Anda di halaman 1dari 9

HALAWATUL

IMAN

MANISNYA IMAN

07/11/2020
BAGAIMANA SESEORANG DAPAT MERASAKAN
MANISNYA IMAN?

Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam


hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada allah dan rasul-nya,
manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa
menyempurnakan cintanya kepada allah, memperbanyak cabang-cabangnya
(amalan yang dicintai allah ta’ala) dan menangkis hal-hal yang bertentangan
dengan kecintaan allah ta’ala.
APA BUKTINYA BILA SESEORANG TELAH
MERASAKAN MANISNYA IMAN?

Buktinya, ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada allah daripada


mementingkan kesenangan dan kemegahan dunia, seperti bersenang-senang
dengan keluarga, lebih senang tinggal di rumah ketimbang merespon seruan
dakwah dan asyik dengan bisnisnya tanpa ada kontribusi sedikitpun
terhadap kegiatan jihad di jalan allah ta’ala. 
‫ان آَبَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأَ ْز َوا ُج ُك ْم َو َع ِشي َرتُ ُك ْم َوأَ ْم َوا ٌل ا ْقتَ َر ْفتُ ُموهَا َو ِت َجا َرةٌ تَ ْخ َش ْو َن َك َسا َدهَا َو َم َسا ِك ُن‬
َ ‫قُلْ إِ ْن َك‬
‫ين‬
َ ِ‫اسق‬ ِ َ‫ض ْونَهَا أَ َحبَّ إِلَ ْي ُك ْم ِم َن هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َو ِجهَا ٍد فِي َس ِبيلِ ِه فَتَ َربَّصُوا َحتَّى يَأْتِ َي هَّللا ُ ِبأ َ ْم ِر ِه َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَ ْو َم ْالف‬ َ ْ‫تَر‬

“Katakanlah: “jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,


harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari allah dan rasul-nya dan dari berjihad di
jalan-nya, maka tunggulah sampai allah mendatangkan keputusan-nya. Dan allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”  (At-taubah: 24).
MEMPRIORITASKAN KECINTAAN KEPADA ALLAH
AKAN MELAHIRKAN PERASAAN RIDHA

Bila seseorang senantiasa mengutamakan kecintaan kepada allah, rasul dan


jihad di jalan-nya, daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahirlah
sikap ridha terhadap allah sebagai rabbnya, islam sebagai din-nya dan
muhammad sebagai nabi dan rasulnya. Keridhaannya itu dibuktikan dengan
selalu menghadiri halaqahnya, terlibat dengan kegiatan dakwah di
lingkungannya dan menginfakkan sebagian harta dan waktunya untuk
kemaslahatan tegaknya agama allah ta’ala.
APA YANG DIRASAKAN OLEH SESEORANG BILA IA
TELAH RIDHA TERHADAP ALLAH, AGAMA DAN
RASULNYA?

Pertama, ia akan merasakan “istildzadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada


allah ta’ala, baik dalam shalatnya, tilawah qur’annya, pakaian dan pergaulan
islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam
barisan dakwah
Kedua, ia juga akan merasakan “istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi
berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-
hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat
islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat
dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya iman.
، ‫ اَال ْ ِن ْفا َ ُق ِم َن اُالِ ْقتَ ِار‬:‫ان‬
ِ ‫ث َم ْن ك ّ َُن ِفيْ ِه َو َج َد ِب ِه َّن َحال َ َو َة اْلِاي ْ َم‬ ٌ َ ‫ ثَال‬:‫قا َ َل‬ ِ َ ‫ع ّ َم ِار بْ ِن ي‬
‫اس ٍر‬ َ ‫ع ْن‬ َ
‫السال َ ِم لِل َْعال َ ِم (رواه عبد الرزاق) علقه البخاري في‬ َ ّ ‫ َوب ْذ ُل‬،‫ن َ ْف ِس َك‬ ‫اس ِم ْن‬ِ َّ ‫اف الن‬ ُ ‫َو ِإن ْ َص‬
)‫(كتاب االيمان‬
Amar bin yasir berkata, “ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia
merasakan manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap
manusia dari dirinya, dan mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” 
(Diriwayatkan abdurazzaq, bukhari mencantumkannya di kitab al-iman).
Hadits yang dibawakan oleh amar bin yasir ra. Tersebut di atas, juga menjelaskan tentang tiga hal
yang dapat mendatangkan manisnya iman
Pertama: berinfak secukupnya, tidak berlebihan sehingga menzalimi hak-hak yang lainnya, tapi juga
tidak kikir dengan hartanya
Kedua: bersikap objektif, tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan adil kepada manusia,
walaupun ada kaitannya dengan kepentingan diri sendiri, misalnya walaupun disakiti dan dizalimi
oleh seseorang, tetapi tidaka menghalanginya untuk memaafkannya dan tetap berbuat baik
kepadanya
Ketiga: menebarkan kesejahteraan kepada seluruh alam semesta, memperjuangkan sesuatu demi
kebaikan manusia dan seluruh makhluk lainnya, seperti dengan melakukan kegiatan amal siasi
maupun amal khidam ijtima’i (kegiatan sosial)
Teruslah berbuat baik,
Walaupun itu melelahkan.
Karena kelelahannya sementara,
Sedangkan pahalanya terus ada.

(Ust. Hanan Attaki, Lc)

Anda mungkin juga menyukai