(1704026079) 2. Ladyla eksa farah (1704026092) 3. Mohammad iqbal ( 1804026006) TEORI GENDER DAN FEMINISME SERTA RELEVANSINYA DENGAN AL-QURAN Pengertian Gender
Secara bahasa gender sama artinya dengan seks yaitu
jenis kelamin. Tapi dalam perspektif gender, konsep seks dibedakan dengan gender. Perbedaan-perbedaan secara biologis dan fisiologis adalah perbedaan seks,sedqngkan perbedaan secara fungsi, peran hak dan kewajiban adalah konsep gender. Konsep gender merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural sepanjang sejarah kehidupan manusia, dengan demikian tidak bersifat kodrati atau alami. Dalam analisis feminisme, sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyaknya hal diantaranya dibentuk, sisosialisasikan, dan diperkuat bahkan disosialisasikan melalui ajaran agama juga negara. Maka dapat diasumsikan bahwa perbedaan-perbedaan itulah yang akan berpengaruh kepada fungsi dan peran keduanya dalam kehidupan baik domestik maupun publik. Relevansi Gender terhadap studi al- Quran
Dalam hubungannya dengan doktrin al-Quran tentang perbedaan gender
ada yang bersifat normatif dan konstekstual. Antara keduanya harus dipisahkan secara tepat, supaya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan secara rasional dan sekaligus menghindari tafsir yang bersifat diskriminatif terhadap perempuan. Zakamakhsyari misanya ketika menjelaskan kelebihan laki-laki dan perempuan dalam konteks kepemimpinan rumah tangga menyebutkan sejumlah hal seperti kelebihan akal, keteguhan hati, kemauan keras, kekuatan fisik ataupun lainnya. Adapun substansi terpenting dari perspektif gender memandang teks baik al-Quran dan hadis adalah ide tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, walaupun dalam pemaknaan apalagi dalam dataran praktis hukum bisa berbeda pendappat tentang kesetaraan itu sendiri. Relasi atas ketimpangan dan ketidakadilan yang dihasilkan oleh suatu tatanan sosial yang patriarkhal pada akhirnya menyebabkan munculnya gerakan feminisme,termasuk kalangan feminis Islam, seperti Riffat Hassan, Fatimah Mernissi, Amina Wadud Muhsin, dan Asghar Ali Engineer. Mereka mencoba melakukan dekontruksi dan sekaligus rekonstruksi terhadap wacana tafsir yang dipandang bias patriarkhi. Karena kebanyakan para mufassir klasik adalah kaum laki-laki, sehingga mereka secara tidak sadar kurang mengakomodir kepentingan kaum perempuan.Wajar jika kemudian tafsir-tafsir yang diproduksi terasa masih mencerminkan bias-bias patriarkhi, terlebih ketika dibaca dalam konteks sekarang. Pada dasarnya setiap agama menganjurkan untuk menegakkan prinsip prinsip keadilan dan kesetaraan. Pandangan egalitarianisme Islam dan penolakannya terhadap praktek-praktek kekerasan yang dilakukan manusia dalam kaitannya dengan relasi laki-laki dan perempuan dibicarakan secara luas dalam al Quran maupun hadits. Islam tidak pernah membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan lainnya, antara laki-laki dan perempuan. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam Q.S.Al Hujurat/49: 13,An-Nisa/4: 1, Al-A’raf/7: 189,13 Az-Zumar/39: 6,Fatir/35: 11,Al-Mukmin/40: 67 dan sebagainya.