Anda di halaman 1dari 13

nc h

Lau
PEMANTAUA
N
PERSALINAN
KALA IV
Nia Khoirunnisya
(2015471013)
Pengertian Persalinan
• Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal yaitu
terjadinya proses dimana bayi, selaput ketuban, plasenta keluar In
Inse
sertrt or
or D
Dra
ragg an
andd D
Dro
ropp yo
your
ur Im
Imag
agee
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada servik dan berakhir dengn
lahirnya plasenta secara lengkap. (JNPK-KR, 2017).

• Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan


serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melaui jalan lahir. Persalinan adalah suatu
proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan
selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung
selama 12 sampai 14 jam

Jens
Jens Martensson
Martensson 2
CClic
lickk ic
icon
on to
to aadd
dd pi
pict
ctur
uree

Persalinan adalah suatu proses


pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke
dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37–
42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Ari Kurniarum,2016)

Jens
Jens Martensson
Martensson 3
Definisi Kala • Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Pemantauan dan observasi harus
dilakukan pada kala IV sebab perdarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama setelah
ur Im
your
ropp yo agee
Imag
or D
sertrt or
Inse
In ragg an
Dra dD
and Dro persalinan (Hidayat, Asri, 2010)
• Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua
jam setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa
pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004).
• Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga
pembuluh darah terjepit untuk menghentikan
perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap
tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim
dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga
dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila
keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama
bayinya (Manuaba, 2008).

Jens
Jens Martensson
Martensson 4
• Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih
Fisiologi Kala IV 2 jari dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi,
pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
• Fisiologi persalinan kala IV adalah waktu setelah
plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah
melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009) Menurut Reni
Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir dua jam setelah proses
tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala
IV:
1. Tingkat kesadaran
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi
dan pernafasan
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500
cc.
Jens
Jens Martensson
Martensson 5
Tujuh (7) Langkah Pemantauan Yang Dilakukan
Kala IV
Kontraksi rahim
• Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah
plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi.
Perdarahan
• Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
Kandung kencing
• Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu
diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan
kateterisasi
Luka
• luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada
perineum dan vagina

Jens
Jens Martensson
Martensson 6
• Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi • Keadaan Umun Ibu Periksa Setiap 15
perineum terbagi atas : menit pada jam pertama setelah
• Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette persalinan dan setiap 30 menit pada
posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini jam kedua setelah persalinan jika
tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih
terjadi perdarahan sering
• Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette • Apakah ibu membutuhkan minum
posterior, kulit perineum dan otot perineum. • Apakah ibu akan memegang bayinya
Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan • Pemeriksaan tanda vital.
teknik jelujur
• Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri:
• Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi
posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot kuat dan berada dibawah umbilicus.
spingter ani external Periksa fundus :
• Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum 1. 2-3 kali dalam 10 menit pertama
anterior
2. Setiap 15 menit pada jam pertama setelah
• Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan persalinan.
karena laserasi ini memerlukan teknik dan
3. Setiap 30 menit pada jam kedua setelah
prosedur khusus
persalinan Masage fundus (jika perlu)
• Uri dan selaput ketuban harus lengkap untuk menimbulkan kontraksi
• Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan • Bayi dalam keadaan baik.
rasa sakit

Jens
Jens Martensson
Martensson 7
Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV. Menurut Reni
Saswita, 2011 asuhan dan pemantauan pada kala IV
yaitu:
• Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada
uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi.
• Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari
tangan secara melintang antara pusat dan fundus
uteri.
• Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
• Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya
apakah ada laserasi atau episotomi).
• Evaluasi kondisi ibu secara umum
• Dokumentasikan semua asuhan dan temuan
selama kala IV persalinan di halaman belakang
partograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.

Jens
Jens Martensson
Martensson 8
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan
pertama pasca persalinan. kelahiran yaitu:
• Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, • Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus
kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-
menit dalam satu jam kedua pada kala IV. orang yang hanya memberikan dukungan.
• Pemijatan uterus untuk memastikan uterus • Partograf harus digunakan untuk memantau
menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam persalinan dan berfungsi sebagai suatu
pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua catatan/rekam medik untuk persalinan.
kala IV.
• Selama persalinan normal, intervensi hanya
• Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dilaksanakan jika ada indikasi. Proseduri ni bukan
dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan. dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
• Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina • Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan dan bayi.
setiap 30 menit pada jam kedua.
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu
• Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran,
menilai tonus dan perdarahan uterus, juga atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
menjadi lembek setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus
harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan

Jens
Jens Martensson
Martensson 9
tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan
dapat dilakukan tindakan pencegahan.
• Selama 24 jam pertama setelah persalinan,
fundus harus sering diperiksa dan dimasase
sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga
dapat diajarkan untuk melakukan masase
fundus.
• Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama
kepala bayi harus segera diselimuti dan
dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk
mencegah hipotermi.
• Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan
harus disediakan oleh petugas dan keluarga.

Jens
Jens Martensson
Martensson 10
Bentuk Kegawatdaruratan Kala IV
Antonia Uteri. cairan ketuban
• Antonia Uteri adalah keadaan lemahnya • merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini
plasenta lahir (Sarwono, 2010). meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban
jarang dijumpai.
• Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen
aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera Robekan jalan lahir.
setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau
• Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir
5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan
Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian
bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi
lahir.
risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan
juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut Robekan perineum
sebagai terapi. terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya.
Retensio plasenta.
Tingkat I: Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
• Retensio plasenta adalah plasenta masih berada mengenai kulit perineum
• Tingkat II: Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea
didalam uterus selama lebih dari setengah jam transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
bayi lahir (Sarwono, 2010) • Tingkat III: Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
• Tingkat IV: Robekan sampai mukosa rectum

Jens
Jens Martensson
Martensson 11
• Robekan Serviks.
• Bibir serviks uteri merupakan jaringan yang mudah
mengalami perlukaan saat persalinan karena perlukaan
itu portio vaginalis uteri pada seorang multipara terbagi
menjadi bibir depan dan belakang. Robekan serviks dapat
menimbulkan perdarahan banyak khususnya bila jauh ke
lateral sebab di tempat terdapat ramus desenden dari
arateria uterina.

• Inversio uteri
• merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam
cavum uteri, dapat secara mendadak atau perlahan.
Kejadian ini biasany disebabkan pada saat melakukan
persalinan plasenta secara Crede, dengan otot rahim
belum berkontraksi dengan baik. Inversio uteri
memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan
syok.

Jens
Jens Martensson
Martensson 12
ES
KY TUN
FUN
Launch

IN
BOFF

Thank
You

Anda mungkin juga menyukai