Anda di halaman 1dari 35

SENGKETA

Perbedaan pendapat yang telah mencapai eskalasi tertentu;


Pemicu terjadinya sengekat:
 Kesalahpahaman
 Perbedaan penafsiran
 Ketidak-jelasan pengaturan, ketidak-puasan
 Tersinggung, curiga
 Tindakan yg tdk patut, curang, tdk jujur
 Kesewenang-wenangan, ketidak adilan

VA L . S 2
BENTUK PENYELESAIAN PADA UMUMNYA:
1. Proses peradilan/ajudikasi:
a. Litigasi (proses pengadilan)
b. Arbitrase
2. Proses Konsensual:
Alternatif Penyelesaian Sengketa

VA L . S 3
KARAKTERISTIK LITIGASI:
1. Prosesnya sangat formal;
2. Para pihak berhadap-hadapan untk saling melawan/adu argumen;
3. Pihak ketiga netral (hakim) tdk ditentukan oleh para pihak dan keahliannya
bersifat umum;
4. Proses terbuka/transparan;
5. Hasil akhirnya berupa putusan yg didukung pertimbangan

VA L . S 4
KELEBIHAN LITIGASI
1. Proses beracara jelas dan pasti;
2. Putusan menentukan siapa benar, siapa salah;
3. Putusan dapat dieksekusi atau dijalankan secara paksa.

VA L . S 5
KEKURANGAN LITIGASI
1. Proses berlarut-larut
2. Menimbulkan ketegangan atau rasa permusuhan
3. Kemampuan hakim terbatas dan bersifat umum
4. Tdk dapat dirahasiakan
5. Kurang mampu mengakomodasi kepentingan para pihak
6. Putusan hakim mungkin tdk dapat diterima oleh salah satu pihak.

VA L . S 6
1. MEDIASI

7
SUMBER HUKUM MEDIASI
1. UU NO. 48 TAHUN 2009 PASAL 10.ppt (ps 58-61)
2. PASAL 130 HIR/PASAL 154 RBG jo PERMA NO. 1
TAHUN 2008 (Mediasi dlm litigasi)
3. UU NO. 30 TAHUN 1999 TTG ARBITRASE & APS 
APS.ppt
4. UU 23 TH 1999 JO PP 54 TH 2000  UULH.ppt
5. UU NO. 41 TAHUN 1999  UU KEHUTANAN.ppt
6. UU 2 TAHUN 2004 TENTANG PPHI  PPHI.ppt
7. UU No. 36 Tahun 2009 ttg KESEHATAN  pasal 29

8
HAKIKAT MEDIASI
 Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa perdata secara non litigasi
 Penyelesaian secara suka rela dengan perantaraan/bantuan pihak ketiga
(mediator) yang netral.
 Campur tangan hakim sangat terbatas, bahkan mungkin tidak ada.
Yahya Harahap menyebut sebagai court connected mediation.

9
KAREKTERISTIK MEDIASI

SEBAGAI PENGEMBANGAN PROSES NEGOSIASI


ADA INTERVENSI PIHAK KETIGA (MEDIATOR)
YANG DPT DITERIMA PARA PIHAK.
MEDIATOR TIDAK BERWENANG MENGAMBIL
KEPUTUSAN (: BERBEDA DENGAN ARBITER)
MEDIATOR MEMBANTU PARA PIHAK DALAM
MENCAPAI KESEPAKATAN
NEGOSIASI DILAKUKAN OLEH PARA PIHAK
SENDIRI

10
STRATEGI NEGOSIASI
1.POSITIONAL BASED BARGAINING
Hard (kompetitif):perunding dipandang sbg
musuh, semata-mata untuk kemenangan,
menuntut konsesi, alot terhadap orang maupun
masalah
Soft (kompromistis): perunding adl teman/mitra,
utk mencapai kesepakatan, memberi konsesi,
lunak terhadap orang maupun masalah.

2. INTEREST BASED BARGAINING


Menggunakan joint problem solving: bersama-
sama menyelesaikan persolan berdasarkan
kebutuhan/ kepentingan
11
Tujuan saya
menang/kalah

kompromi  win-win

kalah/menang

kalah/menang
tujuan anda
Tujuannya adalah win-win, mencapai kesepakatan yg mencerminkan kebutuhan/kpentingan
para pihak.
Tiap2 kebutuhan dari seluruh pihak hrs dibahas dlm rangka mencapai tujuan itu.
Diskusikan tiap2 kebutuhan secara intensif sebelum mengambil keputusan.
Terbuka terhadap alasan perunding lawan.
SIFAT NEGOSIATOR/PIHAK
YANG MUNGKIN DIHADAPI MEDIATOR

GANAS/BUAS BANDEL AKOMODATIF

MEDIATOR

SABAR
TAPI PASTI
TERBURU WAKTU PENGUASA
14
FUNGSI MEDIATOR

1. FASILITATOR: PENYELENGGARA PERUNDINGAN,


SUSUN ACARA, SIAPKAN LOGISTIK, NOTULIS
2. MODERATOR: MEMIMPIN /WASIT DALAM
PROSES NEGOSIASI PARA PIHAK
3. TRANSLATOR: ARTIKULASI/RUMUSKAN
KEPENTINGAN ATAU KESEPAKATAN
4. KATALISATOR: MENGANALISA KONFLIK
MENDORONG UNTUK CAPAI KESEPAKATAN, GALI
KEPENTINGAN TERSEMBUNYI.
5. STABILISATOR: MENGENDALIKAN EMOSI,
MEMBINGKAI ULANG (REFRAMING)

15
2. TEKNIK MEDIASI

16
KETRAMPILAN MEDIATOR

KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN :


1. MEMBANGUN KEPERCAYAAN
2. MENDENGARKAN SECARA SUNGGUH-
SUNGGUH
3. MENGAJAK PARA PIHAK UNTUK KELUAR
DARI AREA KONFLIK
4. MENDORONG PARA PIHAK UNTUK
MEDIASI
5. NETRALITAS DAN IMPARSIALITAS

17
SIDANG I
(PARA PIHAK PROSEDUR MEDIASI DALAM
HADIR) PROSES LITIGASI
(PERMA NO. 1 TAHUN 2008)
PEMILIHAN
MEDIATOR

PEMERIKSAAN E
PENYERAHAN PERKARA K
(ACARA BIASA) PUTUSAN
RESUME S
E
L
G
A K
A
G U
PROSES AKTA S
AKTA DPT
MEDIASI BERHASIL KESEPAKATAN PERDAMAIAN I

KAUKUS DPT MENGUNDANG


(JIKA PERLU) AHLI
18
PROSEDUR MEDIASI UMUM/ DI
LUAR PROSES LITIGASI (UU NO.
Dg/tanpa PERJ
30/1999)
PARA PENYLS.
PIHAK SENGKETA

NEGOSIASI GAGAL MEDIATOR

ARBITRASE
BERHASIL

E
L
GAGA

DAFTARKAN
K
IL MEDIASI S
HAS
R
BE E
K
AKTA U
KESEPAKATAN DAFTARKAN S
I
PENGADILAN
19
PROSEDUR MEDIASI SENGKETA LINGKUNGAN (PP
NO. 54/2000)
PARA PIHAK/
ANSATU PIHAK
ON
BAPPEDAL TEMBUSAN PERMOHONAN
RMO
H
PE

VERIFIKASI
VERIFIKASI LEMBAGA
FAKTA
FAKTA PENYEDIA JASA

E
PROSES MEDIASI K
IL GA S
HAS GA
R
BE L E
K
AKTA U
KESEPAKATAN DAFTARKAN S
(BERMETERAI) PENGADILAN I
20
TAHAPAN PROSES MEDIASI

1. Pernyataan pembukaan Mediator


2. Pernyataan pembukaan para pihak
3. Merancang proses pemecahan masalah
4. Pemecahan masalah
5. Tawar-menawar
6. Penyiapan draft kesepakatan
7. Kesepakatan akhir

21
1. PERNYATAAN PEMBUKA MEDIATOR
1. Ucapan selamat datang
2. Perkenalkan diri
3. Penjelasan peran mediator: ”Membantu proses
dan tidak memihak”
4. Penjelasan keuntungan menempuh mediasi
(memotivasi): ”cepat dan murah, win-win shg
hubungan baik tetap terjaga”
5. Penjelasan proses: ”sifat tdk formal, aturan main
al: kemungkinan kaukus, larangan interupsi,
pengungkapan scr santun (tdk
menyinggung/menyerang), kemungkinan
menghadirkan ahli, menjaga kerahasiaan,
kesepakatan mengenai biaya.
22
2. PERNYATAAN PEMBUKA PARA PIHAK
1.Mengungkapkan riwayat sengketa
2. Mengungkapkan posisi-posisi dan
kepentingan
 Boleh marah, menangis: mengungkapkan
emosinya, asal terkendali dan tidak
menyerang pribadi lawan
 Mediator membingkai ulang pernyataan
pihak dalam bahasa yang mudah, dan
beradab, menuju pokok persoalan (reframing)
Tahap ini sekaligus sebagai sarana Mediator
untuk menggali issues, untuk di-cross cek
dengan resume.
23
3.MERANCANG PROSES PEMECAHAN MASALAH

1. Menyusun jadwal
2. Menyusun agenda (masalah/issue yang harus
diperundingkan), yang digali dari resume
perkara dan pernyataan pembukaan masing-
masing pihak
3. Menyusun rencana pembahasan tiap masalah.
4. Jika diketahui ada masalah baru (kepentingan
tersembunyi), dicatat dan ditegaskan untuk
dipecahkan bersama (manfaatkan papan tulis/
OHP/LCD yang tersedia di ruang mediasi)

24
4. PEMECAHAN MASALAH

1. Mengetahui dan mengkaji kepentingan para pihak


2. Menggali berbagai opsi untuk tiap masalah
3. Membahas tiap opsi: untung dan rugi
4. Memilih opsi terbaik dari berbagai opsi

Agar penyelesaian sengketa berakhir tuntas, perlu diperhatikan kemungkinan


adanya kepentingan tersembunyi

VA L . S 25
5. TAWAR-MENAWAR
1. Mengadakan perubahan-perubahan dari opsi semula
2. Mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikir posisional, agar
realistis
3. Rumuskan kesepakatan awal
4. Trade off, mengembangkan rencana, pelaksanaan
 Bila perlu ingatkan kembali pada tujuan perundingan: bangun motivasi.
 jika tetap alot: perlu dilakukan kaukus

26
KAUKUS (SEPARATE SESSIONS)

Tujuan:
1. Menjalin hubungan dengan masing-masing
pihak
2. Membangun kepercayaan
3. Menyediakan ruang bagi para pihak untuk
merefleksikan persoalan secara personal
mengenai apa yang terjadi, dirasakan,
bagaimana penyelesaiannya, apakah proses
mediasi dapat membantu?
Dapat dilakukan kapan saja, lebih-lebih ada
tanda-tanda akan deadlock, asal mediator dapat
berlaku adil
27
6. PENYIAPAN DRAFT KESEPAKATAN
PERDAMAIAN

1. Siapkan draft berdasarkan kesepakatan awal


2. Bahas ulang satu persatu, disertai dengan penjelasan
3. Lakukan perubahan jika perlu
4. Dimungkinkan menempuh kaukus

28
7. KESEPAKATAN PERDAMAIAN
1. Dituangkan dlm perjanjian tertulis, ditandatangani
para pihak dan Mediator. Jika para pihak diwakili
kuasa hukum, hrs ada pernyataan tertulis dari pihak
yang berisi persetujuan atas kesepakatan ybs
2. Kesepaktan perdamaian dapat dikuatkan dengan
akta perdamian sehingga mempunyai kekuatan
eksekutorial seperti putusan hakim.
3. Jika tdk dikuatkan dengan akta perdamaian hrs
disertai klausula pencabutan gugatan dan atau
perkara telah selesai. Hanya sebagai akta dibawah
tangan.

29
JIKA MEDIASI GAGAL?
1. Mediator wajib menyatakan secara tertulis
dan diberitahukan kepada hakim, dengan
disertai alasan-alasan gagalnya mediasi.
2. Biasanya, jika memungkinkan, pernyataan
tersebut ditandatangani pula oleh para
pihak/salah satu pihak atau kuasa hukumnya.

30
KESEPAKATAN PERDAMAIAN PRA LITIGASI

Pihak-pihak bersengketa yang berhasil mencapai


kesepakatan perdamaian dengan bantuan mediator
bersertifikat, dapat memohon penguatan dalam akta
perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.
Syaratnya: kesepakatan perdamaian tsb.
1. sesuai kehendak para pihak: tidak ada cacat kehendak;
2. Tidak bertentangan dengan hukum;
3. Tidak merugikan pihak ketiga;
4. eksekutable;
5. dilandasi iktikad baik.
Lembaga ini menyerupai eksekuatur/fiat eksekusi, tetapi
di sini harus dengan formalitas pengajuan gugatan.

31
3. MANAJEMEN MEDIATOR

32
TEMPAT MEDIASI

1. Ditentukan bersama oleh para pihak dan mediator.


2. Diusahakan di tempat yang netral.
3. Kondusif bagi kedua belah pihak.

 Dapat dilakukan di Kantor Mediator, sepanjang tersedia fisilitas yang memadai.

33
PERLENGKAPAN DAN PENATAAN RUANGAN
1. Meja, kursi.
2. Papan tulis atau OHP, LCD, kapur/spidol.
3. Tersedia ruangan untuk joint session dan kaukus

 Tempat duduk diatur sedemikian sehingga posisi mediator berada di antara para
pihak.
 Baik jika posisi mediator berada di dekat pintu ruangan.

34
BIAYA DAN UANG JASA MEDIATOR
1. Biaya panggilan/undangan diambil dari
panjar biaya perkara.
2. Uang jasa Mediator ditanggung para pihak.
berdasarkan kesepakatan.
3. Bila ingin mematok tarif uang jasa, dapat
disertakan dalam profil mediator pada daftar
Mediator di Pengadilan.
4. Mediator dapat meminta succes fee sesuai
dengan kesepakatan, dan kepatutan.
5. Biaya lain (misalnya konsumsi dan sewa
tempat) ditentukan bersama dengan para
pihak.
35
BAHAN BACAAN
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Jkt: Raja Grafindo Persada, 2001
Herb Cohen, Negosiasi, alih bahasa H. Zainoel
Bahri Tafal, Jkt: Pantja Simpati, 1992
IICT, Bahan Pelatihan Mediator
IICT, Buku Panduan Mediasi
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jkt:
Sinar Grafika, 2006
Peraturan terkait

36

Anda mungkin juga menyukai