Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PADA PEMANFAATAN
LIMBAH TERNAK
Disusun oleh :
DINDA RACHEL PANGALELU LEDEN (18070404)
NOOR ULFIAH LAILA (18070466)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
BANJARBARU
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha
peternakan karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari
Pendahuluan usahanya, bahkan ada yang membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi
pencemaran lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas
peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan
kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik
berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di
sungai yang tercemar limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama
ini dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu
ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa
keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan
bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang nyaman tetapi juga karena
pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, sehingga
keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
Pembahasan
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi
limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah
ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk
dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti
protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral,
mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah
ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik,
energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
Pemanfaatan Untuk Pakan
dan Media Cacing Tanah

limbah ternak kaya akan


nutrien seperti protein, lemak Penggunaan feses sapi untuk
BETN, vitamin, mineral, mikroba media hidupnya cacing tanah,
dan zat lainnya. Ternak telah diteliti menghasilkan
membutuhkan sekitar 46 zat biomassa tertinggi
makanan esensial agar dapat dibandingkan campuran feces
hidup sehat. Limbah feses yang ditambah bahan organik
mengandung 77 zat atau lain, seperti feses 50% +
senyawa, namun didalamnya jerami padi 50%, feses 50% +
terdapat senyawa toksik untuk limbah organik pasar 50%,
ternak. Untuk itu pemanfaatan maupun feses 50% + isi
limbah ternak sebagai makanan rumen 50% (Farida, 2000).
ternak memerlukan
pengolahan lebih lanjut.
Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti
sebagai bahan pakan termasuk penelitian
limbah ternak yang difermentasi secara
anaerob
Pemanfaatan Sebagai Pupuk Organik

 Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga
dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut.
 Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah menambah kesuburan tanah,memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga
unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata
air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil, mempertinggi daya ikat
tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan dan
memperbaikikehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah
 Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses dekomposisi atau
penguraian yang merubah limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktifitasbiologis
pada kondisi yang terkontrol.
Dekomposisi pada prinsipnya adalah menurunkan karbon dan nitrogen (C/N) ratio dari
limbah organiksehingga pupuk organik dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman. Pada
proses dekomposisi akan terjadi peningkatan temperatur yang dapat berfungsi untuk
membunuh biji tanaman liar (gulma), bakteri-bakteri patogen dan membentuk suatu produk
perombakan yang seragam berupa pupuk organik.
Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses penguraian dapat berjalan dengan baik
yaitu;
1)      Karbon (C) sebagai sumber energi bagi mikroba pengurai dan. akan diurai melalui
proses oksidasi yang menghasilkan panas;
2)       Nitrogen (N) sebagai sumber protein bagi bakteri untuk bertumbuh dan
memperbanyak diri;
3)      Oksigen (O) sebagai bahan untuk mengoksidasi unsur karbon melalui proses
dekomposisi dan air (H2O) untuk menjamin proses dekomposisi berlangsung baik dan tidak
menyebabkan suasana anaerob.
 Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari
bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas
Pemanfaatan Untuk Gasbio karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran
4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Produksi
gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan
lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.
Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap
hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik.
1. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik
yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer.
2. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan
menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam.
3. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format,
laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak.
 Model pemroses gas bio yang banyak digunakan adalah model yang dikenal sebagai fixed-dome. Model
ini banyak digunakan karena usia pakainya yang lama dan daya tampungnya yang cukup besar.
Meskipun biaya pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.
 Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan
aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi,
maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyedia energi di pedesaan dapat berjalan
dengan optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu:
1. Ketersediaan ternak, jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas
2. Kepemilikan ternak, jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadidasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan.
3. Pola pemeliharaan ternak, ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal
4. Ketersediaan lahan, untuk membangun biogas diperlukan lahan di sekitar kandang yang luasannya
bergantung pada jenis dan kapasitas biogas
5. Tenaga kerja, untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola
itu sendiri.
6. Manajemen limbah/kotoran, terkait dengan penentuan komposisi padat-cair kotoran ternak yang sesuai
untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran
ternak ke dalam reaktor
7. Kebutuhan energi, sumber energi dari biogas dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika ketersediaan
sumber energi lain terbatas.
8. Jarak (antara kandang reaktor dan rumah),Agar pemanfaatan energi biogas dapat optimal sebaiknya antara
kandang, reaktor dan rumah tidak telampau jauh.
9. Pengelolaan hasil samping biogas,ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair dan pupuk padat
(kompos).
10. Sarana Pendukung,berupa peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan
pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
Pemanfaatan Lainnya
Selain dimanfaatkan untuk pupuk, bahan pakan, atau gasbio, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi
briket dan kemudian dijemur/dikeringkan. Briket ini telah dipraktekkan di India dan dapat mengurangi kebutuhan akan kayu bakar.Pemanfaatan lain
adalah penggunaan urin dari ternak untuk campuran dalam pembuatan pupuk cair maupun penggunaan lainnya.

Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran ayam


Kotoran / Feses ayam, merupakan salah satu hasil dari peternakan
ayam yang terkadang masih dikesampingkan, jika dicermati dan
dimaknai bahwa sktor peternakan merupakan mata rantai dari
01
program integrited farming. Maka pemanfaatan limbah peternakan
seharusnya menjadi sorotan bagi para peternak untuk mewujudkan
integrated farming secara luas, selain itu pengolahan kotoran ayam
untuk menjadi pupuk kandang pun memiliki nilai ekonomis yang
Pemanfaatan pupuk kandang dari kotoran tidak
sapi dapat dipandang sebelah mata melihat kebutuhan dari petani
akan pupuk

Pupuk kandang yang dimaksudkan adalah kotoran ternak yang


sudah terfermentasi dengan baik. Kotoran sapi perah segar yang
baru saja disiram dari kandang, masih harus diperam dulu hingga
02
siap untuk menyuburkan lahan pertanian. Kalau kotoran sapi yang
baru saja diambil dari kandang itu langsung diaplikasikan ke lahan,
tanaman akan mati. Sebab N dalam kotoran ternak tersebut masih
sangat tinggi hingga akan melayukan tanaman.
Kesimpulan

Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, karena limbah ternak masih mengandung nutrisi
atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein,
lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified
subtances)
Pemanfatan limbah ternak dapat mengurangi pencemaran yang diakibatklan oleh kegiatan usaha peternakan.
Limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi pakan atau media cacing tanah, pupuk organic, gasbio, pupuk kandang
dan pemanfaatn lainnya

Reporter:xxx
Thank You

Reporter:xxx

Anda mungkin juga menyukai