saluran pencernaan
Kapreomisin
• Digunakan pada infeksi paru oleh M. tuberculosis yang resisten terhadap
antituberkulosis primer.
• (kuman yang telah resisten terhadap streptomicin)
• Kombinasi dengan etambutol dan INH terbukti efektif untuk terapi tuberkulosis yang
gagal diobati.
Efek Samping
Pada hewan coba dan uji klinik -> nefrotoksisitas dengan tanda, antara lain:
Naiknya BUN, menurunnya klirens kreatinin, dan albuminuria. Oleh karena itu tidak digunakan rutin
sebagai pengganti streptomisin.
• Efektif untuk terapi pencegahan tuberkulosis sebagai obat tunggal dnga regimen terapi
6 bulan, atau bersama pirazinamid dengan regimen 2 bulan.