Anda di halaman 1dari 19

Pertemuan Ke-13

Hubungan Bilateral Australia-RI


(Agresi RI Ke Irian Barat)
Invasi Jepang ke Asia Tenggara selama Perang Dunia II menembus
jauh ke Irian (New Guinea) hingga mencapai Port Moresby.
Peristiwa ini membuat Australia menyadari bahwa pertahanan
kawasan pantai bagian utara Selat Torres yang memisahkan Benua
Australia dengan Irian sangat rapuh.
 Berkenaan dengan itu, Menteri Luar Negeri Australia, P.C. Spender
berpendapat bahwa New Guinea sebagai kunci yang sangat
menentukan dalam pertahanan Australia.
Oleh karena itu sasaran pertahanan Australia adalah menentang
setiap penggunaan New Guinea oleh kekuatan aggresor termasuk
Indonesia.
 
Kaum komunis setelah berhasil merebut kekuasaan di Cina
(1949) segera memperluas pengaruhnya ke daratan Asia
melalui gerakan anti-kolonialisme.
 Presiden RRT, Liu Shao-Chi pada tahun 1949 mengajak
segenap rakyat Tiongkok untuk berjuang melawan
imperialisme dan antek-anteknya yang masih bercokol di
kawasan Asia dan khususnya di Asia Tenggara.
 Berkenaan dengan itu Menlu Australia, R.G. Casey yang
menggantikan P.C. Spender pada tahun 1951, menganggap
bahwa subversi komunis yang diarahkan dari Moskow dan
Beijing serta ekspansi teritorial RRT ke daratan Asia khususnya
di kawasan Asia Tenggara, dan kuatnya kedudukan komunis di
Indonesia, merupakan ancaman dalam skala dunia terhadap
tradisi demokrasi dan kemanusiaan termasuk juga sebagai
ancaman bagi keamanan Australia.
Pemerintah Australia beranggapan bahwa
lenyapnya kekuasaan-kekuasaan kolonial
sebagai akibat kebangkitan nasionalisme di
Asia pada umumnya dan di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya telah menciptakan
kekosongan kekuasaan di Asia Tenggara yang
oleh kaum komunis dicoba untuk
dimanfaatkan.
Berdasarkan hal demikian, maka pusat gaya
berat politik telah bergeser dari Eropa ke Asia.
Di dalam kontekstual Perang Dingin dan adanya kesan yang
mendalam pemerintah Australia terhadap bahaya komunis di
Indonesia, maka pernyataan klaim Indonesia atas Irian Barat
secara tegas ditolak oleh pemerintah Australia.
 Penolakan tersebut disampaikan Menlu Percy Spender pada
Agustus 1950 dengan pertimbangan strategis bahwa Irian
Barat merupakan “lingkaran terakhir pertahanan Australia
terhadap agresi.”
 Berdasarkan pertimbangan yang demikian, maka Irian Barat
harus berada di bawah kekuasaan negara yang bersahabat
dengan Australia yakni Belanda daripada jatuh ke tangan
Indonesia yang menurut pandangan pemerintah Australia
sebagai negara agresor yang di dalamnya terkandung “bahaya
merah” (komunis) yang setiap saat akan membahayakan
pertahanan Australia.
 
Yang menjadi dasar pijakan klaim Indonesia terhadap
Irian Barat sebagai berikut:
 (1) Adanya kesatuan sejarah antara Indonesia dengan
Irian Barat.
Sejak abad XIV, Kerajaan Majapahit wilayahnya
meliputi beberapa bagian Irian Barat, dan di kawasan
tersebut sudah berabad-abad lamanya menjalin
kontak dagang dengan Kepulauan Indonesia.
 Kontak dagang semakin intensif ketika Irian Barat
berada di bawah Kesultanan Tidore.
(2) Pertimbangan hukum, seperti yang dinyatakan di
dalam hasil Konferensi Meja Bundar (KMB):
 Isi Perjanjian KMB (2 November 1949 di Den Haag):
1. Belanda mengakui RIS sbg negara merdeka dan berdaulat
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya 30 Desember
1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1
tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS
4. Anatara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia-Belanda yg dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal2 perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dgn catatan bbrp
korvet (kapal perang kecil) akan diserahkan kpd RIS.
6. Tentara Kerajaan Bld selekas mungkin ditarik mundur, sedangkan
Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dgn catatan
bahwa para anggotanya yg diperlukan akan dimasukkan dalam
kesatuan TNI.
 Akhir Desember 1949 – Indoensia diakui kedaulatannya oleh Belanda.
Jadi KMB hanya menunda pada saat yang tepat
Irian Barat menjadi bagian wilayah Indonesia.
Berpijak pada pandangan tersebut, Indonesia
beranggapan bahwa setiap campur tangan
pihak luar terhadap klaim Indonesia atas Irian
Barat dianggap sebagai intervensi terhadap
urusan dalam negerinya.
 Indonesia boleh menempuh jalan apa saja
untuk memperoleh Irian Barat yang menjadi
miliknya, dan Indonesia tidak melihat hal ini
sebagai tindakan agresi ke kawasan lain
Klaim Indonesia terhadap Irian Barat dinyatakan
Presiden Soekarno dalam berbagai kesempatan
dalam tahun 1950.
Pada 11 Juni 1950 di depan sebuah rapat umum di
Jakarta, Ia menyatakan bahwa Indonesia harus
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
wilayahnya termasuk Irian Barat.
 Tanpa Irian Barat, kemerdekaan Indonesia tidak
lengkap.
Di dalam HUT RI ke-5 pada 17 Agustus 1950,
Soekarno memperingatkan dengan nada ancaman
bahwa “sebuah konflik besar” akan muncul apabila
sebuah penyelesaian yang sesuai dengan tuntutan
Indonesia tidak tercapai sampai akhir tahun ini
Klaim Indonesia terhadap Irian Barat juga disampaikan
oleh anggota Komisi Indonesia-Belanda untuk Masalah
Irian Barat, Mohammad Yamin yang menyatakan bahwa
wilayah Indonesia tidak lengkap jika tidak meliputi Irian
Barat yang dikuasai Belanda dan Kalimantan yang
dikuasai Inggris, dan juga New Guinea yang dikuasai
Australia serta Timor Timur yang dikuasai Portugis.
Pernyataan tersebut membawa kesan mendalam
terhadap para petinggi Australia yang sedang terancam
“bahaya merah” dari Indonesia yang menggambarkan
suatu negara Australia (1950-1965) yang sedang
terancam oleh kekuatan komunis yang telah mengontrol
secara efisien pemerintahan Soekarno, dan
dimungkinkan akan segera mencaplok Indonesia, yang
selanjutnya pada gilirannya mencaplok Australia.
 Hal ini seperti yang digambarkan dalam teori domino bahwa
kemenangan komunis di satu negara (Indonesia) akan berakibat
diadakannya tekanan terhadap tetangganya (Australia), sehingga
negara akan berjatuhan ke tangan komunis dengan cepat seperti
sederetan kartu domino yang runtuh sekali kartu pertama jatuh.
Pernyataan klaim Indonesia terhadap Irian Barat mendapat respon
keras dari pers Australia yang pada intinya menyatakan bahwa
klaim tersebut merupakan sifat ekspansionis Indonesia dan
sebagai ancaman yang mendasar terhadap keamanan Australia.
 Sifat ekspansionis Indonesia ditunjukkan melalui klaim terhadap
Irian Barat, menjadi kekhawatiran sebagian besar rakyat Australia.
 Hal ini dapat dibuktikan melalui pengumpulan pendapat umum
(polling) yang dilakukan pada bulan Pebruari dan Mei 1950 yang
mengungkapkan intensitas perasaan rakyat Australia terhadap
klaim Indonesia atas Irian Barat yang dapat dilihat pada tabel.
No Pernyataan Pebruari 1950 Mei 1950 (%)
(%)

1 Mendukung pemerintahan 6 4
Indonesia

2 Menukung pemerintah 23 21
Belanda
3 Mendukung pemerintah 42 45
Australia
4 Mendukung pengawasan 16 17
PBB
5 Abstain 13 14
 Klaim Indonesia terhadap Irian Barat tidak
memiliki dasar hubungan ras, tidak mempunyai
fakta geografis dan etnologis regional.
 Hal ini seperti yang dikatakan Menlu Australia,
Percy Spender pada Agustus 1950 sepulang
kunjungannya dari Belanda sebagai berikut:
 (1) Secara geografi, Irian Barat tidak dapat dilihat
sebagai bagian dari Kelompok Konstinental RI
didasarkan garis lintang sejajar 130 derajat
medrupakan garis pembelahan secara alamiah;
 (2) Secara ras dan budaya penduduk Irian
tidak memiliki pertalian keturunan dengan
penduduk Indonesia.
 Di sisi lain terdapat persamaan antara
penduduk Irian dan ras Melanesia (Aborigin).
Garis lintang sejajar 130 derajat
menunjukkan batas yang dicapai oleh
kebudayaan Indo-Melayu;
 (3) Perkembangan sosial dan ekonomi
penduduk Irian Barat dinilai lebih rendah
daripada penduduk Indonesia.
Dari sudut sejarah, tidak terdapat hubungan
yang mendasar antara kawasan Irian Barat
dengan kawasan Kepulauan Indonesia lainnya;
(4) Dari segi hukum, menurut pemerintah
Australia bahwa status Irian Barat belum
ditentukan, karena KMB gagal menyelesaikan
masalah terkait apakah Irian Barat menjadi
milik Indonesia masih terkatung-katung.
Jadi klaim Indonesia terhadap wilkayah Irian
Barat dinyatakan sebagai agresi dari luar
Australia merasa khawatir jika Irian Barat diserahkan
kepada Indonesia, karena pembentukan
pemerintahannya belum jelas dan baru merdeka.
Australia khawatir tentang masa depan politik dalam
negeri Indonesia yang dari tahun-ke tahun
komunisme di Indonesia telah menunjukkan
pengaruh kuat, sehingga berhasil mempengaruhi
kebijakan politik Soekarno yang tampaknya bergerak
masuk ke dalam pelukan komunis.
 Di bawah tekanan PKI yang militan, akhirnya
pemerintahan Soekarno bersekutu dengan komunis
untuk menjalin hubungan poros Jakarta-Pyongyang-
Peking dalam upaya mengusir pengaruh Barat dari
Asia.
Hal ini akan mengancam keamanan Australia.
 Berkenaan dengan itu Arthur Calwell dari Partai Buruh (Partai
Oposisi) memperingatkan pemerintah Australia bahwa jika
klaim Indonesia atas Irian Barat dibiarkan, maka kelak
Indonesia juga akan berbuat hal yang sama terhadap Timor
Portugis, Papua Nugini, dan akhirnya wilayah Australia Utara
juga akan diincar Indonesia.
Indonesia mulai tahun 1954 berusaha memasukkan masalah
Irian Barat dalam agenda pembicaraan di Sidang Majelis
Umum PBB melalui empat kali resolusi pro-RI yang diajukan
pada tahun 1954, 1955, 1956, 1957 mengalami kegagalan,
karena tidak didukung 2/3 mayoritas suara yang diperlukan
bagi diterimanya suatu resolusi.
Hal ini terjadi berkat perjuangan gigih Australia dalam lobi-
lobinya untuk menggagalkan ambisi Indonesia memasukkan
Irian Barat ke dalam wilayahnya.
Kegagalan politik diplomasi di PBB soal Irian Barat,
Indonesia mengubah perjuangan lebih konfrontatif
membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat tahun
1958.
 Pada 19 Desember 1961 dikeluarkan Tri Kora:
 a. Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda,
 b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat,
c. Bersiaplah untuk memobilisasi umum).
 Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat 2
Januari 1962.
Soekarno tidak akan melibatkan Uni Sovyet dalam kemelut
Irian Barat dengan mengizinkan Sulawesi sebagai pangkalan
militer Uni Sovyet, sehingga akan terjadi konflik terbuka di
kawasan Asia Tenggara.
Hal ini membuat Amerika Serikat khawatir, sehingga
negeri ini menekan pihak Belanda untuk berunding
guna mencegah terseretnya Uni Sovyet dan Amerika
Serikat ke dalam konfrontasi langsung di Pasifik
Barat-daya.
 Uni Sovyet mendukung Indonesia dalam
pembebasan Irian Barat, karena selaras dengan garis
kebijakan politik luar negeri Uni Sovyet dalam upaya
menyebarkan komunisme (Perang Dingin) dengan
menetapkan garis kebijakan politik luar negeri
dengan membantu negara-negara yang baru
merdeka (Indonesia) melawan sebuah kekuatan
Kolonial Belanda yang tetap ingin bercokol di Irian
Barat.
Pada 15 Agustus 1962 ditandatangani Perjanjian
New York berisi penyerahan pemerintahan di
Irian Barat dari pihak Kerajaan Belanda kepada
PBB.
Selanjutnya PBB membentuk United
NationsTemporary Excecutive Authority (UNTEA)
bertugas melakukan penentuan pendapat rakyat
(Pepera) di Irian Barat sebelum akhir tahun 1969
dengan ketentuan bahwa kedua belah pihak
(Belanda dan Indonesia) akan menerima hasilnya.
 Hasil Pepera menunjukkan penduduk Irian Barat
memilih ada dalam lingkungan NKRI.

Anda mungkin juga menyukai