Anda di halaman 1dari 19

KONSEP NYERI

OLEH

KELOMPOK 1
SITI MARYAM MUIS 22106052
ANDI NURHUSNIATY M. 22106031
KARTIKA WIDYA MANAKARRA 22106037
MUHAMMAD NUR FAUZI RAHMAN 22106029

KELOMPOK 1
LATAR BELAKANG
Rasa nyaman adalah sesuatu keadaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, tenang, terlindung dari ancaman fisik maupun psikologis,
bebas dari rasa sakit terutama nyeri (Purwanto & karendehi, 2015).
Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diperlihatkan dengan cara
berbeda pada setiap individu (Potter & Perry, 2006). Nyeri merupakan
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang aktual maupun
potensial, yang digambarkan dalam bentuk kerusakan (Meliala &
Suryamiharja, 2007).
DEFINISI
– Nyeri merupakan suatu sensasi yang tidak menyenangkan dalam hal emosional
maupun sensori yang memiliki hubungan dengan kerusakan jaringan atau faktor
lain, sehingga membuat individu merasa tersiksa, menderita, dan membuat
aktivitas dan psikis individu sehari-hari menjadi terganggu (Asmadi, 2008).
– Nyeri dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang sukar dipahami dan fenomena
yang kompleks meskipun universal, tetapi masih merupakan misteri. Nyeri
adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang menunjukkan
adanya pengalaman masalah. Nyeri merupakan keyakinan individu dan
bagaimana respon individu tersebut terhadap sakit yang dialaminya (Taylor,
2011).
DEFINISI
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah
fenomena yang subyektif dimana respon yang dialami setiap individu
akan berbeda untuk menunjukkan adanya masalah atau perasaan yang
tidak nyaman.
KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya nyeri.
a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan.Nyeri
akut yang tidak diatasi secaraadekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang
disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan
imunologik (Potter & Perry, 2005).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini
biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008).Nyeri kronik mengakibatkan supresi
pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
NYERI
Faktor nyeri menurut Taylor (2011) :
a. Budaya
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Makna Nyeri
e. Kepercayaan spiritual
f. Perhatian
g. Ansietas
h. Lingkungan dan dukungan keluarga
i. Pengalaman sebelumnya
MEKANISME NYERI
Menurut Taylor (2011) terdapat empat proses yang terlibat dalam mekanisme nyeri: ]
a. Transduksi
Aktivasi dari reseptor nyeri terjadi selama proses transduksi. Transduksi merupakan proses
dari stimulus nyeri yang diubah ke bentuk yang dapat diakses oleh otak (Taylor, 2011).
Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jari tangan) memicu pelepasan mediator
biokimia (misal., prostaglandin, bradikinin, serotonin, histamin, zat P) (Kozier, 2010).
Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptor) merupakan sebagai bentuk
respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan (Ardinata, 2007).
b. Transmisi
Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Zat P bertindak
sebagai neurotrasmiter, yang meningkatkan pergerakan impuls menyebrangi setiap
sinaps saraf dari neuron aferen primer ke neuron ordo kedua di kornu dorsalis
medulla spinalis. Transmisi dari medulla spinalis dan asendens, melalui traktus
spinotalamikus, ke batang otak dan talamus. Lalu melibatkan transmisi sinyal
antara talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri
(Kozier, 2010).
c. Persepsi
Persepsi dari nyeri melibatkan proses sensori bahwa akan datang persepsi nyeri (Taylor,
2011). Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri. Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medulla spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari talamus,
serabut menstransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan
korteks asosiasi (dikedua lobus parietalis), lobus frontalis, dan sistem limbik. Ada sel-sel di
dalam limbik yang diyakini mengontrol emosi, khususnya ansietas (Potter & Perry, 2006).
Selanjutnya diterjemahkan dan ditindak lanjut berupa tanggapan terhadap nyeri tersebut.
d. Modulasi
Proses dimana sensasi dari nyeri dihambat atau dimodifikasi disebut modulasi. Sensasi nyeri
diantaranya dapat diatur atau dimodifikasi oleh substansi yang dinamakan neuromodulator.
Neuromodulator merupakan campuran dari opioid endogen, yang keluar secara alami, seperti morphin
pengatur kimia di ganglia spinal dan otak. Mereka memiliki aktivitas analgesik dan mengubah persepsi
nyeri.
Endhorpin dan enkephalin merupakan neuromodulator opioid. Endhorpin diproduksi di sinap
neural tepatnya titik sekitar CNS. Endhorpin ini merupakan penghambat kimia nyeri terkuat yang
memiliki efek analgesik lama dan memproduksi euphoria. Enkephalin yang mana tersebar luas
seluruhnya di otak dan ujung dorsal di ganglia spinal, dipertimbangkan sedikit potensi daripada
endhorpin. Enkephalin dapat mengurangi sensasi nyeri oleh penghambat yang dilepaskan dari
substansi P dari neuron afferent terminal (Taylor, 2011).
PENGUKURAN SKALA NYERI
1. Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur
dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.

Skala 0 : Tanpa nyeri Skala

 1-3 : Nyeri ringan Skala

 4-6 : Nyeri sedang Skala

 7-9 : Nyeri berat Skala

 10 : Nyeri sangat berat


2. Visual Analog Scale (VAS)
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas mengekspresikan
nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-
kira nyeri sedang (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
3. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai nyeri akut, dianggap
sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri
yang tidak tertahankan (Khoirunnisa & Novitasari, 2015)
4. Skala Wajah dan Barker

Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan wajah bahagia
hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri pada anak mulai usia 3
(tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 )
PATOFISIOLOGI NYERI
MANAJEMEN NYERI
Menurut Smeltzer (2001) bahwa penatalaksanaan nyeri yang efektif mengombinasian
antara penatalaksaan farmakologis dan nonfarmakologis. Manajemen nyeri farmakologis
memberikan obat yang tepat pada waktu yang tepat dan manajemen nyeri non farmakologi
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
pendekatan non farmakologi (Smeltzer, 2001:223).
Beberapa jenis tindakan non farmakologis antara lain:
1. Relaksasi.
Metode ini menggunakan pendidikan dan latihan pernafasan dengan prinsip dapat
mengurangi nyeri dengan cara mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi
terhadap nyeri, relaksasi dapat dilakukan dengan cara ciptakan lingkungan yang tenang,
tentukan posisi yang nyaman, konsentrasi pada suatu obyek atau bayangan visual, dan
melepaskan ketegangan, (Smeltzer, 2001: 232).
2. Distraksi
Distraksi merupakan tindakan yang memfokuskan perhatian pada sesuatu selain pada nyeri
misalnya menonton film. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sitem kontrol desendens yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk
menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri (Smeltzer, 2001:232).
3. Terapi es
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Smeltzer,2001:230).
4. Massage (pijatan)
Ada beberapa teknik pijatan yang dapat dilakukan yaitu, remasan pada otot bahu,
selang seling tangan memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan
bergantian tangan, petriasi dengan menekan punggung secara horizontal kemudian
pindah tangan dengan arah yang berlawanan dengan mengguakan gerakan
meremas, tekanan menyikat secara halus tekan punggung dengan menggunakan
ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan (Asmadi, 2008:149-151).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai