Anda di halaman 1dari 70

Anti Tuberkulosis

Raninda Riani 1261050034


Deby Yuliana Sinaga 1261050085
Boby Singgih 1261050096
Maria C. A. I. W. Saudale 1261050162
Reza Fauzi 1261050183
Definisi
• Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyebab penyakit TBC
• Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain.Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu
tahanterhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebutpula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA)
Cara penularan tbc
OBAT ANTI
TUBERKULOSIS
(OAT)
OAT
• Obat yang digunakan untuk tuberkulosis digolongkan atas dua kelompok yaitu
kelompok obat lini pertama dan obat lini kedua.

• Lini Pertama: isoniazid, rifampisin, etambutol, streptomisin dan pirazinamid.

• Lini kedua: Antibiotik golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, oflofoksasin,


levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin, kenamisin, kapreomisin, dan
paraaminosalisilat
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan
tahap lanjutan dengan maksud:

Tahap awal Tahap lanjutan


• Pengobatan • Untuk membunuh
diberikan setiap hari sisa kuman yang
• Untuk menurunkan masih ada
jumlah kuman • Mencegah
• Harus diberikan terjadinya ke
selama 2 bulan kambuhan
OAT Lini Pertama
PADUAN OAT DI INDONESIA
• Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3
• Kategori 2: 2(RHZE)S/1(RHZE)/5(RH)3E3
• OAT Kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT) dosis sesuai BB pasien
DOSIS OAT PASIEN DEWASA
DOSIS OAT KDT KATEGORI 1
2(HRZE)/4(HR)3
DOSIS OAT KDT KATEGORI 2
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
ISONIAZID (H)
ISONIAZID
• Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat dengan INH

• Obat ini bersifat bakterisida, diberikan secara oral dan dapat menembus lesi TB secara
baik.
KONTRAINDIKASI
INDIKASI
• Terapi semua bentuk tuberkulosis aktif • Hipersensitifitas
• Dapat digunakan tunggal atau bersama-
sama dengan antituberkulosis lain.
Mekanisme kerja
• Mekanisme kerja isoniazid yang terutama adalah dengan menghambat biosintesis dari
asam mikolat, yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium.

• Isoniazid kadar rendah mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang
yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat.

• Isoniazid juga menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstraksi oleh methanol dari mikobakterium.
Farmakokinetik
• Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral, kadar puncak
dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.

• Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini
dipengaruhi oleh faktor genetik yang secra bermakna mempengaruhi kadar obat dalam
plasma dan masa paruhnya.

• Perbedaan kecepatan asetilasi ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan toksisitas
isoniazid bila obat ini diberikan setap hari.
Farmakokinetik
• Isoniazid mudah berdifusi kedalam sel dan semua cairan tubuh.

• Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalu urin dalam waktu 24 jam dan hampir
seluruhnya dalam bentuk metabolit.

• Ekskresi terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses
asetilasi, dan asam isonikotinat yang merupakan metabolit proses hidrolisis.
Efek Samping
• Reaksi Hipersensitivitas : demam
• Reaksi hematologik: agranulosis, eosinofilia, trombositopenia, dan anaemia.
• Neuritis Perifer, paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 5 mg/KgBB/hari. Bila
diberikan dosis lebih tinggi, pada sekitar 10% sampai 20% pasiendapat terjadi neuritis
perifer.
• Profilaksis dengan pemberian piridoksin mencegah terjadinya neuritis perifer.
Efek Samping
• Isoniazid juga dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat
terjadinya nekrosis multilobular.

• Efek samping lain yang terjadinya ialah mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati,
dan retensi urin.
INTERAKSI OBAT
• Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis.
 Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.

• Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin, menyebabkan hepatotoksisitas.


• Antasida dan adsorben menurunkan absorpsi.
• Sikloserin meningkatkan toksisitas pada SSP, menghambat metabolisme karbamazepin,
etosuksimid, diazepam, menaikkan kadar plasma teofilin.
Bentuk dan sediaan
• Tablet : 50, 100, 300, dan 400mg
• Sirup: 10mg/mL
• Isoniazid biasanya diberikan dalam dosis tunggal per orang tiap hari. Dosis biasa 5
mg/KgBB, maksimum 300mg/hari.
• Anak dibawah 4 tahun : 10 mg/KgBB/hari.
RIFAMPISIN (R)
RIFAMPISIN
Rifampisin adalah salah satu anggota kelompok antibiotik makrosilik yang disebut
rifamisin. Kelompok zat ini dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Obat ini larut
dalam pelarut organik dan air yang PH nya asam.
INDIKASI KONTRAINDIKASI

• Obat antituberkulosis yang • Penderita jaudice


dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk terapi
• Hipersensitif rifampisin.
awal maupun ulang
Mekanisme Kerja
• Bersifat bakterisid
 Dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.

• Rifampisin aktif terhadap sel yang sedang bertumbuh, Kerjanya menghambat DNA
dependent RNA polymerase dari mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan
menekan awal terbentuknya rantai dalam sintesis RNA.
Farmakokinetik
• Setelah diserap saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan kemudian
mengalami sirkulasi enterohepatik.

• Masa paruh eliminasi rifampisin bervariasi antara 1,5 sampai 5 jam dan akan
memanjang bila ada kelainan fungsi hepar.

• Pada pasien asetilator lambat, masa paruh memendek bila rifampisin diberikan bersama
isoniazid.

• Obat ini berdifusi baik ke berbagai jarngan termasuk cairan otak. Luasnya distribusi ini
tercermin dari warna merah pada urin.
EFEK SAMPING
• Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang

• Sindrom saluran cerna berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare

• Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan


• Hepatitis imbas obat atau ikterik
• Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan
gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi,
rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
• Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak
napas
• Rifampisin dapat menyebabkan warna merah
pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna
merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada penderita agar dimengerti
dan tidak perlu khawatir.
INTERAKSI OBAT
• Mempercepat metabolisme metadon.
• Absorpsi dikurangi oleh antasida.
• Mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid, meksiletin,
propanon dan kinidin.
• Mempercepat metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen,teofilin,
tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid,
tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol,
terbinafin, haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon,
betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi
khasiat glukosida jantung, mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin
Sediaan dan dosis
• Kapsul: 150mg dan 300mg
• Tablet: 450mg dan 600mg
• Suspensi: 100mg/5mL
• Obat ini diberikan sehari sekali sebaiknya satu jam sebelum makan atau dua jam setelah
makan.
• Dosis untung orang dewasa: BB < 50kg 450mg/hari, BB > 5okg 60mg/hari.
• Anak-anak: 10-20 mg/KgBB/hari dengan dosis maksimum 600mg/hari
ETAMBUTOL(E)
ETAMBUTOL

INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat • Hipersensitivitas terhadap etambutol
lain, sesuai regimen pengobatan jika
diduga ada resistensi. • Anak <6 tahun
• Neuritis optik
• Gangguan visual.
CARA KERJA
• Bersifat bakteriostatik
 Dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan
streptomisin.

• Mekanisme kerja
 berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
EFEK SAMPING
• Gangguan penglihatan
 Berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
 Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
 Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk
dideteksi
INTERAKSI OBAT
• Garam Aluminium hidroksida antasida (dispepsia), dapat mengurangi absorpsi
etambutol.
• Jika dieprlukan garam alumunium agar diberikan dengan jarak beberapa jam (4
jam)
PIRAZINAMID (Z)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Terapi tuberkulosis dalam • Gangguan fungsi hati parah
kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
• Hipersensitivitas.
CARA KERJA
• Bersifat bakterisid
 Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.

• Mekanisme kerja
 Berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
EFEK SAMPING
• Efek samping utama ialah
 Hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus).

 Nyeri sendi dan kadang- kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
INTERAKSI OBAT
• bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix yang akan
memberikan warna ungu muda – sampai coklat.
STREPTOMISIN (S)
INDIKASI KONTRAINDIKASI
• Sebagai kombinasi pada
pengobatan TB bersama
isoniazid, Rifampisin, • Hipersensitifitas terhadap
dan pirazinamid, streptomisin sulfat atau
aminoglikosida lainnya.
• Penderita yang dikontra
indikasi dengan 2 atau
lebih obat kombinasi
tersebut.
CARA KERJA
• Bersifat bakterisid
 Dapat membunuh kuman yang sedang membelah.

• Mekanisme kerja
 berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
EFEK SAMPING
• Efek samping utama:
 Kerusakan N VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping
tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.

• Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi


• Efek samping sementara dan ringan (jarang terjadi)
 Kesemutan sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan.
 Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr
INTERAKSI OBAT
• Interaksi dengan kolistin, siklosporin, sisplatin
menaikkan risiko nefrotoksisitas.
• Kapreomisin, dan vankomisin menaikkan otot oksisitas
dan nefrotoksisitas.
• Bifosfonat meningkatkan risiko hipokalsemia
• Toksin botulinum meningkatkan hambatan
neuromuskuler.
• Diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas,
meningkatkan efek relaksan otot yang non depolarising,
melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen dan
piridostigmin.
OAT LINI KEDUA
FLUOROKUINOLON
• Diberikan untuk pengobatan tuberkulosis sebagai lini-kedua
(levofloksasin, ofloksasin, siprofloksasin) terutama yang sudah
resisten terhadap obat lini-pertama.

• Dosis:
 siprofloksasin 750mg 2 x sehari oral
 Ofloksasin 300mg 2 x sehari
 Levofloksasin 500 – 750mg dosis tunggal sehari.
Asam Paraaminosalisilat
FARMAKOKINETIK
• Mudah diserap melalui saluran cerna
• Masa paruh obat sekitar 1 jam
• 80% dieksresi melalui ginjal, 50% diantaranya dalam bentuk
terasetilasi
• Pasien dengan insufisiensi ginjal tidak dianjurkan
menggunakan PAS karena ekskresinya terganggu
EFEK SAMPING
• Mual dan gangguan saluran cerna (10%)
• Pasien tukak peptik tidak dianjurkan
• Reaksi hipersensitivitas : demam atau sakit sendi
• Kelainan darah : leukopenia, agranulositopenia,
eosinofilia,limfositosis, sindrom mononukleosis atipik dan
trombositopenia pernah terjadi
SEDIAAN
• Tablet 500mg dengan dosis oral 8 – 12 g/hari
Sikloserin
FARMAKOKINETIK
• Setelahpemberian oral absorbsinya baik, kadar puncak dalam darah
dicapai 4 – 8 jam setelah pemberian obat
• Dengan dosis 20 mg/kgbb diperoleh kadar dalam darah sebesar 20 –
35 µg/mL pada anak-anak. Dengan dosis 750 mg tiap 6 jam pada
orang dewasa akan diperoleh kadar lebih dari 50 µg/mL
• Karena obat ini terkonsentrasi di urin, maka tidak diperlukan dosis
besar untuk mengobati TB saluran kemih
• Ekskresi
maksimal tercapai dalam 2 – 6 jam setelah pemberian obat
dan 50% diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh selama 12 jam
pertama
SEDIAAN
• Dalam bentuk kapsul 250 mg diberikan 2 x sehari (reaksi toksik kecil)

• Hasil terapi paling baik bila dicapai kadar lembah dalam plasma sebesar 25 – 30
µg/mL

• Sikloserin dosis besar (250-500 mg tiap 6 jam) dapat digunakan dengan aman bila
diberikan bersama piridoksin atau depresan SSP
EFEK SAMPING
• Somnolen
• Sakit kepala
• Tremor
• Disatria
• Vertigo
• Gangguan tingkah laku
• Paresis
• Serangan psikosis akut
• Konvulsi
Etionamid
FARMAKOKINETIK
•Pemberian per oral etionamid mudah diabsorpsi

• Kadar puncak tercapai dalam 3 jam dan kadar terapi bertahan selama 12 jam.

• Ekskresi berlangsung cepat dan terutama dalam bentuk metabolitnya, hanya 1%


dalam bentuk aktif
EFEK SAMPING
• Anoreksia, mual, dan muntah
• Hipotensi postural, depresi mental, mengantuk dan asthenia.
• Efek samping pada sistem saraf:
 Gangguan pada saraf olfaktorius
 Penglihatan kabur
 Diplopia
 Tremor

• Kemerahan kulit, purpura, stomatitis, ginekomastia, impotensi, menoragi, akne, dan


alopena
• Gejala hepatotoksik
SEDIAAN
• Tablet 250mg.
 Dosis awal 2 x sehari 250 mg, kemudian di naikkan setiap lima hari dengan 125 mg sampai
maksimal 1g/hari.
 Diberikan pada waktu makan untuk mengurangi iritasi lambung
Kanamisin dan Amikasin
• Menghambat sintesis protein bakteri, efektif pada M. Tuberculosis

• Digunakan sebagai OAT lini-kedua yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yang
telah resisten terhadap streptomisin
FARMAKOKINETIK
• Melalui saluran cerna amikasin tidak di absorpsi
EFEK SAMPING
• Vertigo
• Nefrotoksik
• Gangguan saluran pencernaan
Kapreomisin
• Digunakan pada infeksi paru oleh M. tuberculosis yang resisten terhadap
antituberkulosis primer.
• (kuman yang telah resisten terhadap streptomicin)
• Kombinasi dengan etambutol dan INH terbukti efektif untuk terapi tuberkulosis yang
gagal diobati.
Efek Samping
 Pada hewan coba dan uji klinik -> nefrotoksisitas dengan tanda, antara lain:
 Naiknya BUN, menurunnya klirens kreatinin, dan albuminuria. Oleh karena itu tidak digunakan rutin
sebagai pengganti streptomisin.

 Kapreomisin juga merusak saraf otak VIII


 Perlu dilakukan audiometrik dan pemeriksaan fungsi vestibuler sebelum mulai pemberiannya.

 Hipokalemia, memburuknya angka-angka uji fungsi hati, eosinofilia, leukositosis


dan leukopenia, serta trombositopenia
Rifabutin (anmisin)
• Derivat antibiotik rifamisin seperti; rifampisin dan rifapentin.

• Efektif untuk terapi pencegahan tuberkulosis sebagai obat tunggal dnga regimen terapi
6 bulan, atau bersama pirazinamid dengan regimen 2 bulan.

• Dosis terapi lazim; 300mg/hari

Anda mungkin juga menyukai