Anda di halaman 1dari 41

PENANGANGAN LUKA

BAKAR
dr. Denny Irwansyah, Sp.BP-RE, MMRS, MH
Letnan Kolonel Ckm NRP 11010020770376
Epidemiologi
• Luka bakar adalah bentuk umum dari trauma
• Baik pada dewasa maupun anak–anak, umumnya kecelakaan terjadi di rumah
• Lebih kurang dua per tiga luka bakar pada militer tidak berhubungan dengan pertempuran
• Luka bakar akibat pertempuran mencapai hanya 10%
• Luka bakar akibat ledakan memiliki risiko tinggi menyebabkan cedera inhalasi dan
kerusakan kulit.
• Segala upaya harus dilakukan agar tentara yang cedera memperoleh pelayanan emergensi
maupun definitif yang sama dengan masyarakat sipil
• Persiapan dan pencegahan saat bertempur, rencana evakuasi dan pemegang kebijakan
penanganan korban, bersamaan dengan logistik dan pemasokan, memerlukan penerapan
protokol manajemen yang sangat berbeda dibandingkan dengan perawatan yang optimal
di masa damai.
Penilaian dan tatalaksana Emergensi
• kemungkinan adanya cedera lain pada beberapa kondisi di bawah ini{
• Kecelakaan lalu lintas, terutama terlontar pada kecepatan tinggi
• Letusan atau ledakan
• Luka bakar listrik, terutama tegangan tinggi
• Lompat dan jatuh pada saat terjadi kepanikan
• Pasien yang non–komunikatif harus dianggap berpotensi mengalami cedera
multipel dan diperlakukan dengan sesuai dengan kondisi pada cedera
multipel.
• Setelah pertolongan pertama diberikan, prinsip–prinsip survei primer dan
sekunder dan resusitasi simultan harus diterapkan
Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
• Hentikan proses
pembakaran
• Turunkan suhu luka
Survei Primer
• Penatalaksanan jalan napas dan manajemen tulang servikal / A
(Airway)
• Pernapasan dan ventilasi / B (Breathing)
• Sirkulasi dengan kontrol perdarahan / C (Circulation)
• Disabilitas – Status neurologik / D (Disability)
• Paparan + pengendalian lingkungan / E (Exposure)
Penatalaksanaan Jalan Napas / Airway
• Nilai patensi jalan napas, cara termudah adalah berbicara dengan
pasien
• Jika tidak paten, bersihkan jalan napas dari benda asing dan membuka jalan
napas dengan manuver chin lift/jaw thrust.
• Jaga gerakan tulang servikal seminim mungkin dan jangan melakukan fleksi
dan ekstensi kepala dan leher
• Manajemen tulang belakang servikal (terbaik dengan rigid collar).
• Adanya cedera di atas klavikula seperti trauma muka atau tidak sadarkan diri
kerap disertai patah tulang belakang servikal.
Pernapasan dan Ventilasi / Breathing
• Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan
simetri
• Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask
• Bila diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi
bila perlu.
• Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien bewarna
merah–buah cherry,
• Hati–hati bila frekuensi pernapasan <10 atau> 30 kali per menit.
• Waspada pada luka bakar melingkar dada dan apakah memerlukan
eskarotomi
Sirkulasi dan Kontrol Pendarahan /
Circulation
• Lakukan penekanan pada pusat perdarahan
• Pucat menunjukkan kehilangan 30% volume darah.
• Perubahan mental terjadi pada kehilangan 50% volume darah.
• Periksa pulsasi sentral – apakah kuat atau lemah?
• Periksa tekanan darah
• Periksa capillary refill (sentral dan perifer) – normal bila ≤2 detik. Bila >2 detik menunjukkan
hipovolemia atau kebutuhan untuk eskarotomi pada tungkai bersangkutan, periksa tungkai
lainnya.
• Masukkan 2 buah kateter IV berdiameter besar, sebaiknya daerah yang tidak terbakar (normal)
• Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap / ureum kreatinin / fungsi hari / koagulasi / β–
hCG / Cross Match / carboxyhaemoglobin
• Bila pasien syok lakukan resusitasi cairan bolus dengan metode Hartmann untuk memperbaiki
pulsasi radialis. Pertanda klinis–awal syok biasanya ditimbulkan penyebab lain. Carilah dan atasi.
Disabilitas : Status Neurologis / Disability
• Tetapkan derajat kesadaran:
• A– dari Alert (Sadar, waspada)
• V– dari Vocal (Respon terhadap rangsang suara)
• P– dari Pain (Respon terhadap rangsang nyeri)
• U– dari Unresponsive (Tidak memberi respon)
• Lakukan pemeriksaan respon pupil terhadap cahaya. Harus cepat dan
sama.
• Tanggap terhadap hipoksemia dan syok yang menyebabkan
kegelisahan dan penurunan derajat kesadaran.
Paparan dan Pengendalian Lingkungan /
Exposure
• Lepaskan semua pakaian dan perhiasan termasuk anting dan jam
tangan
• Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior
• Jaga agar pasien tetap hangat
• Area luka bakar dihitung menggunakan metode Rule of Nines atau
palmaris (Rule of One).
Cairan, Analgesia, Penilaian dan Pipa / FATT
• Resusitasi Cairan / FLUID
• Analgesia / ANALGESIA
• Pemeriksaan / TEST
• Pipa / TUBES
Resusitasi Cairan / Fluid
• Cairan inisial diberikan menggunakan rumus Parkland yang dimodifikasi, 3–4 mL / kg berat
badan / % luas luka bakar + tetes maintenance pada anak–anak
• Kristaloid (misal: larutan Hartmann atau Plasmalyte) adalah cairan yang direkomendasikan.
• Separuh cairan berdasarkan perhitungan diberikan dalam delapan jam pertama, sisanya
diberikan selama enam belas jam berikutnya
• Saat terjadinya trauma ditetapkan sebagai awal resusitasi cairan
• Bila dijumpai perdarahan atau syok non–bakar, perlakukan sesuai pedoman trauma.
• Pantau adekuasi resusitasi
• Produksi urin melalui kateter per jam
• KG, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, analisis gas darah arterial dan Pulse Oksimetri
• Sesuaikan cairan resusitasi sesuai indikasi.
Resusitasi Cairan / Fluid
• Luas luka bakar dihitung menggunakan rule of nines atau burn body chart bila tersedia.
• Timbang berat badan pasien bila mungkin, atau peroleh informasi data tersebut pada
anamnesis.
• Dewasa : 3–4 mL kristaloid (larutan Hartman atau Plasmalyte) / berat badan / luas luka
bakar (%)
• Anak–anak : 3–4 mL kristaloid (larutan Hartman atau Plasmalyte) / berat badan / luas luka
bakar (%) di tambah maintenance glukosa 5% + 20 mmol Kcl dalam larutan salin 0. 45%
• Untuk 10 kg pertama 100 mL/kg
• 10–20 kg 50 mL/kg
• Separuh kebutuhan berdasarkan kalkulasi volume diberikan dalam 8 hours dan separuh
sisanya diberikan dalam16 jam berikutnya
• Cairan maintenance bagi anak–anak dibagi dalam 24 jam secara merata.
Analgesia
• Nyeri: berikan morfin iv 0. 05–0.1 mg/kg
• Titrasi untuk memperoleh efek (pemberian dosis lebih kecil secara
frekuen akan lebih aman).
Pemeriksaan / Test
• Radiologi tulang belakang / servikal
• Radiologi toraks
• Radiologi panggul
• Pencitraan lain sesuai indikasi klinis
Pipa / Tube
• Insersi NGT pada luka bakar luas
• > 10% pada anak–anak
• > 20% pada dewasa
• Bila dijumpai cedera penyerta
• Untuk melakukan dekompresi saluran cerna
• Gastroparesis merupakan hal yang umum terjadi.
Secondary Survey
Survei Sekunder / Secondary Survey
• Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki.
• Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini
tidak ada atau telah diatasi.
• Riwayat penyakit
• Mekanisme trauma
• Pemeriksaan Menyeluruh
• Dokumentasi
• Re-Evaluasi
Riwayat Penyakit
• A – Allergy
• M – Medicine (obat–obatan yang baru dikonsumsi)
• P – Past Illnesses (penyakit sebelum terjadi trauma)
• L – Last Meal (makan terakhir)
• E – Event (peristiwa yang terjadi saat trauma)
Mekanisme Trauma
• Luka Bakar
• Trauma Tajam
• Trauma Tumpul
Mekanisme Trauma – Luka Bakar
• Durasi paparan
• Jenis pakaian yang dikenakan
• Suhu dan kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas
• Kecukupan tindakan pertolongan pertama.
Mekanisme Trauma – Luka Tajam
• Kecepatan proyektil
• Jarak
• Arah gerakan pasien saat terjadi trauma
• Panjang pisau, jarak dimasukkan, arah
Mekanisme Trauma – Luka Tumpul
• Kecepatan dan arah benturan
• Penggunaan sabuk pengaman
• Jumlah kerusakan kompartemen penumpang
• Ejeksi (terlontar)?
• Jatuh dari ketinggian
• Jenis letupan atau ledakan dan jarak terhempas
Pemeriksaan Menyeluruh
• Kepala • Rektum
• Wajah • Vagina
• Leher • Tungkai
• Dada • Pelvis
• Abdomen • Pemeriksaan Neurologis
• Perineum
Pemeriksaan - Kepala
• Mata . . . luka tembus kerap terlewatkan – Cek ketajaman penglihatan
• Kulit kepala . . . luka tidak beraturan, benda asing
Pemeriksaan - Wajah
• Stabilitas tulang – tulang wajah 1/3 tengah
• Periksa adanya gigi yang hilang /maloklusi
• Kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung, telinga atau mulut
• Jelaga, lepuh, edema lidah atau faring
Pemeriksaan - Leher
• Inspeksi, palpasi, pemeriksaan radiologi. Selalu curigai adanya fraktur
servikal
• Luka menembusmuskulus platisma – ruang operasi atau pemeriksaan
angiografi
Pemeriksaan - Dada
• Periksa seluruh dada–depan dan belakang
• Tulang iga, klavikula dan tulang dada
• Periksa bising napas dan suara jantung
• Luka bakar melingkar mungkin perlu eskarotomibila menyebabkan
restriksi ventilasi
• Batuk yang produktif
• Perubahan suara, parau
Pemeriksaan - Abdomen
• Memperlukan evaluasi berulang untuk menilai nyeri dan distensi
abdomen
• Bila dijumpai memar terutama jejas sabuk pengaman, curiga adanya
kelainan intra–abdomen seperti ruptur viskus
• Bila penilaian abdomen tidak dapat jelas, samar atau tidak praktis,
misalnya pada luka bakar di daerah abdomen yang luas, maka
investigasi lebih lanjut menggunakann CT scan, atau Focused
Assessment with Sonography for Trauma (FAST) merupakan
pemeriksaan mandatorik.
Pemeriksaan - Perineum
• Jejas, hematoma, darah keluar melalui meatus uretra eksterna

Pemeriksaan - Rektum
• Darah, laserasi, tonus sfingter, prostat mengambang

Pemeriksaan - Vagina
• Benda asing, laserasi
Pemeriksaan - Tungkai
• Kontusio, deformitas, nyeri, krepitus
• Lakukan penilaian pulsasi ekstremitas secara reguler.
• Pada luka bakar melingkar diikuti perkembangan edema, awalnya
eskar mengnyebabkan terhambatnya aliran balik vena diikuti
terhambatnya aliran arteri yang mengakibatkan iskemia jaringan.
• Mengakibatkan penurunan perfusi ekstremitas diikuti nyeri,
parestesia, tidak ada denyut dan paralisis.
• Eskarotomi merupakan indikasi saat aliran balik vena ekstremitas
terhambat oleh edema untuk mengembalikan kecukupan sirkulasi
Pemeriksaan - Pelvis
• Diperlukan akses cepat pemeriksaan radiologi di unit gawat darurat
untuk menilai stabilitas tulang pelvis.
• Bila pemeriksaan raadiologi tidak dimungkinkan, pemeriksaan
stabilitas dengan menekan simfisis dan ilium anterior harus dilakukan
• Manuver ini hanya dapat dilakukan satu kali saja oleh seorang senior.
Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan Glasgow Coma Scale
• Penilaian sensorik dan motorik semua tungkai
• Paralisis atau paresis menunjukkan adanya cedera berat, segera lakukan
imobilisasi menggunakan papan spinal dan semi–rigid collars.
• Pada pasien luka bakar, paresis tungkai mungkin disebabkan oleh insufisiensi
vaskular akibat eskar yang kaku. Pada kondisi ini, eskarotomi merupakan
indikasi.
• Penurunan tingkat kesadaran bisa disebabkan:
• Hipovolemia akibat pendarahan tak terdiagnosis atau resusitasi yang inadekuat.
• Hipoksemia
• Lesi yang menyebabkan pendesakan ruang intrakranial.
Dokumentasi
• Buat catatan
• Mintakan persetujuan untuk dokumentasi fotografi dan persetujuan
prosedur
• Berikan profilaksis tetanus jika diperlukan.
Re-Evaluasi
• Re–evaluasi Survei Primer – • Pemeriksaan laboratorium:
khususnya untuk: • Hemoglobin / hematokrit
• Gangguan pernapasan • Urea / kreatinin
• Insufisiensi sirkulasi perifer • Elektrolit
• Gangguan neurologis • Urine mikroskopik
• Kecukupan resusitasi cairan • Analisis gas darah
• Penilaian radiologi: foto radiologi • Karboksihaemoglobin (jika
toraks
tersedia)
• Warna urine untuk deteksi • Kadar gula darah
haemochromogens • Skrining obat (mungkin diperlukan
• Elektrokardiogram oleh Polisi)
Perawatan Emergensi Luka
Bakar
Perawatan Emergensi Luka Bakar
• Luka bakar steril saat luka bakar terjadi.
• Perawatan luka bakar berlebihan menggunakan balutan modern tidak diperlukan
• Tindakan yang tepat untuk penatalaksanaan luka adalah menutupinya dengan penutup
plastik atau kain bersih dan mengatur prosedur evakuasi
• Bila evakuasi tertunda lebih dari 8 jam, atau pada luka telah terkontaminasi air tercemar
atau limbah industri, maka antimikroba topikal harus digunakan.
• Bersihkan luka dan konsultasi ke unit luka bakar rujukan untuk balutan yang dianjurkan.
• direkomendasikan pembalut antimikroba antimikroba yang mengandung silver atau
krim silver sulfadiazine
• Jangan menggunakan balut tekan
• Balutan harus sesering mungkin dibuka untuk menghilangkan konstriksi.
Luka Bakar Listrik
• Konduksi arus listrik melalui dada menyebabkan aritmia jantung
sepintas atau henti jantung
• Pasien sengatan listrik tegangan tinggi, penurunan kesadaran atau
memiliki EKG abnormal saat masuk rumah sakit mungkin memerlukan
pemantauan EKG 24 jam
• Gangguan ritmik jantung lebih mungkin terjadi pada pasien yang
memiliki gangguan jantung sebelumnya.
• Luka masuk atau luka keluar yang lebih kecil dapat disertai kerusakan
jaringan yang berat.
Luka Bakar Kimia
• Apabila masih ada residu bahan kimia di kulit, proses pembakaran akan
terus berlanjut
• Pakaian yang terkontaminasi harus dibuka dan luka dicuci
menggunakan sejumlah besar air dalam waktu cukup lama
• Luka bakar kimia pada mata memerlukan pembilasan secara kontinu
menggunakan air
• Adanya pembengkakan kelopak mata dan spasme otot disertai nyeri
akan menghalangi pencucian adekuat.
• Untuk irigasi kadang diperlukan prosedur retraksi kelopak mata yang
baik, konsultasi dengan oftalmologi pada kasus ini sangat diperlukan
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai