Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Keperawatan Pada

Neonatus
Annisa Dewi K 2011005
Dwi Yuliasmi 2011012
Maria Karolina D 2011018
Pengertian BBLR

Bayi berat badan lahir rendah


(BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari
2.500 gram saat lahir. (Muthayya,
2009).
Klasifikasi BBLR
a. Prematuritas Murni ialah Bayi yang lahir dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Baby Small for Genestational Age (SGA) ialah Berat
badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan
Komplikasi BBLR

Sindrom aspirasi mekonium


Hipoglikemi simptomatik
Penyakit memberan hialin
Afiksia neonatum
Hiperbilirubinemia (Gangguan
pertumbuhan hati)
Pengertian Afiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafan secara spontan dan teratur pada
saat bayi baru lahir atau beberapa saat setelah lahir
(sudarti&afroh,2013)
Asfiksia keadaan pertukaran gas terganggu dalam
plasenta atau paru-paru yang mengarah ke
hipoksemia progresif, hiperkarbia dan asidosis.
Lanjutan …
Neonates dengan asfiksia memiliki kondisi asidosis
metabolic arteri umbilical ph<7.0. apgar score 0-3 >
5menit. Menifestasi neorologi (kejang,koma,
hipotonia). Disfungsi organ multisystem (JNPK-KR).

Bayi baru lahir, dievaluasi dengan menggunakan


APGAR Score yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat atau derajat afiksia tersebut.
Lanjutan …
Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi secara aktif dan pemberian
oksigen terkendali.Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat dan terkadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Asfiksia sedang (nilai apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dn pemberian oksigen sampai bayi
bernafas kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia ringan (nilai 7-10)
Bayi dianggap sehat tidak memerlukan tindakan
khusus.
Etiologi Afiksia

Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada


menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul
dengan pernapasan teratur, bila terjadi gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin akan terjadi asfiksia janin atau neonatus.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah kelahiran (Jumiarni et
al., 2016). Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi
yang terdiri dari: faktor ibu, faktor plasenta, faktor
janin dan faktor persalinan (Jumiarni et al., 2016).
Komplikasi Afiksia
a.  Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
b.  Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
c.   Gastrointestinal : NEC
d.  Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1
ml/kg/jam) untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L
e.  Hematologi : DIC
f.   Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino
transferase > 100 U/L sejak minggu pertama kelahiran
Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati
Neonatal atau Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma
klinis berupa gangguan fungsi neurologis pada hari-hari awal
kehidupan bayi aterm
Penatalaksanaan menurut tingkatan
Afiksia
1. Asfiksia ringan apgar skore 7-10
Bayi dibungkus dengan kain hangat
Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada
hidung dan mulut
Bersihkan badan
Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan
masukkan ke incubator
2. Asfiksia sedang apgar score 4-6
Bersihkan jalan nafas
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi
bantu pernafasan melalui masker
Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis beriakn natrium
bikarbonat 7.5% dextrose 40%
3. Asfiksia berat
Bersihkan nafas sambil pompa melalui ambubag
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Apabila bayi sudah bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7.5% dextrose 40%
Pengertian Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana
menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau akumulasi
bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24
jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem
hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ).
Etiologi Hiperbilirubinemia
1) Produksi yang berlebihan
2) Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi
3) Gangguan transportasi Bilirubin
4) Gangguan dalam ekskresi
Penatalaksaan Hiperbilirubinemia
Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital.
Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga
konjugasi dapat dipercepat
Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau
konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk
meningkatkan bilirubion bebas
Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata
setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat
menurunkan bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian
fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca
transfusi tukar
 
Pengertian RDS
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom,
RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus.Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi &
Rahardjo,2012)
Etiologi RDS
c) Faktor Janin atau
Neonatus

b) Faktor Plasenta

a) Faktor IBU
Komplikasi RDS
Ketidakseimbangan asam basa
Kebocoran udara
Perdarahan pulmonal
Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
Apnea
Hipotensi sistemik
Anemia
Infeksi
Perubahan perkembangan bayi dan
perilaku orangtua
Kasus Asuhan
Keperawatan
By. Ny.MH berusia 4 hari.
Klien berjenis kelamin
laki-laki, klien anak dari
kedua pasangan suami istri
Tn.M dan Ny.MH yang
beralamat di Surabaya. By.
Ny.MH masuk ke rumah
sakit pada tanggal 11 April
2017 pukul 12.00 WIB.
Tanggal Pengkajian 15
April 2017 jam 07.00 WIB
. Sumber informasi dari
Rekam Medik dan Ibu
Bayi.
Analisa Data Pada Klien
No Sign/Symptom Etiologi

1 Ds : - Sekresi yang tertahan


Do : O2 B CPAP FiO2 21%
PEEP 7 Flow 8 lpm
DJ 152x/menit, T: 37,3, RR:
48x/menit, Terdapat Ronkhi,
Keluar Slim Jernih di mulut
2 Terdapat RD O2 B CPAP Imaturitas Neurologi
FiO2 21% PEEP 7 Flow 8
lpm, DJ 152x/menit, T: 37,3,
adanya retraksi dada
3 Ds : - Ketidakmampuan
Do : HB : 15,7 Mengabsrbsi nutrisi
BB : 1300GR, Terpasang
OGT, Reflek hisap lemah,
Residu hijau lemah
4 Ds : - Imaturitas System
Do : Lahir 32-33 minggu imun
Leukosit : 10,9 , HB : 15,7 ,
PLT : 65000
Diagnosa Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif berhubungan dengan
Sekresi yang tertahan
Polas Nafas Tidak Efektif
berhubungan dengan Imaturitas
Neurologis

Ketidakseimbangan Nutrisi
berhubungan Ketidakmampuan
Mengabsrbsi Nutrisi

Resiko Infeksi berhubungan


dengan Imaturitas System Imun
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria
Hasil
Bersihan Jalan Tidak Tujuan : 1. Catat perubahan 1. Penggunaan otot-
Efektif berhubungan Bersihan dalam bernafas ototo intercostal,
dengan Sekresi yang Jalan Nafas dan pola abdominal, dan leher
tertahan Efektif nafasnya dalam meningkatkan
Kriteria Hasil 2. Observasi dari usaha kempes
: Tidak ada penurunan 2. Pengembangan dada
Sekret pengembangan dapat menjadi batas
dada dan dari akumulasi cairan
peningkatan dan cairan dapat
fremitus meningkatan fremitus
3. Catat 3. Suara nafas terjadi
karakteristik dari karena adanya aliran
suara nafas udara terlewati
4. Berikan batang
bronchodilator tracheobranchial
4. Mengurangi
bronchospasme,
menurunkan isositas
sekret.
Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Pola Nafas Tidak Tujuan : Pola 1. Pantau tingkat 1. Membantu dalam
Efektif Nafas kembali pernapasan, membedakan
berhubungan normal kedalaman, dan periode perputaran
dengan Imaturitas Kriteria Hasil : kemudahan pernapasan normal
Neuorologi Pernapasan bernafas dari serangan
teratur dan tidak 2. Perhatikan pola apnetik sejati,
sesak nafas klien terutama sering
3. Tentukan apakah terjadi pada gestasi
klien apneu minggu ke-30
4. Berikan terapi 2. Mengetahui jika
oksigenasi (Atur terdapat tanda-
peralatan tanda yang
oksigenasi, menyebabkan
monitor aliran dispnea
oksigen, 3. Dispneu itu
pertahankan psikologis tanda
posisi pasien   gejalanya mengi
terkait batuk, dahak
dan palpitasi
4. Perbaikan kadar
oksigen dan
karbondioksida
dapat meningkatkan
fungsi
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria
Hasil
Ketidakseimbanga Tujuan : 1. Perhatikan gejala 1. Sebagai langkah
n Nutrisi Intake kekurangan gizi awal pengkajian
berhubungan Makanan termasuk untuk
dengan normal 2. Perhatikan adanya melaksanakan
Ketidakmampuan Kriteria penurunan BB intervensi
Mengabsrbsi Hasil : BB 3. Monitor turgor kulit selanjutnya
Nutrisi lebih dari dan perubahan 2. Mengidentifikasika
2500 gram, pigmentasi n adanya resiko
Tidak ada 4. Berikan makanan derajat dan resiko
residu yang terpilih terhadap pola
pertumbuhan
3. Untuk mengetahui
adanya tanda-
tanda dehidrasi
4. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individual
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Resiko Infeksi Tujuan : Tidak 1. Kaji adanya 1. suhu tubuh
berhubungan terjadi infeksi fluktasi suhu meningkat dan
dengan Imaturitas Kriteria Hasil : tubuh, letargi, nadi cepat
System Imun Leukosit apnea, malas merupakan awal
dalam batas minum, gelisah terjadi infeksi
normal, Tali dan icterus 2. Mengetahui
Pusat kering, 2. Kaji riwayat ibu, adanya riwayat
Tidak kondisi bayi infeksi selama
Terpasang selama kehamilan kehamilan
Infus dan epidemi 3. Untuk sample pada
infeksi diruang pemeriksaan
perawatan labotarium seperti
3. Ambil sample eritrosit, leukosit,
darah diferensiasi, dan
4. Upayakan immunoglobulin
pencegahan infeksi 4. Untuk mencegah
dari lingkungan perpindahnya
mikroorganisme
dari jari tangan ke
tubuh bayi
EVALUASI KEPERAWATAN
DX 1 S:-
O : Ronkhi (+), sekresi slim kental, suction mulut (+) O2 bcpap fio2
21% peep 7 flow 8 lpm
HR : 138x/menit, T : 36,7 , RR : 46x/menit, SpO2 : 96%
A : Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 2 S:-
O : Retraksi dada ringan, Irasa nafas reguler O2 bcpap fio2 21% peep 7
flow 8 lpm
HR : 138x/menit, T : 36,7 , RR : 46x/menit, SpO2 : 96%
A : Masalah Pola Nafas Tidak Efektif teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

DX 3 S:-
O : Retensi keruh, Reflek hisap lemah, BB 1300 gr, Terpasang infus D10 1/5
NS 110cc/24 jam. Minum ASI lewat OGT 10cc/3 jam
A : Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
PEMBAHASAN

Dalam Pembahasan ini penulis


akan membahas tentang
kesenjangan yang ditemukan
antara landasan teori dengan
tinjauan kasus selama
memberikan Asuhan keperawatan
pada kasus BBLR+Afiksia+RDS
yang dialami oleh By. Ny. MH di
RSAL Dr.Ramelan Surabaya sesuai
Pengkajian, Diagnosa
keperawatan, Perencanaan dan
Evaluasi.
Pengkajian
Pada teori BBLR, asfiksia, Hiperbilirubin dan RDS terdapat data
diantaranya: BB kurang dari 2500 gram, kulit tipis dan transparan,
lemak subkutan sedikit, pergerakan lemah, tangis lemah, kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan, reflek menghisap lemah,
sesak nafas, adanya sianosis, Apgar kurang dari 10, pernapasan
dangkal, adanya suara tambahan,kelelahan, apnea, kuning, hipotonik
dan iritabilitas.
sedangkan pada kasus terdapat keadaan umum bayi terpasang O2
bubble C-PAP dengan PEEP 7cmH2O flowmeter 8lpm FiO2 21% dan
saat dilakukan pemeriksaan didapatkan DJ 152x/menit, Suhu 37,3◦C,
RR 48x/menit, BB 1300gram dan suhu incubator 33,5◦C, bayi terpasang
OGT dan infus D10% melalui syrngpump dan terdengar suara napas
tambahan ronki pada paru kiri, tidak ada sianosis, irama napas reguler,
bayi tremor.
DIAGNOSA

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d


Sekresi yang tertahan . 2. Pola nafas
tidak efektif b.d Imaturitas neurologi .
3. Ketidak seimbangan nutrisi b.d
Ketidak mampuan mengabsorbsi
nutrisi. 4. Resiko infeksi b.d Imaturitas
system imun. 5. Resiko thermoregulasi
tidak efektif b.d proses penyakit.
Kesenjangan terdapat pada
kasus nyata yaitu pada diagnosa
Risiko infeksi. Dalam teori tidak
ada pernecanaan mengenai
INTERVENSI pengmbilan sampel darah hal ini
di sebabkan karena pada kasus
nyata ingin mengetahui hasil
leukosit yang juga salah satu
penyebab terjadinya infeksi.
IMPLEMENTASI
• Sesuai tinjauan manajemen keperawatan bahwa
melaksanakan rencana tindakan harus efisiensi
dan menjamin rasa aman bagi klien. Pada studi
kasus bayi Ny. M.H Pada Gangguan Neonatus
sedang semua tindakan yang telah direncanakan
sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik.
Dalam melakukan tindakan ini tidak ada
kesenjangan antara teori dari praktek karna teori
dan praktek berjalan sesuai dengan ketentuan.
Mengevaluasi pencapaian dengan
kriteria yang diidentifikasikan,
memutuskan apakah tujuan telah
tercapai atau belum tercapai.
Pada Kasus Ny M.H setelah Evaluasi
dilakukan tindakan keperawatan
yang teratasi (tidak ada), evaluasi
pada diagnose Bersihan jalan
nafas tidak efektif, Pola nafas tida
efektif, Ketidak seimbangan
nutrisi dan Resiko infeksi
srbagian teratasi dan pada
diagnose Resiko thermoregulasi
tidak efektif tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai